Namanya Kin, sosok makhluk supranatural yang Sidco kenalkan kepada Petra. Wanita itu tersenyum lembut kepada Petra lalu menggangguk pelan, seolah sedang memberi salam. Wanita yang masih melayang diudara itu kemudian mendekat kearah dimana Petra berdiri. Dalam beberapa detik mereka sudah berhadapan. Petra dan Kin.
"Sidco, bisa mendekat kemari? Kita harus menyembuhkan luka nona Petra terlebih dahulu sebelum memulai pembicaraan panjang." ucap Kin dengan suara yang begitu lembut.
Mendengar suara Kin yang super lembut dan menenangkan tersebut, Petra yang seorang perempuan pun langsung jatuh cinta dibuatnya. Suara dengan aura tidak bisa ditolak. Aura dari sosok wanita cantik jelita yang keberadaannya hanya berarti satu hal yaitu untuk dicintai. Mungkin itu lah yang membuat Sidco menatap Kin penuh haru. Seperti tatapan kepada seorang kekasih yang lama tidak bertemu.
Kemudian Sidco berjalan mendekat, menjulurkan tangan kanannya kepada Kin yang langsung disambut dengan tangan kiri Kin yang putih mulus sempurna. Dalam diam mereka berdua, Petra yakin mereka sedang berkomunikasi lewat pikiran. Hanya tatapan mata dari keduanya yang jelas terlihat sedang mendiskusikan sesuatu yang sangat penting.
"Ulurkan tangan kananmu nona Petra." pinta Kin dengan sebuah senyuman manis seperti sebelumnya.
Sedikit ragu Petra melakukan permintaan Kin dan mengulurkan tangan kanannya yang disambut oleh Sidco dengan tangan kirinya.
Kin dan Sidco memejamkan mata dengan mulut berbisik lirih dalam bahasa yang tidak bisa Petra pahami. Penuh rasa penasaran dan binggung yang bercampur aduk Petra hanya bisa menatap apa yang sedang mereka berdua lakukan.
Lalu, seperti ada aliran listrik dengan kekuatan kecil menyengat permukaan kulit tangan kanan Petra membuat ia terkejut. Selanjutnya, Petra bisa merasakan ada gelombang energi memenuhi tubuhnya. Menjalar keseluruh bagian tubuh pada mulanya, dan menjadi terkonsentrasi pada bagian belakang kepala Petra yang terluka dan tangan kirinya yang di gips.
Energi yang tidak bisa Petra namakan apa namanya itu seolah sedang mengobati luka-luka yang ia derita secara ajaib. Gelombang energi itu terasa hangat namun berubah panas pada bagian luka Petra dan semakin panas sampai dia tidak mampu menahan. Petra tidak bisa menjerit karena sepertinya Kin berbicara dalam kepala Petra untuk mau menahan sakit yang ia rasakan lebih lama. Bagi Petra tidak ada cara lain selain menuruti perintah Kin tersebut.
Petra meringis menahan sakit karena energi gelombang yang begitu besar pada tangan kiri dan kepala bagian belakang. Kedua bagian tubuh Petra yang terluka seperti akan meledak karena energi tersebut. Bahkan keringat dingin ikut bercucuran membasahi seragam sekolahnya yang lusuh. Rasa itu terjadi dalam waktu kurang lebih lima menit. Sebelum akhirnya benar-benar lenyap tidak bersisa.
"Bagaimana perasaanmu nona Petra?" tanya Kin setelah selesai dengan ritualnya.
"Aku merasa lebih baik sekarang. Dan apa ini..." ucap Petra tertahan karena ia merasa tangan kirinya bisa bergerak bebas seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Sembuh.
Gips yang membebat lengan kiri Petra terasa begitu berat. Lalu, hanya dengan tatapan mata Kin tiba-tiba gips tersebut menghilang entah kemana. Membebaskan tangan kiri Petra yang kembali normal seketika.
Kemudian, dengan tangan kirinya yang sudah sembuh, Petra mencoba memegang kepala bagian belakang yang tidak terasa sakit lagi. Bahkan bekas darahnya yang menggumpal tadi pun menghilang tidak berbekas. Bau amis bekas tetesan darah dari kepala diatas baju seragam putihnya pun ikut menghilang. Bersih seperti tidak pernah terkena noda darah sebelumnya.
"Kami khawatir tidak bisa menyembuhkan luka yang nona Petra derita karena sudah sangat lama tidak pernah menggunakan tenaga dalam untuk mengobati orang yang terluka." Imbuh Sidco menatap Petra dengan tatapan mata penuh kelegaan.
"Terima kasih tuan Sidco. Lalu apa semuanya sembuh secara permanen atau hanya sementara?" tanya Petra penuh rasa penasaran.
Walau Petra sangat bersyukur karena berhasil sembuh dalam waktu singkat akan tetapi rasa khawatir itu tetap ada. Kemudian rasa senang itu berubah dalam sedetik, bagaimana ia bisa menjelaskan kepada teman-temannya tentang tangan kirinya yang tiba-tiba sembuh? Dan Petra tidak mau dicap sebagai seorang pembohong.
"Tentu saja selamanya nona." jawab Sidco tersenyum bangga.
"Benar apa yang dikatakan Sidco. Sebenarnya hanya dengan kemampuanku sebagai pelindung saja sudah cukup untuk menyembuhkan tetapi energi Sidco yang lama tidak dipakai hanya akan terbuang sia-sia jika tidak digunakan dengan bijak." tambah Kin.
"Lalu...apa nyonya Kin hidup abadi?" tanya Petra ingin tahu.
"Hahaha...panggil aku dengan Kin saja, Petra. Dan iya, jika itu menurut umur manusia biasa yang hanya sampai tidak lebih dari 100 tahun. Kami bangsa pelindung bisa hidup hingga lima ratus tahun. Kemudian akan berregenerasi kembali sesuai siklus kehidupan yang terjadi pada bangsa kami." jawab Kin tersenyum.
Saat Kin tersenyum, wajah cantiknya begitu mempesona seperti bersinar dari dalam sehingga sangat mudah untuk dikagumi para pria dengan sendirinya.
"Regenersi...apa maksudnya itu?" ucap Petra penuh tanda tanya.
"Seperti yang sudah nona ketahui, kami bangsa pelindung awal mula juga manusia biasa hingga usia kami mencapai 17 tahun. Takdir yang sudah digariskan memaksa kami harus menjalani hidup sebagai manusia biasa selama 17 tahun tersebut. Hingga pada akhirnya kewajiban itu datang. Setelah cukup umur kami akan ditugaskan pada wilayah yang telah ditentukan. Walapupun dapat dikatakan sebagai makhluk abadi, kami bangsa pelindung tidak bisa seenaknya menggunakan engergi kehidupan." Lanjut Kin.
"Lalu bagamana dengan Ken?" selidik Petra.
"Ken yang merupakan saudara kembarku, mempunyai tugas lebih banyak. Selain bertugas menjadi pelindungmu dan bagi pengendali elemen lainnya serta bertugas menjaga akuma di TAMAN NASIONAL ARCA MESTONIA. Asal sejarah kelam Mestonia ada disana. Dan Ken baru saja selesai menjalani tahap awal regenerasi. Dan disaat itulah Ken pertama kalinya menanpakkan diri di hadapanmu Petra."
"Jadi apa yang Ken katakan tempo hari adalah bohong?" sergah Petra tidak percaya.
"Bukan seperti itu maksunya. Ken terpaksa memampakkan diri yang seharusnya bisa menjagamu dari jarak jauh menjadi tidak berdaya ketika mengetahui kedua orang tuamu yang telah meninggal. Lagi pula untuk bisa menyegel kekuatan penguasa elemen syarat utama adalah menjalin kedekatan kepada target. Itulah yang terjadi sebenarnya disaat kalian menghabiskan waktu bersama. Ken ingin mengisi kekosongan kasih sayang yang tidak bisa orang tuamu berikan alih-alih menutup akses bangkitnya darah penguasa elemen dalam dirimu. Ken sangat memahami konsekuensinya dimasa depan karena hal tersebut, dimana kalian bisa dipastikan tidak bisa bertemu lagi. Hanya akan ada hal-hal buruk mengintai perjumpaan dirimu dengan Ken. Oleh sebab itu, Ken memintaku untuk menyampaikan rahasia ini kepadamu sekarang, Petra." Tutur Kin perlahan dengan intonasi berirama.
"Apa maksudmu kalau aku ini salah satu penguasa elemen? Omong kosong apa lagi yang Ken bagikan padaku?" pekik Petra tidak bisa menalar apa yang Kin ceritakan.
Dalam kedalaman pandangan Kin yang jernih, Petra jelas tahu tidak ada kebohongan yang ditutupi oleh sosok berbentuk wanita cantik jelita tersebut.
-tbc-