Petra harus memegang perutnya sendiri dengan dua tangan karena menahan tawa yang tidak bisa ia tahan lebih lama. Petra bahkan harus mengatupkan mulut rapat-rapat supaya tidak ada suara yang keluar. Petra tidak ingin membuat Lyon merasa tersinggung. Namun tubuhnya yang bergetar hebat sebab menahan tawa terlalu lama mengatakan sebaliknya. Lyon tidak senang melihat kelakuan Petra.
Akan tetapi, Lyon hanya berdiri mematung menyaksikan musuh bebuyutan sekaligus pacar palsunya merangkap asisten keuangan yang tidak pernah bekerja lagi setelah tangan kirinya terluka dengan tatapan tidak percaya. Jika saja Petra tahu apa yang telah dia usahakan untuk bisa datang secepatnya ke pelabuhan Damei, Yamelai...
Hari itu, hari dimana Petra menghilang...
"Lyon, bagaimana dengan proyek game barumu ada perkembangan apa lagi?" tanya seorang pemuda teman sekelas dibelakang tempat duduk Lyon di kelasnya sendiri. Kelas Sains tingkat pertama SMA Metropol.
"Masih dalam proses." jawab Lyon dingin.
Lyon sedang membaca buku dan ia paling tidak suka kalau ada yang mengganggu ketika membaca.
Biasanya Lyon tidak akan menanggapi obrolan teman-teman dari kelasnya sendiri, akan tetapi berbeda jika itu sesuatu yang berhubungan dengan game atau permainan virtual dan semacamnya maka Lyon langsung tertarik. Di kelas Sains tingkat pertama tidak ada satu orang pun yang tidak mengetahui bahwa Lyon sangat tertarik dengan game. Dan jika mereka ingin dipandang oleh Lyon maka mereka harus setidaknya tahu tentang game atau pura-pura tahu game, kebanyakan bagi para gadis tentu saja.
Tidak ada yang menarik bagi Lyon di sekolah. Hari-hari yang ia habiskan selain mengikuti pelajaran dengan rajin dan tetap menjaga nilai bagus dan menjaga sikap sesopan mungkin adalah tidak ada.
Tetapi hari itu, hari dimana Petra menghilang, Lyon sengaja menunggu gadis rambut sebahu yang sedang dalam perjalanan lokawisata ke Dustena dan pada hari itu pula Petra harus pergi ke dokter untuk melepas gips. Lyon tertarik untuk mengambil gambar rumah sakit demi proyek game baru yang tadi pagi teman sekelasnya tanyakan. Maka Lyon menunggu Petra yang tidak kunjung pulang di bangku taman sekolah.
Ketika barisan bus dari Dustena bergerak memasuki halaman parkir sekolah SMA Metropol yang luas, Lyon segera mengambil ponsel dan mengirim pesan singkat kepada Petra untuk segera menemuinya di taman tidak jauh dari halaman parkir sekolah. Tiga puluh menit berlalu tanpa ada tanda-tanda Petra akan menemuinya. Bahkan pesan singkatnya tidak dibalas. Itu bukan sesuatu yang wajar.
Kemudian, lebih karena kesal sudah dibuat menunggu selama 30 menit dan tanpa balasan Lyon berjalan menuju kelas Petra yang terletak diseberang timur lapangan upacara. Lyon terpaksa menembus terik matahari yang masih saja bersikeras membakar kulit manusia siapa saja yang berada dalam jangkauan sinar ultraviolet, bergumam kesal kearah kelas Sosial tingkat pertama dimana Petra seharusnya berada.
"Dimana Petty?" tanya Lyon tidak bisa lebih ramah lagi kepada Hime.
Bukan karena Lyon marah kepada Hime tetapi seragam sekolah yang basah bercucuran keringat serta penyejuk ruangan kelas yang sudah dimatikan membuat Lyon kehabisan napas lebih cepat karena tubuhnya harus menyesuaikan suhu ruangan.
"Seharusnya dia sudah ada di kelas sejak tadi. Karena dia tidak satu kelompok tugas dengan kami maka...coba kamu tanyakan ke Veronica saja. Dia satu kelompok tugas dengan Petra." jawab Hime terbata-bata dan sedikit takut melihat wajah Lyon yang memerah akibat terpanggang sinar matahari.
Pemandangan itu jelas hal langka. Biasanya Lyon akan menyuruh Petra untuk datang menemuinya dan bukan sebaliknya apalagi dengan keadaan yang terlihat kurang bagus. Siapapun akan keheranan melihat kelakuan Lyon yang tidak biasa itu.
Hime hanya bisa menghembuskan napas pelan-pelan sedangkan dua matanya mengekor kemana Lyon berjalan kearah sudut kelas. Disana ada Veronica sedang tertawa bercanda dengan teman satu kelompoknya sendiri, geng trio Veronica.
"Veronica, dimana Petra?" tanya Lyon tanpa basa basi.
Pandangan mata Lyon yang tajam dan dingin serta wajahnya yang kali ini terlihat sangat serius mengenali Veronica yang Hime maksud. Gadis itu, Veronica pernah berkencan dan ia bawa ke hotel beberapa bulan yang lalu. Dan kesan Lyon terhadap Veronica adalah satu kata yaitu ular.
Sejak dulu, Lyon yang menggunakan pesonanya untuk memikat para gadis lalu mengajak mereka berkencan ke salah satu hotel berbintang yang Lisa kelola hanya untuk mendapatkan ponsel mereka demi proyek-proyek game baru Lyon saja. Tidak ada yang lain dan Lyon tidak pernah menggunakan perasaan pribadinya saat menjalankan misi terselubungnya itu. Hanya Lisa yang tahu. Dan mungkin juga ibunya.
Dan dari sekian banyak gadis yang pernah Lyon perdaya, ada satu gadis bernama Veronica yang dari luar terlihat sangat cantik nan anggun selayaknya seorang puteri bangsawan. Namun siapa yang bisa menyangka, ada kelicikkan terpancar dari matanya yang indah. Beruntung Lyon segera mengetahui sifat asli Veronica pada pertemuan pertama mereka.
Sekarang Lyon berhadapan kembali dengan gadis penuh tipu muslihat seperti ular itu lagi, Veronica. Perasaan aneh tiba-tiba muncul saat Lyon melihat dengan jelas Veronica tersenyum simpul yang licik kepadanya. Pasti ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi dan sesuatu itu disembunyikan oleh Veronica.
Karena Lyon sedang membahas Petra, yang notabene satu sekolah tahu betul kalau mereka berpacaran maka bisa dipastikan kalau Veronica telah melakukan tindak kejahatan kepada Petra. Sayangnya Lyon tidak bisa mengira apa itu. Lyon bukanlah orang sakti yang bisa tahu apa saja.
"Petra? Dia memang satu kelompok dengan aku tadi, tapi...entah kenapa aku tidak melihat dia sejak keluar dari pabrik. Mungkin saja dia masih disana mencari sisa-sisa kain bagus untuk dijadikan baju atau semacamnya." kata Veronica tersenyum manis namun dengan nada sinis yang jelas bagi siapapun yang mendengar.
"Apa yang kamu lakukan padanya?" geram Lyon
"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu Lyon. Kamu pikir aku perempuan macam apa hingga melibatkan pacarmu si penerima beasiswa itu?" ledek Veronica tanpa merasa takut ditatap oleh Lyon sedemikan hingga.
Rasa cinta yang ia rasa lalu dipatahkan sepihak telah membuat Veronica mendendam.
Dulu, saat mendapati dirinya dicampakan Lyon begitu saja, Veronica yang cantik jelita menjadi sangat marah dan menaruh dendam kepada Lyon. Veronica bersumpah jika dia tidak bisa memiliki Lyon maka tidak ada seorang pun yang boleh memilikinya.
"Tidak usah berpura-pura denganku, dasar ular." desis Lyon semakin geram.
"Ular katamu? Asal kamu tahu aku tidak seperti yang kamu sangkakan. Biar aku beritahu satu hal padamu Lyon, mungkin saja ucapanmu tadi benar. Mungkin sekarang pacar kesayanganmu itu benar-benar bersama ular-ular di suatu tempat di Dustena." Bisik Veronica merasa tidak terima dihina oleh Lyon didepan teman-teman satu kelas.
Merasa percuma saja berbicara dengan ular betina seperti Veronica, Lyon pergi meninggalkan kelas Sosial dengan langkah cepat. Salah satu tangannya yang memegang ponsel mencoba menelepon seseorang.
Dan...
Langit sore yang seharusnya indah, dimana birunya langit berhiaskan putih awan-awan berarakan sesuka hati melintang sepanjang mata memandang hanya terlihat semakin menyedihkan bagi Lyon saat mendengar kabar tentang Petra.
-tbc-