Otak cerdas Petra tidak bisa menemukan pentunjuk tentang kebenaran yang baru saja Kin ceritakan kepadanya. Tentang dirinya yang merupakan penguasa elemen. Atau tentang rahasia Ken yang begitu banyak.
Petra mengalihkan pandangan mata ke salah satu titik pada panta yang membentang jauh hingga menuju Samudera Pasifik. Birunya laut kian memudar seiring matahari yang mulai turun seolah akan tenggelan ke laut.
Cahaya merah jingga mencuat disekeliling matahari sore yang berubah penuh rasa misteri dan ketidak percayaan. Setidaknya bagi Petra yang selama hidupnya tidak pernah sekalipun bersinggungan dengan semacam hal seperti dunia supranatural yang saat ini ada didepam matanya.
Lebih aneh lagi, Petra seakan mengalami de javu. Sebuah kilasan peristiwa tiba-tiba memasuki ingatannya. Seakan sebuah bioskop dengan layar super besar membentang di depan kedua mata Petra.
Sebentuk potongan peristiwa dari sosok gadis kecil berambut sebahu, yang entah kenapa Petra merasa kalau itu dirinya dimasa kecil dulu. Gadis kecil tersebut tengah tertawa riang gembira bersama kedua orang tuanya.
Disalah satu sudut rumah itu, rumah dimana pantai pasir putih menbentang sebagai halaman depannya, gadis kecil itu dengan ibu disamping kanan dan ayah disamping kiri memegang sebuah pencil warna. Kertas putih membentang memenuhi meja kecil dihadapan gadis kecil tersebut serta corat coret warna warni yang tidak bisa dilihat sebagai sebuah bentuk apapun.
Gadis kecil itu sedang belajar menggambar namun dengan hasil yang tidak bisa kategorikan menjadi sebuah gambar. Hanya coretan layaknya benang kusut aneka warna.
"Sayang, sepertinya besok aku harus pergi ke benua enam untuk bertugas. Ada beberapa urusan disana yang musti diselesaikan secepatnya." kata sang ayah kepada wanita disamping gadis kecil yang adalah istrinya.
"Tentu sayang. Apapun yang kamu perlukan sepaya kita bisa tetap bersama seperti ini bersama anak kita maka lakukan lah. Aku akan menjaga anak kita selagi kamu pergi jauh. Jangan lupa lekas pulang kembali ya." kata sang istri lembut, kemudian memberikan seulas senyum kepada suaminya untuk menyemangati kepergiannya kali ini.
"Iya, aku berjanji akan cepat pulang sayang." jawab sang suami membalas senyum istrinya.
Dalam diam mereka memperhatikan buah hatinya melakukan kegiatan menggambar. Masing-masing dari mereka tengah sibuk dengan pikirannya sendiri seperti ada sesuatu yang tidak bisa mereka ucapkan namun sangat merisaukan hati.
"Mama, papa lihat gambar Petty...bagus kan?!" seru sang gadis kecil kepada kedua orang tuanya.
Mendengar seruan buah hati mereka serempak tersenyum.
"Iya bagus." puji suami istri bersamaan.
Dan, seketika layar yang menampilkan adegan tersebut menghilang dalam sekejap. Petra bahkan harus menggosok-gosok mata untuk memastikan kalau penglihatannya masih berfungsi dengan baik. Serta apa yang baru saja ia lihat tadi hanya sebuah ilusi sihir yang Kin lakukan kepadanya.
"Petra, itu adalah potongan memori Ken saat dia mengawasimu dulu. Sejak dirimu lahir kedunia Ken sudah ada disana untuk mengawasimu secara kasat mata. Namun, Ken yang mengawasimu bukanlah Ken yang sedang dalam masa regenerasi. Walau pada hakikatnya mereka adalah satu.
Intinya Ken sang pengawas hanyalah sebuah sosok layaknya jiwa tidak terlihat dan Ken yang dalam masa regenerasi hanyalah wadah dengan setengah jiwa yang hanya diisi layaknya manusia biasa. Ketika mencapai umur 17 tahun, dua jiwa itu akan bersatu kembali menjadi satu kesatuan hingga kekuatan Ken yang sebenarnya akhirnya mencapai titik puncak. Itulah kami para pelindung penguasa elemen.
Tetapi, menilik bagaimana berbahayanya elemen api yang ada dalam dirimu serta ada elemen air turunan dari ibumu itu lah alasan kenapa Ken harus menampakkan diri. Dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk bisa mengunci total kemampuan elemen yang ada dalam dirimu." terang Kin.
Kin yang semula berjarak kini berada disamping Petra, menggenggam tangan kiri Petra lembut seakan sedang memberi semangat kepada Petra untuk sedikit bisa memahami apa yang baru Kin katakan kepadanya. Tentang fakta yang tidak pernah Petra ketahui sebelumnya.
...
Dalam sejarah peradaban dunia berjuta-juta tahun yang lalu, manusia dan makhluk lain serta hewan tumbuhan hidup berdampingan dalam keselarasan yang dijaga oleh mereka para pelindung. Ada juga yang menyebut mereka sebagai malaikat. Dan pada kesempatan lain ada pula yang menyebutnya sebagai dewa.
Adapun sejarah para pelindung itu sendiri lahir berjuta tahun sebelum dunia ada beserta isinya. Kekuatan mereka berasal dari Sang Pencipta. Dan mereka, para pelindung tidak memiliki emosi atau perasaan yang berarti hanya satu hal yaitu untuk memudahkan mereka dalam menjalankan tugas yang mereka emban selama tahun-tahun kedepan.
Para pelindung tersebut dapat berubah wujud menjadi manusia atau bentuk lainnya sesuai dengan kondisi dan keperluan dalam menjalankan tugas mereka. Jika mereka sedang mengambil bentuk manusia tentu bentuk fisik mereka akan sangat sempurna tanpa cela. Seperti Ken dan Kin.
Untuk kekuatan mereka pada dasarnya tidak terbatas. Tetapi, anugerah pemikiran kebijaksanaan mereka tentu tidak akan begitu saja menggunakan kekuatan tanpa batas mereka secara serampangan. Selain itu ada keseimbangan seluruh alam patut mereka perhatikan dan jaga dengan baik. Karena itu mereka seminimal mungkin dalam menggunakan kekuatan yang dianugerahkan kepada mereka, para pelindung.
...
Logika Petra masih berusaha memproses apa yang baru saja Kin ceritakan kepadanya. Tentang dirinya yang keturunan pengendali elemen api dan air. Serta ada kemungkinan kalau dia juga memiliki dua kemampuan tersebut didalam dirinya yang terkunci dalam oleh Ken. Lalu, bagaimana mungkin Petra bisa menerima omong kosong tersebut?
"Itu tidak mungkin. Tuan Sidco hal seperti itu tidak mungkin kan?" decit Petra mencoba mencari pembenaran atas penolakannya.
Sidco yang sudah berdiri agak jauh dari Petra hanya bisa diam membisu, mematung seribu bahasa layaknya patung batu berbentuk manusia. Karena Sidco sadar betul akan posisinya yang tidak dalam kedudukan untuk membenarkan atau menyalahkan apa yang Kin katakan.
Matahari kini perlahan mulai tenggelam ditelan laut yang warnanya berubah keemasan. Angin yang berhembus pun mulai terasa dingin dikulit Petra yang masih bercucuran oleh berkeringat. Keheningan kembali menyelimuti mereka bertiga.
Di tubir pantai disalah satu sudut pelabuhan Damei kota Yamelai, Petra berdiri dengan rambut sebahu yang berantakan diterpa angin laut. Pada jeda waktu antara siang dan malam yang begitu jelas terlihat dari tempat dimana Petra berdiri saat ini, pikirannya berkeliaran kesana kemari mencari pijakan untuk kebenaran yang ditolak mentah-mentah oleh logika akalnya.
Kin, yang berdiri disamping Petra hanya menatap gadis itu dengan tatapan penuh makna. Tatapan mata yang begitu lembut menenangkan seolah berkata 'tidak apa-apa'.
"Kalau boleh saya memberi saran, ada baiknya nona Petra cobalah mencari tahu apa yang membuat risau hati nona itu mulai dari klan Valerian dari keluarga besar ayah nona Petra. Keluarga Valeri." ucap Sidco terdengar cukup jelas di telinga Petra.
-tbc-