Chereads / Vicious Circle of Mestonia / Chapter 52 - Ch. 52 Samudera

Chapter 52 - Ch. 52 Samudera

Tidak ada petir di cuaca yang cerah ceria seperti disaat ini dimana Petra berada dengan pemandangan indah perpaduan antara langit, matahari dan samudera membentang membentuk sebuah lukisan alam begitu indah serta hidup daripada mendengar apa yang baru saja Sidco katakan kepadanya. Tentang klan Valerian.

Tentang keluarga besar ayahnya, keluarga Valeri yang sama sekali asing bagi Petra.

Walaupun nama belakang keluarnya adalah Valeri, yang Petra ketahui kalau dirinya adalah anak yatim piatu sejak kecil. Setidaknya Petra sudah yatim piatu saat usianya menginjak tiga tahun, menurut cerita yang paman dan bibinya katakan.

Selebihnya, Petra hanya mengetahui nama belakangnya yang juga merupakan nama keluarga ayahnya dengan nama Valerti. Tidak lebih dari itu saja. Selain itu adalah nol besar.

Petra tidak punya petunjuk apapun tentang sesuatu seperti Valerian dan semacamnya. Karena hal itu, Petra hanya bisa diam membisu sejuta bahasa bahwa dirinya sama sekali buta tentang dirinya sendiri yang sesungguhnya.

Tentang fakta yang masih ia perdebatkan dengan logikanya sendiri, nama atau semacamnya perihal pengendali bahkan penguasa elemen air dan api dan apapu itu. Kesemuanya membuat kepala Petra diselimuti bermacam-macam pertanyaan. Sialnya, Petra tidak tahu harus kemana ia bertanya tentang semua itu.

Kin tidak akan mungkin mau menjawab semua pertanyaan itu atau bahkan hanya sekedar menceritakan dalam bentuk garis besar saja. Tidak ada kata lagi yang mampu mewakilkan rasa frustasinya entah pada siapa.

"Valerian?" hanya kata itu yang mampu Petra ucapkan ketimbang sejuta tanya yang ingin ia tanyakan.

Sidco menggangguk sebagai jawaban. Lalu memberikan seulas senyum sopan kepada Petra. Hanya satu pertanda kalau ia harus melakukannya jika ingin mengetahui apa yang ingin dia ketahui tentang rahasia dirinya.

"Aku pamit pergi sebentar. Pos jaga depan memanggil." Kata Sidco kemudian pergi meninggalkan Petra dan Kin yang diam membisu seakan terhanyut dengan pemandangan matahari terbenam.

Petra tidak mengucapkan apapun. Hanya tatapan mata yang mengantar kepergian Sidco untuk kembali bekerja hingga Sidco benar-benar menghilang dari pandangan Petra.

"Tetapi, terlalu berbahaya untukmu jika berniat mencari tahu klan Valerian. Bahkan kami para pelindung enggan untuk membahas. Klan Valerian terlalu kaku dan kuno serta tidak mentolerir kesalahan." ucap Kin setelah lama mereka terdiam.

Di telinga Petra, apa yang baru saja Kin katakan seolah sedang menyarankan Petra untuk mencari tahu. Bahkan Kin seolah sedang memberi sedikit informasi kepada Petra tentang apa, siapa dan bagaimana klan Valerian itu. Hal tersebut membuat Petra semakin diliputi rasa penasaran yang lebih banyak dari sebelumnya.

"Apa begitu mengerikan kah mereka?" usik Petra bertanya pelan, mencoba memancing lebih banyak informasi dari Kin.

Seakan Kin tahu apa maksud terselubung Petra tersebut. Kin hanya tersenyum lembut kepada Petra sebagai jawaban. Kemudian Kin kembali berbalik badan. Kembali memandang matahari yang separuh tenggelam.

"Akan ada saatnya untuk dirimu tahu semua itu, Petra." ujar Kin tanpa menoleh pada Petra yang berdiri dibelakangnya dengan tatapan penuh rasa tidak menentu.

...

Tingginya langit biru siapa bisa mengira, dalamnya samudera siapa yang tahu dan dalamnya rahasia suatu keluarga yang tampak dekat namun nyatanya begitu jauh siapa yang akan mampu menemukan. Petra hanya bisa mendesah dan tangan kanannya tanpa sadar bergerak pelan memijit pelipisnya.

Kemudian, dari jauh samar-samar Petra dapat mendengar suara kibasan baling-baling pesawat terbang. Jauh dari arah tenggara sebentuk benda tidak lebih sebesar balon melayang terlihat dari tempat Petra berdiri. Lambat laut benda itu mendekat dan semakin besar. Berbentuk sebuah helikopter.

Tidak sampai tiga menit helikopter tersebut sudah berada disekitar tubir pantai. Berputar-putar seakan sedang mencari tempat mendarat.

"Sepertinya ada tamu tidak diundang telah datang. Aku harus segera pergi Petra. Tolong sampaikan salamku untuk Sidco." Kata Kin.

Lalu, setelah Kin menyelesaikan kalimatnya, tubuh Kin perlahan memudar dan benar-benar menghilang bagai ditelan laut dalam hanya dalam satu kedipan mata. Bahkan sebelum Petra berhasil mengucapkan kata perpisahan kepada Kin, wanita nan cantik jelita itu sudah tidak terlihat.

Bunyi dari putaran baling-baling helikopter yang sedang mencoba turun disalah satu titik dipelabuhan terdengar sangat keras dan memekakkan gendang telinga. Petra merengut dibuatnya dan mencebik penuh rasa sebal. Dan bertanya dalam hati siapa gerangan orang yang kurang kerjaan tersebut. Ada urusan apa hingga harus mendarat darurat di pelabuhan yang penuh sesak.

Tidak beberapa sosok seseorang turun dari helikopter berwarna hitam dengan warna putih dibagian ekor. Sosok yang tidak asing bagi Petra. Bahkan, untuk jarak antara mereka yang cukup jauh lebih dari 100 meter. Petra yakin betul siapa orang tersebut.

"Lyon." gumam Petra dengan nada suara penuh rasa kesal.

Kali ini Petra merasa kesal bukan tanpa alasan. Karena Lyon yang tiba-tiba datang dengan helikopter entah milik siapa yang pasti salah satu kendaraan keluarga Levi, maka Petra harus kehilangan kesempatan untuk berbicara lebih lama dengan Kin yang langsung menghilang begitu saja takut ketahuan orang lain. Walaupun tidak dipungkiri, Kin bisa saja tetap ada ditempat tanpa diketahui keberadaannya oleh orang lain dengan menggunakan kekuatan yang bangsa pelindung miliki. Seperti yang pernah Ken lakukan. Tetap saja Kin memilih kabur daripada melanjutkan 'pembicaraan panjang' mereka.

Lyon yang baru turun dari helikopter langsung berlari kearah dimana Petra berada. Walau Lyon bukan seorang altel maraton tetapi kecepatan lari pemuda itu bisa dikatakan cepat. Dalam waktu tidak sampai dua menit Lyon sudah berada didepan Petra.

"Kamu...apa kamu baik-baik saja, Petty?" bisik Lyon sesaat setelah dia bisa mengatur napasnya kembali normal.

Tanpa menjawap pertanyaan Lyon, alih-alih marah Petra hanya menatap pemuda yang berdiri didepannya dengan penuh tanda tanya keheranan.

"Kenapa kamu kemari? Ada urusan apa kamu kesini?" ucap Petra, bukan untuk menjawab pertanyaan melainkan mengajukan pertanyaan kepada Lyon.

"Kenapa? Apa kamu pikir dengan mengacaukan waktuku yang berharga bisa seenak sendiri berlagak tidak terjadi apa-apa kemudian bertanya seperti itu kepadaku?" sembur Lyon kesal.

Jelas kalau Lyon sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, maksudnya suasana hati Lyon sedang tidak baik. Kedua mata Lyon bahkan sampai akan keluar karena jengkel menjawab pertanyaan Petra.

"Maka dari itu aku bertanya padamu, kenapa kamu kemari?" celetuk Petra yang terpacing dan hilang sabar seperti yang selalu terjadi jika mereka beradu mulut.

"Tentu saja untuk menjemputmu kembali pulang. Dasar idiot. Bagaimana bisa kamu tiba-tiba menghilang lalu ada disini seperti gadis kurang kerjaan dan mengganggu orang lain." terang Lyon semakin murka.

"Aku tidak ingat pernah memintamu datang?" ucap Petra berlagak menelengkan kepala ke kiri.

"Karena aku khawatir...dasar bebal" cetus Lyon dengan nada yang aneh.

Mendengar ucapan Lyon barusan membuat Petra tertawa seketika itu juga.

-tbc-