Chereads / EMILY. / Chapter 6 - | Chapter. 5 || Coming Home |

Chapter 6 - | Chapter. 5 || Coming Home |

UNDERGROUND BASECAMP,

PRIVATE FOREST, USA.

.

.

.

.

BRAKKK!!!

"Hai guys... apa aku ketinggalan sesuatu? Where's the party?" tanyanya seseorang yang masuk dengan membanting pintu dengan sangat keras. Hingga perhatian kami terganggu dan membuat decak kesal menggema di ruangan. Kalian pasti tau siapa yang bisa bertindak seenaknya dan orang berisik seperti itu. Ya, dia Zach.

"Husky! Bisa tidak sekali saja kau mengetuk pintu sebelum masuk. Jika aku tidak menyadari itu kau! Maka pisauku bisa saja langsung melayang ke kepalamu!" marah Blood yang cukup kesal dengan tingkah Husky yang menyebalkan itu.

Bisa kalian tebak, bahwa Husky adalah codename milik bajingan bernama Zachary Stones ini. Beruntunglah ia memiliki nama yang bagus. Setidaknya, ia tidak akan menjelekkan dirinya juga dibatu nisan nanti jika aku tidak sengaja membunuhnya.

"Hahaha I'm sorry babe. Jika aku mengetuk pintu, maka itu bukanlah aku..." jawabnya sambil mengerlingkan mata nakalnya ke Blood. Blood yang melihatnya langsung saja mengacungkan pisaunya ke arah mata Husky dan menatapnya dengan tatapan membunuh. Ya benar. Ia tidak suka digoda oleh pria manapun atau siapapun seperti itu.

"Maklumi Husky, Blood. Dia memang sudah gila sejak ia lahir" ucap Death sambil berusaha menurunkan pisau Blood yang mengacung tepat ke mata kanan Husky. Dan yang dibicarakan hanya tersenyum remeh sambil menatap Blood. Yang benar-benar membuat Blood naik darah.

"Akan ku robek mulut sialanmu itu dan ku cincang dengan---".

"Bisa kita lanjutkan pembahasan ini? Waktuku tidak banyak. Dan Blade, masuklah. Kau juga harus mendengar ini" ucapku tegas memotong umpatan Blood yang akan dilontarkan kepada Husky. Melirik kepada seseorang yang sedari tadi bersandar dibalik pintu.

Sebenarnya Husky tadi datang bersamaan dengan Blade. Tetapi ia keluar lagi karena muak melihat Blood dan Husky kembali bertengkar. Mereka memang selalu begitu setiap kali bertemu. Ah! Ingatkan aku untuk menjodohkan mereka nanti.

"Hufftt... baiklah. Aku akan melanjutkannya".

"Seperti kataku tadi. Ia tidak hanya berkuasa didunia atas saja. Ia juga penguasa dunia bawah yang saat ini kita tempati. Bahkan dia adalah seorang ketua mafia yang saat ini menguasai puncak rantai makanan dunia kita saat ini. Dia adalah predator terganas yang dipenuhi dengan teknologi menyeramkan. Bahkan ku dengar mereka baru saja membuat eksperimen Cloning manusia. Ya, dia adalah pemimpin Black Angel Mafia...". Semua mata membelalak. Tapi sayangnya, aku tidak termasuk. Aku sudah menduga akan hal itu.

"Tunggu... Bukannya pemimpin geng mafia itu tidak pernah muncul dan menampakkan batang hidungnya?. Apakah informasi ini valid?" tanya Death ragu.

"95% yes. Kita sudah berulang kali mengklarifikasinya. Dan berterima kasihlah pada tangan dewa Blade yang dengan cerdiknya ia mendapatkan celah masuk kedalamnya. Bahkan kita sudah mempersiapkan beberapa senjata cadangan rahasia untuknya. So, don't be worried too much" tutur Blood yang ditangguhkan Death dengan segala penjelasannya.

"Tidak heran kenapa klien membayar kita dengan uang yang cukup banyak dan juga kesepakatan yang menggiurkan. Bahkan mereka berkata bahwa kita tidak perlu membunuhnya. Ternyata kita sedang berhadapan dengan malaikat maut ya? Apa kita hanya akan mengantar nyawa?" tanya Husky dengan santainya dan sedikit kekehan khasnya.

Membuat beberapa pasang mata menatap sayu ke arahnya karena sudah terwakilkan semua keresahannya. Bahkan ada beberapa yang mengerung dalam karena ucapannya yang tidak pernah disaring namun benar adanya. Ingatkan aku untuk membeli filter akuarium untuk mulutnya setelah ini.

Ku langsung saja bangkit dan mulai memanfaatkan waktu karena mengetahui bahwa lawan yang akan kami hadapi bukanlah lawan yang mudah. Membuat perhatian mereka jadi terfokus ke arahku.

"Itu tidak akan terjadi. Takkan ku biarkan kalian mengantarkan nyawa kalian meskipun nyawaku taruhannya. Tidak akan ku biarkan nyawa kalian melayang sampai kalian benar-benar merasa hidup didunia mati ini! Ingat itu!" tajamku yang membuat mereka terpaku diam. Ku putar tubuhku dan menghadap Blood yang berada dibelakangku. Membuatnya sedikit terkejut karena perbuatanku yang sangat tiba-tiba.

"Hei! Kau pikir itu adil?! Dan apa-apaan ucapanmu itu? Kau pikir kami juga ingin melihatmu mengantar nyawa?! Kau pikir kami akan dengan mudah mengantarkan nyawa pada si bodoh itu?! Jangan konyol Black!" sinis Husky karena tersinggung dengan ucapanku.

"Lalu kau mau apa?! Berlagak seperti pahlawan yang akan menyelamatkan padahal hanya menambah beban masalah?! Ingat! Kalian masih memiliki project yang harus diselesaikan dalam waktu dekat! Tidak sulit kalian akan melanjutkannya walau tanpaku! Jangan sampai waktu bertahun-tahun kita sia-sia hanya karena seorang arogan yang bahkan belum pernah muncul ke permukaan!" tukasku dengan mata tajam yang siap membelah tubuh Husky hingga menjadi beberapa bagian.

"Dan itulah yang sedang kau lakukan" ucapnya sarkas karena tetap tidak ingin kalah denganku. Membuat suasana tegang menjadi semakin tegang dan memanas karena sepertinya yang lain pun sama tidak setujunya dengan Husky.

"Aku tidak peduli! Pokoknya kalian harus tetap bernafas di dunia ini! Dan Blood! Siapkan denah markas dan mansion tempat biasa ia tinggal dan yang akan ia singgahi untuk pertemuannya lalu retas keamanan mereka. Lihat jadwalnya untuk lusa ke depan ia berada dimana. Jika ia berada diluar negeri, lacak keberadaannya dan jabarkan semua kegiatannya. Aku mau semuanya siap dalam waktu 30 menit. Jangan lupa cek juga sistem keamanannya disetiap tempat dan beberapa kolega yang akan ditemuinya. Kita akan sangat memerlukannya" titahku pada Blood yang langsung dianggukinya begitu saja.

Saat ku hendak melangkah, sebuah tangan menahanku. Ku tatap tajam sang pemilik tangan sialan itu.

"Kau mau kemana?" tegas Death yang seketika ku hempaskan kuat tangannya.

"Kamar" sinisku yang langsung ku ambil langkah panjang-panjang.

"Tunggu! Kita harus membuat kesepakatan antar nyawa yang biasa kita----".

"Aku sudah katakan bukan. AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN DIA MENGAMBIL NYAWA-NYAWA KALIAN MESKIPUN NYAWAKU TARUHANNYA! JIKA IA SANGAT MENGINGINKAN NYAWA KALIAN! AKU AKAN MENGAMBIL NYAWANYA TERLEBIH DAHULU LALU MENCINCANGNYA DENGAN PERLAHAN DIHADAPAN KALIAN! JADI JANGAN PERNAH KALIAN MEMBUAT KESEPAKATAN SIALAN ITU LAGI DIHADAPANKU! NYAWA KALIAN YANG TERPENTING SAAT INI! INGAT ITU!. Dan aku tidak peduli pada apapun yang akan kau ucapkan Blood, jadi simpan saja. Siapkan saja denah seluruh tempat yang cocok untuk kita melakukan aksi penyerangan dengan aman. 10 menit tidak datang, ku hancurkan semua komputer yang ada di ruanganmu dan membakar semua memory card yang kau punya. Sepertinya aku tau dimana flashdisk berharga yang kau simpan rapat-rapat itu".

Blood yang tadinya membuka mulut untuk berbicara, kini tertutup kembali mendengar ucapanku. Bahkan tubuhnya mematung sesaat mendengarku mengucapkan rahasia yang sejak dulu ia tutup rapat-rapat. Lalu dijawab dengan anggukan terburu-buru dan sedikit takut olehnya.

"Hei! Hei! Tenanglah... kau tidak perlu semarah it---".

"Dan kau! Berhenti mengurusi urusanku! Kau pikir aku selemah itu?!" desisku dengan menunjuk ke hadapan wajah Death dan Husky sambil berjalan ke hadapan keduanya. Sangat-sangat dekat hingga hampir tak ada jarak antara aku dan wajah mereka. Membelah mereka yang berdiri berdampingan dihadapanku dengan menabrak keras bahu mereka. Mereka membalasnya menatapku tajam. Kesal dengan tingkah lakuku yang ku tahu, sangat tidak mereka sukai. Yaitu, menanggung semuanya sendirian.

Hingga acara tatap menatap itu berlangsung beberapa menit. Membuatnya berdecak keras yang dihadiahi sunggingan kemenangan olehku.

Melihat keadaan semakin runyam, Blood berbalik dan mulai mengerjakan perintahku. Husky dan Blade pergi kembali ke ruangan masing-masing. Death memijat pelan pangkal hidungnya lelah. Tidak tau lagi bagaimana caranya untuk menghadapi tingkahku yang sebenarnya sangat tidak disukai nya.

Bukan masalah perintahnya, hanya saja ia takut dengan emosiku yang sama sekali tidak stabil saat ini. Dan ucapanku yang sangat tidak disukainya. Dan membuat ku hilang kendali secara tiba-tiba.

"Baiklah. Istirahatlah... aku akan membawakan makanan dan obat ke kamarmu. Sepertinya kau tidak enak badan. Aku tidak terima penolakan" titah Death lalu pergi bersamaan dengan Husky yang masih emosi yang berada di ubun-ubun.

Membanting pintu ruangan hingga knopnya terlepas. Bisa kalian bayangkan bagaimana kasarnya ia jika ia tidak menyayangiku? Bisa-bisa salah satu tulangku patah disetiap pertengkaran kami. Bukan masalah yang besar, hanya saja akan sangat merepotkan.

Sesaat sebelumnya ku perhatikan dia. Terlihat sekali guratan kecemasan yang terpampang diwajahnya. Meskipun raut menyeramkannya mencoba menutupi raut kecemasan yang sebenarnya membuatku sedikit senang itu. Ya cukup menghibur untuk penyambutan kedatangan ku kemari. Huh! Aku sudah membuat kesalahan. Sepertinya aku harus meminta maaf.

"Sudah tenang saja. Akan aku perbaiki nanti..." ujar Blood yang menyadarkan lamunanku.

Ku balas dengan anggukan lalu melangkahkan kakiku keluar. Berjalan dengan langkah perlahan menikmati keadaan rumah yang sedikit ku rindukan. Semuanya tetap sama. Tidak ada yang berubah. Entah kenapa perasaan lega melingkupi rongga dada. Hingga tak terasa sudut bibir kananku tertarik sedikit dengan anehnya. Akhh... akhirnya aku pulang.

Kakiku berjalan dan menginjak lantai 6. Lantai terakhir. Karena satu lantai terakhir yang berada diatasku adalah rooftop. Dan ya, disinilah tempat dimana aku berada. Satu-satunya tempat yang semuanya memang milikku. Dan hanya aku yang menguasainya. Yang lain? Mungkin hanya mampir. Atau menghantar nyawa?.

Namun keadaan dan bentuknyapun masih sama. Bahkan kasur ini tidak berdebu sedikitpun. Apa Blood bekerja sekeras itu mempertahankanku? Aku bisa membayangkan bagaimana reaksinya jika ada salah satu pelayan yang merubah 1 derajat titik letak koordinat dari barang-barang yang ada di kamarku ini. Mungkin bukan hanya Blood yang akan murka, pasti William juga. Membayangkan mereka pasti akan sangat lucu.

TOK!! TOK!.

Suara ketukan pintu kamar terdengar setelah ku menduduki kasur yang sudah lama tak ku tempati.

"Masuk" ucapku seraya membaringkan tubuh lelahku diatas kasur.

Sedikit memejamkan mata mencoba meredam pening karena baru saja terbangun. Ya, aku baru saja terbangun 30 menit sebelum aku mengajak Zach---atau biasa dipanggil Husky---bertemu. Maka dari itu rasa pusing karena terbangun dan langsung memasuki tempat tongkrongan yang menjijikkan itu membuat pusingku semakin parah.

Perlahan masuk Death seraya membawakan segelas air mineral, beberapa obat dan juga semangkuk sup. Dari wanginya saja aku sudah menyadari bahwa ia baru saja memasakkannya untukku. Membuat sudut bibirku sedikit tertarik senangnya. Yang sedetik kemudian kembali datar.

"Makanlah. Aku tau kau belum tertidur" ucapnya lalu duduk disampingku di pinggiran kasur. Membuatku membuka mata dengan sorot mata geli ke arahnya.

"Jika aku sudah tertidur, bagaimana caranya aku menyuruhmu masuk ha? Apa kau bodoh?" tanyaku sedikit menyungging senyum remeh dan mengerungkan alis. Sup Ayam? Bukannya ia bisa memasak segalanya selain itu? Kenapa harus sup ayam?. Apa dia tidak tau aku benci sayuran?.

Yang hanya ia jawab dengan mengedikkan bahu yang dihiasi dengan sedikit kekehan Ah... aku lupa dia sebenarnya adalah seorang koki Ya, aku seperti ini hanya padanya. Kakakku. Hanya ialah kakakku. Keluargaku.

"Okay Shorty! It's time to eat your soup then drink your medicine. It could make your headache soon get better. You know? You're such a bad liar you know?" ucapnya sambil mengacak-acak rambutku.

Bagaimana ia bisa tau kalau aku sedikit pusing? Ternyata benar, dia memang sedikit mengerikan. Senyumnya memang tidak pernah tertinggal jika ia sedang berdua bersamaku. Itulah yang ku suka darinya.

Tanpa menjawabnya, perlahan aku memasukkan sup buatannya ke dalam mulutku. Memang benar rasa masakannya tak pernah mengecewakan. Jika kami semua sudah bosan dengan masakan para Maid, maka Deathlah yang akan memasak. Dan untung saja hatinya baik dan tampan seperti wajahnya. Aku ingin berbohong tapi sepertinya itu sangat munafik jika aku mengatakan jika ia jelek. Maka ku anggap saja ia tampan karena kebaikan hatinya. Meskipun hanya padaku.

Saat aku sedang memakan makananku, ku tatap matanya yang sedang memperhatikanku lekat-lekat. Sudah biasa ia seperti itu. Jadi aku tidak merasa keberatan.

"Willy, kau tau? Tadi aku merasa sedikit pusing dan kesal sepanjang perjalanan. Maka emosiku sedikit tidak teratur dan mulai membeludak. Jadi, aku hanya ingin meminta ma-".

"Sudahlah habiskan saja makananmu. Aku mengerti" potongnya yang membuatku sedikit kesal.

Menatapku dengan tulus dan dibarengi dengan terbitnya senyum indah diwajahnya. Mengusap pelan rambut ku dan sedikit mencubit pipiku. Apakah kalian tau? Mengucapkan kata maaf itu tidak mudah. Apalagi dengan dipotong seperti itu siapa yang tidak akan kesal?. Tapi dengan wajah yang seperti itu, bagaimana aku bisa marah?.

Ku tatap tajam ke arahnya. Merasa kesal karena sebenarnya ia sedari awal ia memang suka sekali memotong ucapanku dan pembicaraanku. Entah kenapa rasa jahilnya terkadang datang disaat waktu yang kurang tepat.

Melihat wajahku yang terus merenggut kesal dan sedikit mencebikkan bibir, ia tertawa.

Memang sangat menjijikkan jika aku berperilaku seperti itu kepada orang lain. Namun entah kenapa saat aku sedang berdua dengan Death, urat malu yang ku punya terlempar jauh ke Antartika. Bahkan mungkin bisa lebih jauh lagi.

"Hahaha... baiklah baiklah... aku memaafkanmu. Tapi dengan syarat kau harus istirahat malam ini. Kita tunda rapat malam ini. Besok baru kita membuat rencana bersama setelah sarapan. Jika tidak, maka aku akan menghilang tanpa kabar. Dan pulang tanpa kau ketahui dan terus menerus hingga kau sebal. Mau mencoba?" candanya yang sebenarnya mengandung keseriusan didalamnya.

Membuatku sedikit menelan ludah kasar mendengarnya. Apa kesalahanku sebesar itu ya?. Ah salah satu fakta tentangnya adalah, ia tidak pernah bercanda dengan kata-katanya. Jadi, berhati-hatilah.

"Kalau begitu dalam dua hari kau akan kembali. Karena aku sangat muak dengan keadaanmu yang tanpa kabar walau sehari saja..." ucapku dengan sedikit kekehan diakhir. Membuatnya juga ikut terkekeh melihatnya.

"Jadi kau berminat?" tawarnya.

Ku gelengkan kepalaku beberapa kali lalu kembali melanjutkan makan malamku hingga selesai. Meminum obat yang tadi ia bawakan dan memberikan nampan yang berisi mangkuk dan gelas kosong ke arahnya. Membuatnya tersenyum dan kembali mengacak-acak rambutku pelan.

"Good girl..." pujinya melihat makanku yang lahap dan menghabiskan semua itu dengan cepat. Melihatnya memujiku seperti itu membuat hatiku menghangat.

Ia langsung saja bangkit setelah menerima nampan kosong dariku. Membantuku membaringkanku dan menyelimutiku. Mengusap pelan dahiku lalu mengecup pelan disana. Dan hal semakin membuat hatiku menghangat senang. Entah bintang apa yang membawakanku keberuntungan, tapi aku sangat berterima kasih pada mereka karena memberi manusia baik hati sepertinya.

"Sweet dream my princess...".

"You too my King...".

••••••