Chereads / EMILY. / Chapter 11 - | Chapter. 10 || Suddenly The Storm Comes |

Chapter 11 - | Chapter. 10 || Suddenly The Storm Comes |

21.59 PM, AUCTION HOUGHTON CORP

Fancy Cruise, HOUGHTON CORP PROPERTY

.

.

.

.

.

Selepas kepergian Logos, mataku tidak lepas dari lautan manusia yang ada di hadapanku. Memindai satu persatu orang-orang yang melewat dihadapanku. Bahkan anak kecil sekalipun. Tapi sayangnya, tidak mungkin ada anak kecil disini, kecuali dia adalah salah satu properti pelelangan. Sepertinya kalian tau maksudku.

Posisiku tidak berubah sejak 15 menit yang lalu. Acara pelelangan akan dimulai sekitar 15 menit lagi. Karena memang pada awalnya ini adalah pesta, jadi hadirin dipersilahkan untuk menikmati hidangan terlebih dulu.

Ku masih menyisir pandangan sambil sesekali menyesap minuman yang ada ditanganku ini. Menikmati minuman yang cukup melegakan tenggorokanku karena terlalu lama berputar-putar dan berkutat di lautan manusia ini. Apalagi menunggu Husky. Ini benar-benar melelahkan. Rencana ini memang merepotkan karena membutuhkan banyak sekali waktu yang  terbuang. Bahkan sudah tidak terhitung berapa banyak ku mendenguskan nafas kasar karena jengkel menunggu.

Batinku terus menggerutu hingga sebuah tatapan bertemu dengan mataku. Awalnya ku terkejut, namun dengan cepat ku menatapnya lagi dengan datar sama seperti ku menyisirkan pandanganku sebelumnya.

Tatapan yang tajam dan tegas sedang memperhatikan wajahku lekat-lekat. Wajahnya yang tegas semakin membuat aura dominannya menekan sekitarnya. Bahkan aura itu sampai padaku. Mata biru itu sesaat membuatku terdiam. Tatapan itu sangat dalam seakan-akan tenggelam didalamnya. Membuatku tersihir beberapa saat, namun dengan cepat---ku tersadar dan kembali menatapnya dengan datar. Kelewat datar.

Mata kami terus saling menatap hingga seorang pelayan---yang pasti bukan Logos---datang menawarkan minuman kepada mereka. Pelayan itu tidak buta melihat minuman mereka masih terisi penuh dan tidak sama sekali kekurangan. Mendekat seraya membungkukkan tubuhnya 90 derajat tercondong ke arah salah satu teman dari target kita. Apalagi kalau bukan menggoda. Terlihat dengan jelas bahwa pelayan itu datang hanya untuk menggoda lelaki-lelaki arogan yang ada dihadapannya. Apalagi dengan wajah Adonisnya yang dengan mudah dapat membuat wanita bertekuk lutut dihadapannya. Kecuali aku.

Matanya kembali terarah padaku saat pelayan itu sudah pergi meninggalkannya. Tatapan mata yang tadinya tampak bak elang mendapatkan mangsanya, kini berubah menjadi tatapan lekat yang meremehkan. Aku memang tidak suka tatapan seperti itu. Sangat merendahkanku. Benar-benar merendahkan harga diriku.

Tak tahan melihat tatapannya dan juga seringaiannya yang muncul, ku menaikkan sebelah alisku. Menarik sebelah sudut bibirku yang seketika membuat wajahnya kembali datar. Berbalik menatap remeh yang juga tidak diterima balik olehnya. Bahkan sepertinya dia merasa kesal ke arahku. Lalu apa peduliku?. Ku mendengus geli. Dasar laki-laki. Mata kami terus bertautan hingga suara krasak-krusuk terdengar ditelingaku.

"Black, we're all ready...". Sebuah sunggingan semakin melebar di wajahku. Walaupun begitu, tidak ada yang akan menyadarinya dan peduli. Kecuali laki-laki yang masih menatapku tajam itu.

Ku menenggak habis Champange yang ada ditanganku. Sedikit dari cairan berwarna putih itu ku biarkan menetes dan mulai beranjak dari sana. Tak lupa juga ku mengedipkan sebelah mataku kepada laki-laki yang terlihat jelas urat-urat amarah diwajahnya. Lucu sekali.

"Husky, ku tunggu 5 menit dari sekarang". Ku langkahkan kakiku masuk ke arah lorong yang berada disisi kananku. Melangkah diantara kerumunan yang baru saja keluar dari sana. Aku harus menghapus jejak ku karena aku tidak ingin melakukan tadi mengikutiku. Akan sangat-sangat merepotkan kalau itu benar-benar terjadi.

Dengan langkah yang terkesan anggun namun juga cepat disaat yang bersamaan. Menaiki tangga dan terus menyusuri hingga ku menemukan salah satu penjaga dari orang tersebut. Tentu saja aku tidak bodoh dengan menjatuhkan diriku ke dalam lubang konyol yang dipenuhi oleh 8 penjaga yang berpengalaman dalam bertarung dan juga beberapa senjata jebakan dipungut masuk kamar itu.

Kedatanganku memang menjadi sorotan perhatian bagi mereka semua. Bahkan tatapan tajam dan datar mereka tidak ada henti-hentinya menusuk ke arahku. Hingga kakiku kembali melanjutkan langkah menaiki tangga. Naik ke lantai selanjutnya hingga langkahku sudah membawaku ke lantai 4 dan menghampiri salah satu kamar.

Menempelkan kartu masuk tersebut dan dengan cepat masuk ke dalam kamarku. Ya, kamar yang ku pesan tepat selisih satu lantai diatas dari kamar target. Kamar target yang tadi dipenuhi oleh penjaga itu berada dilantai 2 sedangkan kamarku berada dilantai 4. Cukup aneh karena kejadian ini benar-benar kebetulan sekali dan jarang terjadi. Tapi ku acuhkan pikiran aneh itu dan kembali melakukan hal yang seharusnya ku lakukan didalam kamar ini.

Dengan cepat ku mengganti kostumku dengan baju yang sudah ku bawa. Mengikat rambutku dengan gaya Ponytail dan mulai membuka koperku yang tersedia semua barang-barangku bahkan senjata juga didalamnya. Cara membawanya? Mudah. Dengan sedikit rayuanpun, penjaga keamanan disini akan luluh pada perempuan cantik. Sepertinya kalian mengerti apa maksudku.

Memakai Kaos hitam polos ketat disertai celana Black Levi's 711 Skinny Jeans. Lalu memakai SIZIMA Ultimate Belly Band Holster diperutku yang ku sematkan 2 senapan Smith and Wesson 500 Magnum yang berjenis Revolver dan 3 buah SIG Sauer P226, beberapa peluru cadangan dan juga BB-212. Lalu ku tutupi mereka semua dengan jaket kulit Real Lambskin Quilted Leather ditubuh ku. Tidak lupa juga dengan beberapa pisau lipat dikantung senjata dibelakangku.

Setelah semuanya selesai, ku masukkan beberapa Spystuff kedalam WaistBag dan menghadapkannya ke punggung belakangku. Tidak lupa juga disana tersemat kamera kecil yang terhubung langsung ke komputer Blade.

Mengikat Slayer hitam yang menutupi hampir setengah wajahku walau sudah memakai Topeng Silikon, tidak menjamin bahwa wajahmu tidak terluka. Ku masukkan kakiku kedalam sepatu Boots hitam jenis Ankle Boots Motorcycle dan yang dibuat oleh Blood dan sudah pasti dilengkapi beberapa fitur senjata didalamnya. Sarung tangan kulit hitam dan persiapan pun selesai.

"Black, Husky mulai bergerak" ucap Blade saat ku sedang terduduk diatas kasur memasangi sebuah alat perekat disepatuku. Sebuah seringaian terbit di wajahku.

"I'm on my way" ucapku dengan bangkit dan melangkah tegap ke arah balkon.

Menutup tirai dan pintu balkon lalu berbalik dan menatap pintu. Merapatkan punggung dan menatap tajam pintu balkon kamarku. Mendengus kasar berusaha mengendalikan adrenalin yang berpacu gila didalam diriku. Menyeringai lebar dengan mata yang membelalak lebar.

"Show time!". Sedetik setelahnya, tubuhku terlempar ke arah belakang. Berbaring diantara partikel udara yang dihiasi api semangat yang membara. Detak jantung yang membara.

Setelah sekian lama ku terdiam mendekam di kegelapan, hingga akhirnya saat ini ku merasakan jantungku yang berpacu dengan kencang. Aku senang. Aku bahagia. Tanpa tau, bahwa kata itulah menjadi awal dari semua takdir yang datang mulai bercampur dengan hidupnya. Hidup seorang gadis bernama Emily Routhwaite.

••••••