Chereads / EMILY. / Chapter 12 - | Chapter. 11 || The Real Storm |

Chapter 12 - | Chapter. 11 || The Real Storm |

22.11 PM, AUCTION HOUGHTON CORP

Fancy Cruise, HOUGHTON CORP PROPERTY

.

.

.

.

.

"Hahaha... Well, senang bisa bekerja sama dengan anda Mr. Wyatt!" ucap Husky seraya menjabat tangan Brian.

"Saya juga..." singkat Brian. Mereka melepas tangan mereka tak lama setelahnya. Kembali berbincang ringan membahas tentang pekerjaan mereka itu sendiri.

Ku menatap datar ke arah keduanya. Bosan. Kalau bukan karena rencana, mungkin aku akan pergi dan membawanya ke mansion ku saat ini. Membawanya, siapa lagi kalau bukan gadis itu. Gadis yang menjadi tujuan dari segala persiapan ini. Hingga mataku tak sadar mencarinya dan menyusuri lautan manusia. Hingga akhirnya, aku menemukannya disalah satu sudut ruangan.

Mataku menatap matanya yang masih menyisirkan pandangannya ke arah lautan manusia yang ada dihadapannya. Mewaspadai sekitar dengan tatapan tajamnya yang membuatnya semakin terkesan liar dan indah. Ditambah dengan dress merah darah yang dipakainya membuatnya terlihat sangat indah dan seksi. Bahkan aura keindahannya yang liar menguat disekitarnya. Sampai-sampai akupun dapat merasakannya.

Beberapa pasang mata menatapnya dengan tatapan lapar tidak dihiraukannya. Dengan wajah kecil dan mata abunya yang cerah dan indah, dapat membuat tatapan semua orang terpaku padanya. Bibirnya yang kecil dan merah merekah membuatnya tampak sangat menyala dan juga bersinar.

Ditambah dengan leher dan juga bahunya yang putih dan lembut dengan kakinya yang jenjang, semakin membuatku ingin menyentuhnya dan membuatnya menjadi milikku. Shit! Ingin rasanya ku menghabisi dan mencongkel mata pria-pria menjijikkan itu yang menatap lapar padanya. Sial!.

Tiba-tiba saja matanya menangkap basah mataku yang tengah memperhatikannya. Matanya sedikit terkejut saat mata itu bertemu denganku. Namun dengan cepat dia menetralisir tatapannya dan kembali menatap datar ke arahku. Tatapannya semakin lama semakin dalam dan semakin dalam hingga tidak terasa kami terhanyut dengan tatapan satu sama lain.

Tatapannya menegaskan bahwa dia adalah seorang yang kuat. Menatap tajam dan tegas seperti seekor singa betina yang sedang menegaskan bahwa aku memasuki wilayahnya. Mengatakan bahwa dialah yang terkuat dengan auranya yang tertampan jelas bahwa dia memang berbeda dari wanita lainnya.

Dengan kedua bola mata yang indah serta wajahnya yang bersinar membuatku semakin tertarik dan semakin ingin mendapatkan. Matanya, wajahnya, tubuhnya dan sifatnya... Malah membuatku semakin tertarik padanya. Hingga sebuah gangguan datang tanpa diduga.

"Selamat malam, apakah anda semua perlu diisi ulang minumannya tuan-tuan? Saya membawa White Wine jika anda semua berkenan... " ucapnya dengan nada mendayu yang menjijikkan. Menatap satu persatu wajah kami hingga akhirnya akupun menatap sebal ke arahnya.

"Ya" singkatku menatap lurus ke arah Marvel yang ada dihadapanku.

Tubuhnya benar-benar mengjalangi pemandanganku. Pemandangan antara aku dan gadis itu. Bahkan dengan jijiknya, tubuhnya membungkuk hampir 90 derajat dihadapanku hingga belahan dadanya terpampang jelas dihadapanku. Bahkan hampir seluruh dadanya terpampang jelas dihadapanku. Shit! Ini menjijikkan! Bahkan aku sendiri jijik melihatnya! Apa aku harus menguliti dadanya itu agar tidak mengganggu pemandanganku?.

"Aku juga..." sambung Marvel yang menatap geli ke arahku. Bahkan dia terkekeh kecil.

Melihat kelakuan jalang pelayan yang satu ini membuat kami semua terdiam menatap remeh padanya. Bahkan Bree hanya menatap datar dan Zach---rekan bisnis Bree-hanya tersenyum sopan ke arahnya. Apa yang ingin dia tampakkan dengan wajah jelek dan tubuh yang menjijikkan itu?. Ini benar-benar memuakkan!.

"Apa ada tambahan lagi tuan-tuan?" tanyanya dengan nada menjijikkan itu. Shit! Telingaku sakit mendengarnya. Rasanya ingin ku cabut pita suara yang menjijikan itu!.

"Tidak" tegasku yang dibalas anggukan olehnya. Sesaat sebelum dia melewatiku, dia mengusap pelan bahuku dan berbisik sensual yang bahkan aku muak mendengarnya.

"Jika kau membutuhkan apapun, panggil aku..." bisiknya sambil berlalu dengan melenggokkan pinggul besarnya.

Ku menatap kesal ke arah Marvel yang hanya bisa tertawa melihatku. Bahkan Zach juga ikut tersenyum mendengarnya. Ku palingkan pandanganku kembali ke arah gadis itu. Dan beruntungnya, dia masih disana sambil menikmati minuman yang sejak tadi tidak berkurang di genggamannya. Dan sama seperti sebelumnya, tak lama pandangan kami bertemu lagi.

Tapi bedanya, tatapannya kini semakin tajam dengan kedua alis yang berkerut dalam. Sepertinya dia kesal karena tatapanku yang membuatnya tidak nyaman. Dan itu semakin membuatku gencar menatap remeh ke arahnya.

Hingga tiba-tiba saja sebelah alisnya mengangkat dan sudut bibirnya tertarik. Senyum meremehkan. Menatapku dengan jenaka yang membuatku bingung. Apa dia baru saja berbalik meremehkan ku? Apa dia tidak tau siapa aku?.

Saat ku kesal menahan marah, tiba-tiba saja dia menenggak habis minumannya. Menaruhnya ke atas nampan pelayan yang baru saja dilewatinya. Lalu melangkah berbelok ke arah kanannya. Dan tak lama, jejaknya menghilang diantara kerumunan. Baru saja aku ingin bangkit namun tatapan Marvel menyadarkanku. Mengisyaratkan kepadaku bahwa aku harus menunggu.

"Akh!!" ringisan pelan terdengar masuk ke telingaku. Sontak ku menoleh cepat. Dan ringisan itu keluar dari mulut Brian.

"Kau kenapa?" cemas Zach. Tiba-tiba saja tangan kanannya mencengkram erat gelas ditangannya hingga retak.

"G-gelasnya... Ada... Racun---Ukhh!!" ucapnya terbata-bata menahan sakit. Menekan perutnya keras guna meredakan sakit yang ada diperutnya. Mataku membelalak terkejut. Shit!.

"Apa?! Jangan main-main Bree! Atau aku akan benar-benar membunuhmu!" kesalku panik. Setelah ku lihat lagi, wajahnya memucat. Bahkan tangannya tidak berhenti mengepal kuat hingga urat-urat ditangannya menyembul keluar.

"Hei Bree! Apa kau tidak ap---".

BRAKKKK!! PRANGG!!! KYAAAAAAAAA!!!

••••••

Mata kami semua membelalak terkejut. Bahkan Husky sekalipun. Tubuh Brian tiba-tiba saja tumbang disertai dengan nafas yang memburu. Sedikit meringkuk karena rasa sakit yang bergumul di pencernaannya. Semua makanan yang sudah ditelannya kini keluar. Terus terbatuk-batuk hingga tak jarang mengeluarkan darah.

Mata Black membelalak terkejut. Terkejut dan murka bersatu dikepalaku. Semua mata memandang ke arah kami dengan tatapan terkejut dan juga heran. Bahkan tidak sedikit yang juga bergetar ketakutan. Tanpa banyak kata, sebelah tangannya menarik dan juga membopong tubuh Brian yang mulai melemas.

"MARV! PANGGIL ZANE KE RUANGAN KU! SEKARANG!" Panik Black. Saking paniknya, dia menggendong Brian didepannya dengan gaya ala Bridal Style. Dia adalah salah satu dari sahabat dan juga keluarganya, dan dia tidak ingin kehilangan mereka sekalipun. Dengan alasan konyol apapun.

"Aku akan membantumu!" panik Husky yang mulai melangkahkan kaki mengikuti mereka. Karena memang seharusnya dia ikut kesana. Menjadi salah satu yang menjaga Black---temannya. Karena disana tidak menjamin Black bisa selamat dan keluar hidup-hidup jika sendirian. Dan itu akan menjadi kabar terburuk sepanjang masa.

"Tidak perlu! Mr. Stone, Kau diam saja disini dan bantu yang lain mengendalikan keadaan. Kehadiranmu lebih dibutuhkan disini. Tolong mengerti" singkat Black. Black sudah berbalik meninggalkannya, tidak peduli akan ekspresi atau balasan dari Husky.

"Turuti saja kemauannya Husky, kita cari cara lain" balas Blade yang mendengar semuanya.

Husky memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambutnya. Meremas kuat namun di detik setelahnya dia sudah melepaskannya dan merapikan kembali tatanan rambutnya.

"Logos! Apa yang kau masukkan kedalam minuman itu?!" teriak Blade berteriak memanggil Logos.

"Shit! Aku hanya memasukkan sedikit racun buatan ku! Seharusnya racun itu melumpuhkan saraf motoriknya saja untuk beberapa waktu!" teriak Logos yang sedikit tersendat-sendat karena dia sedang dalam perjalanan bersama Blood dan Death menuju kemari menjemput kami.

Memang seharusnya Blood dan Death menjaga markas. Namun karena mereka merasakan keanehan dan juga kejanggalan dari rencana mereka, maka mereka nekat menyusul Logos dan ikut bersamanya. Mereka memang sudah memperkirakan ini. Namun ini semua benar-benar terasa janggal dan berbahaya. Sangat berbahaya.

"Tapi saat ini dia muntah darah dan kejang-kejang! Apakah kau salah memasukkan racun HAH?!" marah Blade saking paniknya.

"Did you just Insulted me Bruicy?" murkanya yang menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Hei! Just calm down okay... Just calm down". Terdengar suara Blood yang sedang menenangkan Logos yang dilanda panik dan cemas disana. Bukan bahaya yang mereka cemaskan. Bukan misi dan rencana ini yang mereka khawatirkan. Tapi Black. Mereka sekarang sedang mencari jalan untuk bisa menyelamatkan wanita itu bersamaan mengakhiri misinya ini.

"Fuck..." lirih Blade. Dia juga bingung akan segala hal yang terjadi saat ini. Ini semua diluar ekspektasi mereka. Memang semua ini diluar rencana karena mereka pikir dia akan tau kalau semua ini akan terjadi. Dan semuanya akan terlihat jelas. Semua ini, terdengar sangat aneh.

"Aku akan menyusul Black! Kalian bersiaga saja disekitar kapal dekat kamar target kalau sesuatu---". Ucapan Husky terpotong.

"Tidak! Black bilang kita harus menunggunya maka kita harus menunggunya! Kau ingin mengulang kejadian tahun lalu saat nyawa Blood hampir hilang karena tindakan gegabah seperti itu?! Berhentilah bertindak bodoh jika kau tidak ingin hal yang sama juga terjadi pada Black... I warn you Stone! Just stay the Fuck where you are!" desis Death yang menusuk tajam telinga Husky.

Amarah dan geram mulai muncul diraut wajah Husky. Mengepalkan tangan erat hingga urat-urat ditangannya menyembul keluar. Dia ingin sekali menghancurkan sesuatu. Dia ingin memukul sesuatu. Dia ingin meremukkan sesuatu. Dia ingin marah. Dia geram. Dia memang tidak suka keluarganya dihina seperti itu. Apalagi dirinya. Orang itu benar-benar mencari kematian dengannya.

Matanya ia pejamkan erat-erat berusaha menyingkirkan keinginannya menghancurkan sesuatu. Sesuatu yang ada dihadapannya. Segala sesuatu yang terlihat dan tertangkap oleh matanya. Segalanya. Hingga sebuah tepukkan dibahu menyadarkannya.

"APA?!" desisnya tajam. Menatap tajam anak buahnya yang hanya bisa menunduk sambil menghadap ke arahnya.

"Tenanglah tuan... Ini, minumlah tuan" sodor salah satu anak buahnya yang ternyata tangan kanannya yang sangat mengenal dirinya. Erick.

Tanpa pikir panjang, dia mengambil minuman yang disodorkan ke arahnya.Menenggaknya habis dengan cepat lalu berkali-kali mengatur nafasnya yang berburu seperti orang yang habis berolahraga. Memejamkan matanya sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang sudah didudukinya sesaat setelah targetnya pergi meninggalkannya.

Menarik nafas dan menghembuskanya beberapa kali hingga nafasnya perlahan kembali normal. Hingga matanya perlahan terbuka dan menyisir ke arah sekitarnya. Pandangannya menyisir dan memindai seluruh penjuru ruangan hingga sesuatu tertangkap oleh matanya.

"Wait a second" ucap Husky spontan karena perlahan dia mulai menyadari keanehan apa yang terjadi saat ini. Diapun perlahan kembali bangkit dan melangkahkan kakinya mendekati sesuatu.

Benar, ternyata ada yang aneh disini. Ku melangkah ke tengah-tengah kursi hadirin dan menyisir semuanya. Menatap semua orang yang juga menatapku aneh. Dengan panik menyusuri pandangan satu-persatu mencari jawaban dari keadaan aneh ini.

"Husky, ada apa?! Kau kenapa?!" tanya Blade yang mulai ikut panik karena melihat ada yang salah dari Husky dan juga keadaan Ballroom.

"Husky!!---".

"Sambungkan aku dengan Death dan Blood! CEPAT!" potong Husky dengan rasa panik yang tidak kunjung reda. Satu-persatu dia mengelilingi sudut ruangan tersebut dan memeriksa segala hal yang ada.

"Kau! Suruh yang lain memeriksa segala hal yang ada di ruangan ini. Pastikan tidak ada yang terlewat atau kepala kalian yang akan jadi taruhannya!" titah Husky ke salah satu anak buahnya. Yang langsung diangguki dan dilaksanakan olehnya bersama beberapa orang miliknya.

"What the---" gumam lirih Blade. Suara ketikan keyboard Blade tiba-tiba saja menambahkan kecepatannya dan terdengar seperti seseorang yang panik dalam kesulitan.

Husky yang mendengarnya seketika mengerutkan dahinya dalam-dalam. Semakin panik dan semakin kalut karena firasat buruk terus berdatangan kepadanya.

"Ada apa Blade?! Jangan membuatku semakin pan---".

"Aku kehilangan sinyal Black!" paniknya yang membuatnya semakin terdengar menggila karena ketikan keyboard nya yang menyebalkan.

"APA?! Bagaimana bisa?!" kesal Husky karena rasa paniknya mulai menguasai dirinya.

"Aku tidak tau tiba-tiba saja ada seseorang yang memutuskan sinyal jaringan yang menghubungkanku dengan Black!" panik Blade denga sedikit berteriak. Ucapan Blade semakin membuat keoalanya berdenyut. Ucapan Blade tidak membantu sama sekali. Sama sekali!. Malah membuatnya semakin panik dan semakin kalut.

Otaknya mulai tidak bisa berpikir jernih. Rasa panik dan cemas semakin menghampirinya. Bahkan pikiran-pikiran negatif berdatangan ke kepalanya. Hingga sebuah suara menghentikan langkahnya.

BRAKKKK! PRANG! KLANG!

Sesuatu telah jatuh tepat dihadapannya. Sebuah meja terjatuh dan menghancurkan benda-benda yang ada diatasnya. Namun bukan itu yang membuatnya terkejut. Seperangkat lengkap alat menyelam!.

Matanya tidak berhenti membelalak. Jantungnya berhenti berdetak saking terkejutnya. Suaranya tercengkat hingga terasa sulit dikeluarkan. Matanya yang melebar dan semakin melebar saat mengetahui bahwa selama ini mereka dijebak. MEREKA DIJEBAK! MEREKA TELAH MASUK KEDALAM JEBAKAN!. INI SEMUA JEBAKAN!.

Tiba-tiba suara decitan kursi terdengar. Perlahan hadirin yang ada disana bangkit dari tempatnya. Masih dengan topeng Masqueradenya yang jika dilihat lebih teliti mereka semua memakai topeng Silikon yang sama didalamnya. Menatap ke arah Husky yang sudah terlatih mati kutu ditempatnya. Bahkan belasan senapan sudah terbidik ke arahnya. Tubuhnya perlahan bergetar. Tangannya tiba-tiba saja dengan cepat menyentuh telinganya.

"BLADE! CEPAT KAU BILANG PADA BLA---".

DUAKKK! BRAKKKK!. Dan seketika, kegelapan datang menculiknya.

••••••