21.52 PM, Unknown Place.
New York City, United State Of Amerika.
.
.
.
.
.
.
Sebuah cahaya berbintang malam mengintip malu dari sela-sela tirai jendela kamar yang berada tepat dihadapannya. Seorang hawa yang tertidur itu mengerang pelan. Menangkap cahaya kerlip itu cahaya yang tertuju langsung ke kelopak matanya yang masih tertutup. Membantunya tersadar dari bunga tidurnya hingga perlahan ia membuka mata. Membuka mata yang perlahan membuat kesadarannyapun ikut hadir dalam tubuhnya.
Mata sayunya perlahan menyisir padangan sekitarnya, dan dia menyadari satu hal. Dia sedang tidak berada dalam kamarnya. Atau lebih tepatnya dia sedang berada didalam kamar tidur yang sudah pasti tidak dia kenali pemiliknya.
Bukan hal yang baru jika tiba-tiba saja dia terbangun ditempat asing yang bahkan tidak pernah dijamah sekalipun. Sering dia alami bahkan seiring berjalannya waktu dia mulai terbiasa dengan keadaan itu. Bahkan dia pernah terbangun diantara kubangan darah yang sedang didekati oleh beberapa buaya yang perlahan mendekatinya seperti ingin memangsanya. Dengan keadaan tubuh terikat pada tiang besi yang hampir membuatnya tidak bisa bergerak.
Tentu saja dia selamat karena jika tidak dia tidak akan berada disini saat ini. Jangan pernah meremehkan keadaannya dalam hal kabur dan menyelinap, hal itu sudah menjadi keahliannya yang mendarah daging dalam tubuhnya.
Maka untuk saat ini dia masih belum merasakan apapun atau bahkan tidak merasakan apapun. Karena menurutnya terbangun dikamar asing adalah hal yang tidak seberapa baginya. Bukan termasuk ke dalam hal yang harus dikhawatirkannya.
Tubuhnya berbalik. Yang tadinya tubuhnya tertidur miring ke sisi kanannya, kini dia sudah terlentang menghadap langit-langit ruangan. Menatapnya selama beberapa detik hingga dia bangkit dan perlahan terduduk diatas kasur. Kembali menyisirkan pandangan menatap seluruh interior kamar yang dia yakin pemiliknya adalah seorang laki-laki.
Nuansa gelap kamar yang bercat warna hitam cerah ini menggambarkan betapa maskulinnya kamar ini. Dipenuhi dengan interior yang hampir 85% berbahan kulit dan berwarna hitam ini semakin mempertegas bahwa pemiliknya adalah seorang laki-laki beraura kelam dan juga misterius.
Mengeluarkan aura dominan disetiap langkah yang dibawanya. Dengan penempatan dekorasi yang hampir menuju sempurna jika saja matanya tidak jeli menangkap beberapa hal tersembunyi dalam kamar ini. Sudah dia katakan sebelumnya bahwa dia tidak sekali dua kali diculik dengan keadaan seperti ini. Maka kejelian matanya sangat terasah untuk melihat pintu-pintu rahasia atau brangkas tersembunyi sekalipun. Seperti sekarang.
Hampir saja dia tertipu dengan patung miniatur Dewa yunani Zeus hitam yang berdiri tegak diatas meja. Berada tepat satu dihadapannya yang membuatnya semakin tertampan jelas.
Ya, dia yakin sekali kalau patung itu adalah sebuah tuas yang akan membuat pintu rahasia yang berada diruangan ini terbuka lebar untuknya. Jika dijabarkan dengan analisis akan menjadi penjelasan yang panjang. Maka aku tidak terlalu memperdulikannya. Karena satu hal yang harus aku lakukan saat ini. Keluar dari tempat yang menyebalkan ini.
Ku lihat piyama putih yang melekat tubuhku menggantikan bajuku yang sebelumnya bisa ku pastikan adalah baju penyamaranku. Baju yang selalu ku pakai untuk menjalankan misi. Melihatnya sudah tidak melekat ditubuhku membuatku sedikit kesal. Apalagi bisa ku lihat dengan jelas bahwa gaun piyama putih ini sangat-sangat tipis dan tembus pandang. Membuatku berdecak kesal karena salah satu hal yang tidak ku sukai adalah pakaian yang terlalu terbuka atau terlalu memperlihatkan bentuk tubuhnya.
Walau bajuku yang kemarin juga sangat membentuk lekuk tubuhku, tapi tidak mengekpos tubuhku dengan gamblang. Walaupun kakiku terlihat dengan jelas, tapi tidak dengan tubuhku!. Tidak seperti pakaian yang sedang dipakainya ini. Kalau jatuhnya seperti ini sekalian saja tidak usah pakai baju! Menyebalkan sekali!.
Sebenarnya masih banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang berkumpul didalam kepalanya. Dan yang paling menguasai kepalaku adalah pertanyaan kenapa aku masih bisa bernafas sekarang. Aku tidak bodoh dengan melupakan bahwa saat itu kepalaku tertembak tepat didahiku hingga kepalaku terpental mendongak paksa ke belakang. Membuat tubuhku ambruk seketika dengan kepalaku yang berdengung kencang sampai-sampai kegelapan menjemputku dengan sangat cepat.
Bahkan rasa sakit dikepalaku masih ku rasa yang sekarang masih membuat kepalaku berdenyut pusing sejak ku terbangun beberapa menit lalu. Jadi, sebenarnya apa yang terjadi? Apa aku sudah mati atau aku menjadi salah satu orang paling beruntung didunia karena selamat dari tembakan telak didahiku?. Tentu saja kepalaku sudah terperban yang kini melilit kuat dipelipisku sejak ku terbangun. Namun tanda tanya masih terus berdatangan hingga akhirnya membuatku berhenti karena kepalaku semakin berdenyut sakit memikirkannya.
"Sssttt! Sialan!" desisku memaki kecil. Menopang pelan kepalaku yang terasa berat itu dengan telapak tanganku. Hingga beberapa detik setelahnya ku kembali mendongakkan kepalaku dan bertekad untuk pergi darisini.
Ku seret kakiku ke pinggiran kasur hingga ku rasakan telapak kakiku merasakan dinginnya lantai yang berada dibawahku ini. Terdiam sebentar guna meredakan denyutan pening dikepalaku yang cukup mengganggu. Semakin terasa sekali tubuhku yang lemah dan kaku. Bahkan untuk terduduk saja aku harus menahan rasa sakit dikepalaku yang semakin menjadi-jadi.
Mencabut infusan yang terhubung dari pergelangan tangan kiriku ke labu yang tergantung pada tiang besi disisi kanan kasur ini terlalu keras hingga tidak sengaja membuat lubang lukanya sedikit membesar hingga mengeluarkan beberapa tetes darah. Menegakkan kedua tanganku yang berada dikedua sisi tubuhku membantuku berdiri dari atas kasur. Berancang-ancang berdiri dari dudukku. Dan benar saja, aku berhasil berdiri.
Belum sampai 10 detik, tubuhku limbung dan terjatuh keras ke batas lantai. Tertarik gravitasi bumi dengan cukup keras hingga membuat kepalaku semakin berdenyut. Mataku sudah berdenyut hampir meneteskan air mata saking lemahnya tubuh yang ku punya ini.
Ya, hal yang paling ku benci adalah lemah. Dan hal yang paling ku sesali seumur hidupku adalah tubuhku mudah sekali terguncang jika sedang lemah. Bukan mudah menyerah, hanya saja perasaanku menjadi lebih sensitif saat tubuhku melemah.
CEKLEK!
Suara knop memutar mengalihkan pandanganku. Menatap seseorang yang masuk yang dengan santainya menghampiriku. Membawa nampan yang berisi makanan disalah satu tangannya dengan mudahnya dan sebelah tangannya lagi dia masukkan kedalam saku celana hitamnya.
Perlahan tubuhku terbangun. Dengan kedua tanganku yang menopang tubuhku yang rasanya sangat kaku dan hampir saja mati rasa. Bahkan rasanya puluhan beban menindih punggungku hingga tanganku harus berusaha keras menopang tubuhku.
Mataku mengikuti setiap langkahnya yang menghampiri nakas yang berada disisi ranjang yang tadi ku tiduri. Menarus nampan itu diatasnya lalu tubuhnya kembali menghadap ke arahku. Berjalan dengan perlahan namun tegas seperti sedang mengungkapkan aura dominannya yang semakin sesak diruangan ini.
Aku tidak pernah merasa seterintimidasi seperti ini sebelumnya. Selama seumur hidupku. Bahkan hanya karena sebuah tatapan. Dari sekian banyak lelaki yang ku temui selama hidupku hanya dia satu-satunya yang membuat tubuhku menyiut menggigil seperti ini.
Ini pertama kalinya tubuhku bergetar akan kehadiran seseorang. Bahkan hanya karena langkah seseorang. Ku menundukkan wajahku dan sedikit meringkukan tubuhku sehingga tidak sadar membuat tubuhku bergetar pelan. Namun, tetap saja mata itu melihat semua respon tubuhku yang benar-benar diluar nalar. Dan aku membenci hal itu.
Kini tubuhnya berada dihadapanku. Hanya berjarak sekitar 30 senti dari tubuhku yang membuatku dapat merasakan hembusan nafasnya yang menerpa puncak kepalaku.
Ku semakin menenggelamkan kepalaku ke bawah. Berusaha menyembunyikan tubuhku yang semakin bergetar saat merasakan tatapannya yang semakin menusuk tubuhku dalam.
Tubuhnya menekukkan salah satu kakinya mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Walaupun sudah berjongkok seperti itu, tetap saja wajahnya cukup jauh dariku. Mengulurkan salah satu tangannya ke bawah daguku dan mendongakkan wajahku ke atas. Membuat wajahku semakin mendekat padanya.
Mata birunya menatapku tajam dan tegas. Menggambarkan kemarahannya yang terus dia tahan dan mencoba untuk tidak meledak namun itulah yang membuatnya semakin terlihat menakutkan dimataku. Bahkan bulir-bulir air mataku sudah jatuh saat sebelah tangannya mengusap pelan rahangku dengan lembut. Membuatku memejamkan mata erat hingga pada akhirnya beberapa bulir air mata jatuh dihadapan lelaki yang bahkan entah darimana asalnya.
Entah kenapa hatiku sangat sakit saat berada disituasi lemah dan menyedihkan seperti ini. Berdenyut sakit jantungku hingga membuatnya sukit berdetak normal bahkan bernafas. Tiba-tiba saja ibu jarinya menangkup pipiku. Mengusap lembut jejak air mataku yang perlahan semakin membuat hatiku semakin sakit dan berdenyut nyeri. Menghapusnya terus-menerus jejak air mataku yang semakin lama malah semakin turun karena sentuhannya.
Tubuhku bergetar kuat hingga sikuku beberapa kali menekuk dan hampir menjatuhkan tubuhku. Nafasku tersenggal-senggal dan semakin memendek membuatku sulit bernafas. Menahan getaran kuat yang diakibatkan dari rasa takutku. Membuat hatiku semakin meraung sakit dan takut yang menyakitkan. Ini gila!.
Tubuhku tidak pernah setakut ini kepada seseorang!. Tidak pernah seterintimidasi ini hanya karena tatapan seseorang!. Hanya karena langkah seseorang!.Tidak mungkin aku seperti ini hanya karena tubuhku sedang lemah!. Ini tidak mungkin!.
Kedua telapak tangannya yang menangkup pipiku hampir membuat kedua tanganku tumbang. Sentuhannya sangat dingin dan menusuk hingga tubuhku semakin bergetar takut bukan main. Isakkan tangisku semakin terdengar karena rasa takut semakin menguasai kepalaku. Bahkan jantungku berdegup cepat dan kencang saking besarnya rasa takut yang ku rasakan. Sialan! Traumatic sialan!.
Hingga ku rasakan benda lembut dan kenyal menyentuh puncak kepalaku. Mataku membelalak lebar saat merasakan bibirnya menyentuh dahiku. Tubuhku terdiam mematung kuat saat merasakan aliran kuat menghentikan gemetar tubuhku.
Nafasku tertahan dalam satu tarikan kuat saat bibirnya kembali mengecup lembut dahiku beberapa kali. Dan didetik setelahnya, tanganku melemas dan membuat tubuhku limbung seketika.
Beruntung kedua tangannya yang sigap menangkap tubuhku dan mengangkatnya dengn mudah. Menggendongku ala bridal style yang memeluk tubuhku erat yang hampir membuatku sesak.
Ku semakin meringkukkan tubuhku masuk kedalam pelukannya. Memeluk lehernya erat menyembunyikan wajahku yang ketakutan diantara lekukkan leher tegasnya. Menumpahkan seluruh air mataku yang sedari tadi ku tahan dengan kuat. Mengeluarkan isak tangis yang sedari tadi ku tahan yang mencekikku kuat.
Tangannya dengan perlahan dan lembut, terus mengusap kepalaku guna membuatku tenang. Kakinya menganyunkan langkahnya membawaku kembali ke atas kasur yang menjadi tempat pertama kali ku terbangun.
Ku semakin mempererat pelukanku pada lehernya saat tangannya mencoba menurunkan tubuhku. Beberapa kali dia mencobanya hingga ku dengar dia mengembuskan nafas pelan. Ku semakin menyembunyikan wajahku pada bahunya saat ku rasakan tubuhnya perlahan naik ke atas kasur.
Memposisikan diri bersandar pada kepala ranjang dan kembali mengusap kepalaku perlahan. Meluruskan posisi kakiku yang menekuk ringkih sambil diusapnya perlahan. Mengusap kepala dan pinggangku secara bersamaan yang membuatku perlahan semakin tenang.
Tidak adanya tanda-tanda bahaya yang membuatku takut dipelukannya. Bahkan aku merasakan nyaman didalam dekapannya seperti ini. Sangat nyaman yang bahkan pelukan Will-pun kalah dengan pelukannya. Hingga ku rasakan, tangannya tidak lagi mengusap lembut kepala dan punggungku.
Ku mengusap jejak air mata yang membekas basah di pipiku. Mengusap hidungku yang basah dan beberapa kali mengerjap-ngerjapkan mataku perlahan. Mengatur deru nafasku yang sesegukkan lalu perlahan, ku menenang. Melepaskan pelukan erat pada lehernya, dan kembali mencoba menatap matanya. Kedua tangannya memeluk pinggangku mencegah tubuhku semakin menjauh.
Matanya menatapku erat. Memancarkan perasaan aneh dengan ekspresi datar wajahnya. Bukan berarti aku bodoh dalam membaca raut wajahnya. Walaupun sedatar apapun wajahnya, entah kenapa aku bisa merasakan peraaan khawatir terpancar jelas darinya. Menatapku dengan tulus dengan sentuhannya yang lembut dan hati-hati seperti tubuhku ini adalah sesuatu yang mudah pecah ditangannya. Bahkan matanya tidak sedetikpun melepas pandangannya dariku.
"Sudah tenang?" tanyanya dengan suara yang lembut dan dalam. Bahkan tubuhku meremang saat suara beratnya mengalir masuk kedalam telingaku. Membuatku kembali menundukkan wajah dan kembali membuat jari tangannya mendongakkan wajahku perlahan. Terus menatapku menunggu jawaban yang akhirnya ku beri anggukan singkat padanya.
Tangannya kembali mengusap kepalaku sesaat hingga tak lama tangannya terulur ke sisi kananku. Sedikit memajukan tubuhnya mengambil nampan diatas nakas yang berisi makanan dengan sebelah tangannya. Membuatku sedikit mencengkram jas hitamnya takut-takut tubuhku terjatuh dan semakin merepotkannya. Membawa nampan tersebut dan menaruhnya disisi kananku diatas kasur. Hingga tangannya mengambil semangkuk sup dan dibawanya ke hadapanku.
Ku menggeleng tanda enggan saat sebuah sendok berisi kuah dan beberapa potong sayuran itu melayang maju kehadapan mulutku. Menutup mulutku rapat-rapat saat tangannya terus menerus memaksa makanan itu masuk kedalam mulutku. Hingga tidak sengaja, tanganku menampik sendok itu dan menumpahkan makanan yang ada diatasnya.
Diriku panik. Tubuhku mematung takut dengan nafas yang perlahan memendek dan kembali tersenggal. Menatap terkejut makanan yang tumpah keatas kakinya yang tidak sadar kembali membuat tubuhku gemetar. Mengotori celananya yang membuatku semakin terkejut dan ketakutan.
"Kau tidak mau makan?" tanyanya yang menyiratkan nada kesal didalamnya. Wajahnya menunduk mencoba melihat wajahku yang masih menatap nanar makanan yang terjatuh itu. Hampir saja ku meloloskan isakkanku, sebuah tangan mendekapku erat. Kembali mengusap perlahan kepala dan punggungku lembut hingga tubuhku kembali rileks dan tenang.
Tangannya tidak berhenti hingga dirasanya tubuhku sudah tenang. Sedikit menjauhkan tubuhku darinya lalu menatap kembali wajahku yang kembali basah dengan air mata. Dan sekali lagi, kedua ibu jarinya mengusap pipiku perlahan dan menangkupnya lembut. Bahkan tangan kasarnya terasa menenagkan dan hangat dipipiku. Berbeda sekali dengan usapannya yang pertama kali menyentuh wajahku.
"Lain kali jika kau tidak ingin makan bilang saja, aku tidak akan memaksamu… kau hanya perlu mengatakannya padaku… hm?" ucapnya lembut seraya usapan jarinya dipipiku lembut. Membuatku memejamkan mata menikmati sentuhan tangannya yang hangat dan nyaman.
"Hm…" gumamku yang tak lama, tubuhnya menyingkir dari atas kasur. Membaringkan tubuhku perlahan lalu menyelimutiku hingga sebatas dadaku. Kembali mengusap kepalaku lalu mengecupnya lembut seperti sebelumnya. Lembut dan manis perlakuannya semakin membuatku tenang dan nyaman. Benar-benar nyaman.
"Tidurlah, aku akan segera kembali" ujarnya sambil mengecup lembut dahiku. Menatapku lembut seraya sesekali mengusap rambutku nyaman. Perlahan kegelapan mulai berdatangan dan merenggut kesadaranku perlahan hingga senyumnyalah menjadi hal yang terakhir ku lihat sebelum ku menutup mata.
Senyum yang indah yang entah kapan lagi bisa ku dapatkan darinya. Karena setelah kesadaran kembali melingkupiku, kita tidak akan tau hal bodoh apalagi yang akan ku perbuat yang dapat membuatku menyesal. Menyesal karena tidak sadar bahwa hatiku sudah menyerahkan separuh perasaanku padanya. Separuh yang membuatku semakin jatuh hingga tidak ada lagi cara ku untuk menolaknya selain menerimanya.
••••••
SORE SEMUANYAAAAAA~
MAAP LAGI AKU BARU UP SETELAH SEKIAN LAMA AKU OPP, (SETELAH SEKIAN LAMA~ BARUKU MENYADARI~ EAAAA UTHOR GAJE NYANYI---WKWKWK)
AKU UPDATE LAGI HEHEHE
KARENA DARI KEMAREN AKU SELALU UP DENGAN CHAPTER YANG SEDIKIT, MUNGKIN MULAI SEKARANG AKU BAKALAN UPDATE YANG RADA BANYAK NGGA PAPA YAA~
DAN PASTINYA BAKALAN RADA JARANG KARENA SEKOLAH DARINGKU YANG MEREPOTKAN😣 (ALAH UTHOR KEK YANG SEKOLAH AJA😑😑 hehehe).
SEMANGAT JALANIN HARINYAAAAAA!!!
JAN LUPA BUAT BERDOA DAN TERUS BERUSAHA YAAA!
MAU SEBERAT APAPUN USAHANYA PASTI ADA JALAN KELUARNYA KO!
BAHKAN JALAN BUNTU AJA KALO KITA MANJAT DINDINGNYA JUGA BAKALAN NEMU JALAN BARU HEHEHE😁😁😁
HAI READERS! 👋📚📑📓📖📃
MAKASIH BUAT YANG UDAH STAY BACA CERITA GAJE AKU:/
WARNING! TYPO EVERYWHERE!🙊🙊
HAPPY READING FELLAS!😜
JANGAN LUPA VOMMENT SAMA PENCET LITTLE STAR YANG ADA DICOVER BUKU YAAAA😄😄😄😄😄
LOVE U😘😘😘