Chereads / EMILY. / Chapter 17 - | Chapter. 16 || Different Between Day and Night ||

Chapter 17 - | Chapter. 16 || Different Between Day and Night ||

06.53 AM, Unknown Place

Manhattan, New York City.

.

.

.

.

.

.

"Eumm...". Lenguhan kecil terdengar kala sebuah tubuh kecil menggeliat pelan diatas kasur. Dengan tamparan cahaya yang menerangi hampir seisi ruangan, membuat tubuhnya tampak sangat bersinar indah. Terbangun karena cahaya-cahaya yang memaksa masuk ke dalam kelopak matanya yang sayu indah.

Wajah tidurnya yang sedikit sayu tidak sedikitpun mengurangi kecantikkannya yang bahkan tidak dia tampik sedikitpun. Bahkan dia mengakuinya, dan beruntungnya itu benar.

Matanya mengerjap beberapa kali yang sesekali memejamkan kembali karena silau cahaya yang menusuk matanya. Menetralkan pandangannya yang memburam yang perlahan menampakkan pemandangan langit-langit ruangan yang sama seperti kemarin dia membuka mata.

Rasa lelah beban tubuhnya sudah sedikit lebih ringan dan tidak separah kemarin. Tubuhnya sudah terasa lebih baik. Sangat ringan sampai-sampai dia tidak merasakan lemas lagi disekujur tubuhnya. Dan bisa dia pastikan tubuhnya tidak akan bertindak konyol dan memalukan seperti kemarin.

Matanya menatap datar ke langit-langit ruangan. Nuansa gelap yang khas membuat kamar ini tetap terkesan gelap meski beribu cahaya meneranginya. Memejamkan mata seraya menikmati cahaya yang kini menerpa hangat wajahnya. Memutar kembali kilasan beberapa jam yang lalu membuat kerja otaknya semakin lama semakin berputar keras.

Dia bukanlah Dory yang memiliki ingatan jarak pendek sampai melupakan kejadian yang kemarin. Tentu dia merasa malu dan kesal karena tubuhnya sudah lepas kendali dihadapan orang lain. Dihadapan orang asing. Dan yang lebih parahnya lagi, dihadapan orang asing yang sebentar lagi akan menjadi targetnya nanti. Ya, dia harus memusnahkannya.

Salah satu rahasianya sudah terbongkar dan dia tidak akan membiarkan orang atau siapapun yang mengetahuinya akan bernafas tenang didunia ini. Mengetahui kelemahannya sama saja mengetahui hal 'menyenangkan' apa yang bisa dia lakukan dengannya.

Dan tentunya, dia akan ikut bermain bersama hingga salah satu dari mereka menyerah lelah. Menyerahkan seluruhnya dengan pasrah agar sang ajal tidak sulit menjemputnya. Itulah salah satu tugasnya, membantu malaikat pencabut nyawa menjemput ratusan bahkan ribuan jiwa yang merepotkan.

Dan tentu saja dia sangat menikmatinya karena itu adalah sebuah kebaikan. Yang disisi lain, hal itu juga sangat menarik dan menyenangkan. Bahkan aku tidak keberatan sedikitpun walau tidak mendapat keuntungan apapun.

Ku mendudukkan tubuhku perlahan. Memperhatikan sekitar yang bisa dia rasakan bahwa tempat kosong yang ada disampingnya sedikit terasa hangat yang berarti belum lama dia terbangun dari sisinya, benar-benar seseorang tertidur disampingnya. Berada tepat disampingnya yang sepertinya sudah ku yakini bahwa lelaki itu pelakunya. Laki-laki yang berani-beraninya memeluk dan tidur bersama disampingnya.

Belum pernah dia rasakan tidur bersama laki-laki disisinya semalaman. Bahkan Will saja tidak pernah berani melakukannya karena dia tau aku tidak menyukainya. Dan lelaki ini dengan lancangnya melakukan itu disaat aku lengah?!. Sialan!.

CEKLEK!

Suara berputarnya kenop pintu membukakan pintu hitam yang berada beberapa meter dihadapannya. Menampakkan seorang laki-laki yang membawa senampn makanan dan minuman ditangannya. Sama persis seperti tadi malam. Membuatku kembali mengingat kembali kejadian bodoh dan memalukan tadi malam dan aku tidak menyukainya. Ralat! Aku membencinya. Benar-benar membencinya!.

"Kau sudah terbangun?" tanyanaya sambil mendekatiku.

"Kelihatannya?" sinisku dengan melayangkan tatapan tajam ke arahnya. Wajahnya tidak merespon apapun kecuali tubuhnya yang kini duduk disampingku memangku makanan yang dibawakan olehnya.

"Makanlah, setelah itu bersiap-siap" ucapnya yang menyodorkan semangkuk sup ayam hangat dan rebusan kentang ke hadapanku. Menaruhnya dipangkuanku yang masih ku tatap tajam disetiap gerak-geriknya.

"Aku tidak lapar" datarku yang kembali menatap wajahnya.

"Walau mulutmu menolak, tapi tubuhmu membutuhkannya. Aku tidak suka ada seorang penyakitan dirumah ini. Jadi cepatlah makan. Kita tidak punya banyak waktu" ucapnya datar tanpa memperdulikanku.

"Aku ingin pulang" jawabku tajam. Matanya melirik kesal ke arahku yang sedari tadi tidak menghiraukan ucapannya.

"Aku akan menyuapimu, bukalah mulutmu" ucapnya terus yang tidak mendengarkan dan mengacuhkan ucapanku. Mengambil kembali semangkuk sup dari atas pangkuanku lalu mengambil sesendok sayuran darinya.

"Aku. Ingin. Pulang" ucapku yang menekan setiap kata yang ku ucapkan. Tidak peduli dengannya yang menghembuskan nafas berat dan jengah melihatku yang terus memberontak dihadapannya.

"Kau tidak akan pergi kemana-mana. Mulai sekarang tempat ini adalah rumahmu dan ku pastikan kau tidak akan bisa pergi kemanapun jika kau masih memberontak seperti ini" jelasnya tajam dengan nada kesal yang bercampur didalamnya. Mengeluarkan sikap otoriternya yang tidak bisa ku terima dengan baik dalam tubuhku.

"Aku ingin pulang" ucapku yang semakin menajam dan datar.

"Habiskan, aku akan menunggumu menghabiskannya" ujarnya datar yang sekali lagi menghiraukan ucapanku. Kembali menaruh mangkuk itu dengan kesal lalu sedikit memundurkan tubuhnya, memperhatikanku dengan wajah kesal yang tertera jelas disana. Memasang wajah datarnya dengan alis yang mengering dan tatapan tegas yang sudah pasti melekat dimatanya.

"Ku bilang aku ingin pulang!" gertakku yang menaikkan satu oktaf suaraku. Memukul keras ruang kosong yang ada disisiku hampir saja membuat sup yang ada di pangkuanku tumpah.

"Apa kau tuli?! Jangan sampai aku mengulang perkataanku dua kali karena aku tidak menyukainya" tekannya yang semakin tajam dan dalam. Mengeluarkan suara dominasinya yang dalam dengan suara husky yang menambah kelam suasana. Jika perempuan lain yang mendengarnya mungkin mereka akan bergetar ketakutan dan menganggukkan segala perkataannya. Tapi sayangnya, aku bukanlah salah satu dari perempuan itu.

"Kalau kau tidak melepaskanku maka aku akan mencari jalan keluar darisini!" desisku tajam. Menatap matanya menantang hingga terdengar suara geram gemeletuk gigi darinya.

Menyingkirkan semangkuk sup yang masih hangat dan cukup menggiurkan itu lalu bangkit dari kasur. Menegakkan kakiku yang langsung saja membuat tubuhku bangkit dan melangkah lebar menuju pintu. Menggenggam kenop pintu erat dihadapanku dan hampir memutarnya sebelum sebuah suara mengejutkanku.

"Silahkan saja kau keluar, dan 5 menit dari sekarang kau akan melihat seluruh kepala temanmu akan tergantung didekat perapian ruang tamuku. Sepertinya menjadikan mereka koleksi tidak buruk juga saat melihat kemampuan mereka yang cukup pintar mencoba mengelabuiku. Bahkan hampir menjebak dan membunuhku itu merupakan rekor terbaru dari semua musuhku... Aku bahkan salut melihat perjuangan mereka yang mati-matian mencoba menyelamatkanmu disini. Dan berakhir dibawah tanah. Itu sangat.... Menyedihkan". Suara beratnya dengan mudah masuk dan berputar-putar di kepalaku. Apalagi mengetahui bahwa mereka mencoba menyelamatkan ku hingga akhirnya mereka terperangkap juga didalam sini membuatku marah.

Seketika tubuhku yang mematung kini bergetar kuat. Saking besarnya amarah yag ku tahan hingga tubuhku bergetar tanpa sadar. Mengepal kuat kedua tanganku disisi tubuhku lalu berbalik tegas kehadapannya.

Tubuhnya bersandar tenang dengan kedua tangan yang menopang tubuhnya dibalik punggungnya. Menatap remeh dengan senyuman khas sang arogan yang membuatku kesal. Yang sedetik kemudian kembali memasang wajah datar dengan mata tajamnya ke arahku.

Matanya menatap setiap langkah yang ku bawa mendekatinya hingga kini tubuhku benar-benar ada dihadapannya. Ku tarik kencang kerah bajunya dan mendekatkan wajahku dengannya. Tubuhnya dengan mudahnya mendekat seperti dia sengaja melakukannya. Semakin membuatku geram dan semakin membuatku ingin memukul wajah brengseknya.

"Sekali lagi kau mengancamku dengan teman-temanku akan ku kuliti seluruh tubuhmu dan membakarnya dengan besi panas yang akan menghancurkan setiap daging yang ada ditubuhmu. Lalu akan ku jadikan tubuhmu snatapan makan malam anjing-anjingku yang harga dirinya lebih tinggi darimu! Apa kau sepengecut ini dengan mengancamku menggunkan orang lain?! Apa dirimu sendiri tidak mampu melawanku?!" desisku dengan suara yang menekan dalam disetiap katanya.

Menatap tajam kedua mata biru dihadapanku yang hanya menampakkan sorot mata datar tanpa ekspresi diwajahnya. Terus menatapku hingga rasa jengkel dan kesal semakin menggebu dikepalaku.

"Memangnya apa yang bisa kau lakukan untuk mencegahku?! Kau hanyalah seonggok sampah yang tidak berarti di hadapanku! Jadi menyingkirlah sebelum kau terinjak mengenaskan dibawah sepatuku!" gertakku sambil mengetatkan rahang menatapnya. Rasa murkaku menggelapkan mataku hingga tidak terasa nafasku mulai tidak beratur.

Matanya masih menatap mataku datar dengan wajah yang sama sekali tidak menampakkan ekspresi apapun selain datar. Membuatku semakin mengepal kuat tanganku menahan marah karena wajahnya yang seperti meremehkanku.

"Jawab aku Siala----".

BRUUKK!!

"Uurghh!" ku merintih kecil saat tubuh besarnya kini menindih tubuhku. Menumpukan tubuhnya padaku sampai-sampai ku sulit bernafas.

Tangannya dengan cepat mencengkram pinggangku erat lalu membantingnya keatas kasur. Menjatuhkan tubuhnya diatasku dengan kedua tanganku ditahan kuat oleh kedua tangannya yang berada disisi kepalaku.

Sebelah kakinya menekan kedua kakiku kuat hingga ku tidak bisa menggerakkannya barang sedikitpun. Mataku semakin menatapnya tajam. Wajahnya yang tidak berekspresi apapun entah kenapa membuatku sedikit ciut dihadapannya. Yang sudah pasti, aku menutupinya.

"Kau pikir kau bisa keluar dari sini dengan mudah hah?! Apa kau lupa bahwa aku pemilik rumah ini?! Penguasa rumah ini dan dunia bawah yang dibandingkan dengan tubuhmu saja tidak ada apa-apanya?! Dan sekarang kau menantangku?! Dimana letak otak kecilmu itu?!" desisnya kuat dengan penekanan disetiap kata yang dikeluarkan dari mulutnya. Suara baritonnya semakin membuat ucapannya semakin menekanku.

Jujur saja aku takut saat ini. Tapi apa kalian pikir aku hanya akan pasrah begitu saja? Tidak. Tidak ada kata pasrah dalam hidupku. Hanya ada bertahan hidup, membunuh dan menghancurkan semua yang menghalangi jalanku.

"Cuihh! Go to hell you fucking Bastard!". Ku meludahi wajahnya. Mengenai tepat ke hadapan matanya yang membuatnya terkejut bukan main.

Matanya memejam sesaat. Rahangnya yang mengetat keras menampakkan bahwa ia sedang menahan amarahnya yang sedang meluap-luap.

Dia terdiam. Menatapku datar dan tajam disaat yang bersamaan. Mengetatkan rahangnya semakin kuat hingga ku lihat rahangnya mengeras. Hingga tiba-tiba saja, salah satu tangannya menyatukan kedua tanganku diatas kepalaku dan sebelah tangannya mengusap wajahnya.

Kedua tanganku mengepal kuat. Ikut mengeraskan rahangku kesal saat sebuah kekehan terdengar masuk ke dalam telingaku. Kekehan yang semakin lama berubah menjadi tawa yang menggelegar sampai-sampai jantungku berdegup kencang mendengarnya.

Bukan berdegup karena rasa senang atau bahagia seperti dimabuk cinta, tapi rasa ketakutan yang tertahan dan semakin lama semakin membesar dan hampir mengusai tubuhku. Sampai ku tidak sadar, bahwa tubuhku ikut bergetar mendengar tawanya. Kelam dan tajam yang menyiratkan kemurkaan yang pekat didalamnya.

"HAHAHAHAHAHAAAA!!! AAAHHHH!!! Sudah lama aku tidak bertemu perempuan pemberontak sepertimu! Kau sangat menarik! Benar-benar sebuah kejutan!" riangnya yang tiba-tiba saja tertawa keras dan menggelegar dengan kekehan yang masih terdengar kecil diakhirnya. Dan di detik selanjutnya, tiba-tiba saja dia terdiam.

Wajahnya yang datar tanpa ekspresi berpadu padan dengan sorot mata membunuh yang menyeramkan. Matanya menatapku seperti elang yang menemukan mangsa incarannya. Dengan seringaiannya yang lebar dan mengerikan dia tampakkan sampai sebelah tangannya mencengkram rahangku kuat-kuat. Menampakkan mata iblis yang sebenarnya membuatnya benar-benar seperti siluman iblis yang murka.

"Dasar kau perempuan tidak tau diri! Aku sudah berbaik hati memberimu makan! Memberimu tempat tidur milikku dengan suka rela ditiduri oleh perempuan kotor sepertimu! Memelukmu dengan tubuhku yang bahkan aku sendiri jijik membayangkan kembali kejadian malam itu! Dan ini balasanmu padaku?! Benar-benar tidak tau diuntung! Sialan! Kau membuatku murka!" bentaknya yang tiba-tiba saja sebuah dasi sudah mengikat pergelangan tanganku kuat-kuat. Bahkan ku meringis ngilu saat dasi itu diikatkan kuat ke kepala ranjang.

Tubuhku memberontak brutal saat tangannya mengikat pergelangan tanganku erat. Bahkan saking eratnya, ku rasakan kulitku semakin lama semakin terkelupas olehnya. Dengan wajah datar dengan sorot mata membelalak senang semakin membuat tubuhku bergetar. Hingga tiba-tiba saja tubuhnya menyingkir dari atas tubuhku.

Tubuhnya melangkah masuk ke dalam ruangan yang bisa ku pastikan bahwa itu adalah Walk In Closet miliknya. Masuk ke dalamnya hingga punggungnya menghilang tak terlihat.

Ku mengambil kesempatan dengan bangkit dan menggeliat mencoba terduduk hingga tubuhku benar menegap duduk diatas kasur. Melepas ikatan dasi yang sialnya cukup merepotkan namun berhasil. Jika kalian lupa, aku juga seorang kriminal yang bahkan diikat menggunakan borgolpun mampu melepaskan diri dengan mudah. Dan ini hanya seutas dasi? Jangan membuatku tertawa!.

Ku melepaskannya dengan cepat lalu menurunkan kakiku dan berdiri tegap disisi ranjang. Menatap ke arah luar balkon kamar yang mejadi tahap pertama ku keluar dari rumah sialan ini.

Belum sampai ku mempersiapkan diri---tiba-tiba saja disaat yang bersamaan, lelaki itu keluar dari ruangan itu. Menatapku dengan terkejut yang kali ini matanya menatap bengis tubuhku. Menatap pergelangan tanganku yang memerah lepas dari ikatan dasi miliknya. Wajahnya yang memerah dengan rahang terus mengetat hingga urat-urat kecil menonjol darinya. Mengepal kuat meremas benda-benda yang ada ditangannya hingga terdengar dari salah satunya berbunyi retak.

Sontak tubuhku memundur dan menatap terkejut dirinya. Yang disalah satu genggaman tangannya, terdapat beberapa beberapa barang yang membuatku terkejut membelalakkan mata. Pandanganku bergetar melihat benda-benda yang ada ditangannya. Bahkan jantungku hampir berhenti berdetak saking terkejutnya.

Sebuah Strapless kayu, beberapa Cable Ties dan sebuah alat mentato. Walaupun ku sering menyiksa orang lain, tapi ku belum pernah menyiksa seseorang selain memakai jarum, pisau, kail pancing dan alat tajam lainnya. Bukan benda-benda seperti itu bahkan tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Dan melihat benda-benda asing ditangannya, sedikit membuatku terkejut dan juga penasaran. Ya, penasaran bagaimana rasanya jika ku menyiksa seseorang dengan menggunakan itu.

Tubuhku sedikit mematung melihatnya. Terkejut sesaat yang beberapa saat kemudian langsung mengubah mimik wajahku dengan tatapan tajam dan mengeringkan alis dalam kesal karena melawannya yang cukup merepotkan.

Mataku bertemu matanya yang semakin menggelap saat melihatku sudah berdiri disisi lain ranjang miliknya. Dengan ikatan dasi yang terlepas begitu saja dan tergeletak diatas kasur dengan menyedihkan.

Tangannya yang mengepal kuat siap melayangkan pukulan keras dan telak bagi siapa yang ada dihadapannya. Dan ini tidak baik. Aku tidak akan selamat jika aku kembali berada dicengkramannya saat ini!. Shit! Aku harus keluar darisini!.

••••••

PAGI SEMUANYAAAAAA~~~

YUHUUUUUUUUUUUUUUU~~~

SEMOGA HARI KALIAN DAN KABAR SAMA BAIKNYA DENGANKU HEHE...

GUYS AKU PENGEN JUJUR SEBENARNYA AKU PENGEN NGASIH KALIAN VISUAL BIAR SEMUANYA SEMAKIN TERBAYANG DAN BUAT YANG NGGA NGERTI TULISAN CEKER AYAMKU BISA KE BANTU SAMA GAMBARNYA.... WALO YANG KEMAREN ITU CUMA BEBERAPA AJA DAN KEK YANG NGGA NIAT BANGET NI UTHOR NGASIH VISUAL [Ehehehe....😅😅😅 Maapkan aku yang amatir ini hiks:') ]

NAH MENURUT KALIAN MENDING AKU PAKE VISUAL ATO NGGA YA!!!

VOTE DIKOLOM KOMENTAR YOOOO!

THANK YOUUU LOPYU ALL!!😍😍

HAI READERS! 👋📚📑📓📖📃

MAKASIH BUAT YANG UDAH STAY BACA CERITA GAJE AKU:/

WARNING! TYPO EVERYWHERE!🙊🙊

HAPPY READING FELLAS!😜

JANGAN LUPA VOMMENT SAMA PENCET LITTLE STAR YANG ADA DICOVER BUKU DEPAN YAAAA😄😄😄😄😄

LOVE U😘😘😘