23.49, Mr. Black Room's.
On Second Floor, Cruise's Deck.
.
.
.
.
.
Nafasku semakin memberat menatapnya. Rahangku mengetat menahan gejolak kobaran hasrat membunuh yang semakin membara. Menahan hasrat membunuhku yang sudah mencapai batasnya. Sedikit terkekeh melihat tatapannya semakin dingin dan dalam menatap ke arahku.
Jantungku tidak lagi merasa aneh yang tanpa alasan dengan tiba-tiba saja berdetak kencang. Karena kini, ibliskulah yang datang menjemput. Sedikit bermain-main dengannya sampai iblis ini bosan dan menghancurkannya dalam sekali gerakan. Ahhh membayangkannya saja membuatku bersemangat, apalagi jika dia benar-benar mengalaminya dihadapanku. Aku tidak sabar menunggunya.
Mataku yang sesaat memejam, kini perlahan terbuka. Menampakkan tatapan yang tajam dan dalam ke arah lawan yang tepat berada di depan ku. Tersenyum tertahan karena rasa senang yang menggebu-gebu. Aliran darahku berpacu cepat sama seperti adrenalinku yang semakin memuncak. Dan kini, aku siap bersenang-senang.
Ku tersenyum lebar yang dibalas dengan tatapan datar wajahnya. Berancang-ancang seraya melemaskan tubuh agar tubuhku lebih rileks dan lebih ringan. Apalagi dengan lawanku yang cukup menantang seperti ini, pasti akan memakan waktu lama. Dan itulah point penting dari rasa riang yang ku rasakan saat ini. Dialah penyebabnya.
Tanpa pikir panjang, ku berlari maju ke musuh yang ada dihadapanku. Terlihat wajahnya yang sedikit terkejut namun sedetik kemudian wajahnya kembali menampakkan ekspresi dingin. Ku ayunkan pisau yang kini ada dikedua tanganku dengan cepat dan lihai. Terus melangkah maju hingga sedari tadi musuhkulah yang melangkah mundur. Hingga kakinya menubruk ujung meja yang ada dibelakangnya, ku tendang sisi kepalanya.
DUAKK!!! BRUAK!!
Dengan tendangan memutar tubuhnya sedikit terhuyung dan terjatuh. Menabrak beberapa pajangan yang terdapat diatas Meja pajangan yang ada dibelakangnya. Bahkan saat ku memutar, ku mengambil kesempatan dengan menggores pipinya dengan pisau yang ada di kedua tanganku. Sayatan pendek namun dalam yang menggores salah satu pipinya. Dan kini, darah kental mulai turun darisana.
Ku memundurkan langkah lalu melemparkan pisauku ke kedua temannya yang sedari tadi hanya terkejut melihat aksiku kepada temannya yang kini masih terpaku dengan posisi yang sama. Down on one-knee. Hatiku semakin berdegup senang melihat responnya yang tidak berkutik seperti itu. Terdiam dan menatap datar diriku tanpa mengeluarkan ekspresi apapun.
Aku tidak puas dengan ekspresi yang diberikannya. Benar-benar tidak memuaskan sedikitpun. Tapi saat melihat darah yang mengalir dari pipinya, membuat jantungku semakin berdetak kencang. Semakin puas dan semakin membara semangat bertarung dengan mayat-mayat yang sebentar lagi akan menghembuskan nafas terakhirnya dengan sangat menyakitkan dan sangat pedih. Melihat darah segar dan kental yang akan berlumuran dari tubuh lemah mereka. Itu menyenangkan!. Mungkin sebentar lagi jantung mereka akan berhenti berdetak.
Kedua temannya menghindar dengan cepat saat pisauku melesat ke arah mereka. Membuat mereka berpindah posisi lalu dengan cepat tangan mereka menggenggam pisau disalah satu kedua tangannya. Menghadapku dengan posisi siaga dilengkapi dengan wajahnya yang memerah karena kesal. Dan itulah yang ku tunggu.
Ku kembali melesat maju kearah mereka berdua. Melawan mereka yang disalah satu tangan mereka terdapat pisau tajam dengan bentuk yang mematikan. Dan bentuk yang mematikan itu tidak cukup untuk membunuh atau bahkan melukaiku.
Mereka melayangkan serangan yang selalu saja ku tangkis dengan kedua senjata yang ku genggam. Beberapa kali senjata mereka menggores bahkan menyayat tubuhku yang tidak berpengaruh sama sekali padaku.
SYATT!! DUAKK! BRAK!
"AARRRGH!" teriakku saat kakiku tertimpa oleh benda besar dari arah belakangku. Dengan cepat ku berusaha bangun namun sebuah suara membuat kakiku hampir remuk.
DOR!! DORR!!
"ARGHH!! SHIT!" umpatku keras saat merasakan timah panas menembus kulit pahaku.
Sebuah peluru melesat menusuk masuk kepaha masing-masing kakiku. Menembus pahaku yang membuat tubuhku terhuyung jatuh sedetik setelah suara itu terdengar.
Kepalaku sedikit tergores saat ku terjatuh menubruk keras tumpukkan pecahan kaca bekas dihancurkan karena tertinjak oleh kaki targetku saat sedang bertarung tadi. Dan sepertinya, ada beberapa serpihan yang masuk ke dalam pelipisku. Dan rasanya benar-benar merepotkan!.
Perlahan ku mencoba bangkit walau kakiku sudah teramat sakit hingga rasanya mati rasa. Dengan kaki yang bergetar dan mencoba menegap yang pada akhirnya tetap saja jatuh. Hingga suara kokangan terdengar dibelakangku. Terdengar sangat dekat tepat dibelakang kepalaku. Tidak perlu ku tanya lagi siapa pelaku dari penembakkan kakiku dan yang melemparkan kursi kearah kakiku ini.
Tubuhku bergetar. Bukan karena takut atau karena merasa pasrah. Tapi karena menahan rasa sakit dan menahan amarah yang membeludak karena merasa ceroboh sampai-sampai terpojoki seperti ini. Saking marah dan kesalnya, bahkan rasa sakit yang ada dikakiku sudah tidak ku hiraukan lagi.
"Throw your knife!" bentak nya terasa sangat dekat di belakang ku.
"NOW!!!". Terasa sekali amarahnya yang menguar dari tubuhnya yang menampakkan urat-urat dileher dan kepalanya.
SEET! TRAKK!! DAKK!
Ku lempar pisau-pisauku ke arah yang berlawanan. Cukup jauh sampai salah satu pisau itu masuk kedalam salah satu kolong meja sudah tidak berbentuk itu. Dan tubuhkupun kembali menegak siaga.
"Turn around!" titahnya yang perlahan membuat tubuhku berbalik. Membuat wajahku menghadap wajahnya yang menjulang tinggi diatas sana.
Dengan tatapan dingin yang memancarkan aura membunuh yang kuat. Bahkan auranya itu sedikit membuatku ciut. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku takut mati terbunuh.
"Menyerahlah" ucap dingin seseorang yang menodongkan senjatanya kearah kepalaku.
"No" jawabku dingin. Tubuhku tidak berhenti bergetar. Dan sialnya, tubuh ini semakin lama semakin bergetar dan semakin bergetar. Dan itu semua karena tatapannya yang menusuk.
Suara kokangan semakin terdengar bahkan moncong pistol itu sudah menempel sempurna didahi kepalaku.
"JUST FUCKING SURRENDER OR I'LL BLOW UP YOUR FUCKING HEAD!" bentaknya yang semakin menekankan ujung moncong pistolnya hingga luka yang berada dipelipisku semakin berdenyut nyeri.
"NEVER!!---".
DOOORRRR!!!!!
Suara senapan berdengung dikepalaku. Melempar kepalaku kebelakang karena dorongan peluru yang menekan masuk ke dalam kepalaku. Membuat kepalaku seketika berdengung kencang hingga tidak lagi terdengar suara apapun yang bisa masuk kedalam telingaku. Bahkan pandanganku mengabur memburam akibat tembakan tadi.
Tubuhku ambruk. Menubruk lantai yang bisa ku rasakan aliran darah yang menetes dai dahiku. Rasa sakit dan pening masuk ke dalam kepalaku. Sayup-sayup suara terdengar masuk silih berganti dengan samar. Teriakkan panik dan bentakan samar-samar masuk kedalam telingaku.
"Why did you do that?!".
"Are you fucking insane?!".
"This is out of our plan Chris! You know that she---".
"Fuck off! Just stay out of my business!---".
Hingga suara mereka sedikit membantuku menjaga kesadaranku didetik-detik terakhir.
'Jadi inilah akhirnya? Inilah akhir dari keegoisanku yang membuat teman-temanku mendapatkan kematian yang mengerikan'. Tak terasa air mata menetes dari mataku.
'Maafkan aku… setidaknya kalian bisa memarahiku diatas sana nanti. Maka dari itu tunggulah aku' batinku terus mengucapkan kata maaf dan penyesalan yang mendalam.
Perlahan tubuhku terasa mati rasa. Mataku terasa berat dan mengantuk hingga tidak bisa ku tahan lagi. Kelopak mataku memberat dan menutupi cahaya buram yang masuk ke pandangan mataku. Hingga ku rasakan samar sebuah tangan yang memeluk tubuhku dan mengangkatku dengan mudahnya.
Mengangkat tubuhku yang ringan dan mendekapku erat. Mendaratkan sebuah kecupan didahiku yang sepertinya masih ku kira hanya mimpi. Hingga legelapan semakin merenggut kesadaranku hingga sebuah suara yang dalam dan tajam masuk ke dalam pendengaranku.
"Youre mine. Now and forever. And I promise that you can't ever… runaway from me again. Ever and never". Dan kini ku menyadari satu hal, bahwa aku sudah terjebak dalam kegelapan dan tidak ada cara lain selain menerimanya.
••••••