22.50, Mr. Black Room's.
On Second Floor, Cruise's Deck.
.
.
.
.
.
PRAANGGG!!!
Sepasang kaki menabrak pintu kaca balkon pada ruangan yang ada tepat satu lantai dibawahnya. Suara pecahan kaca itu mengejutkan semua orang yang ada didalam ruangan tersebut. Tanpa sempat melakukan perlawanan, Black menembak ketiga kepala penjaga yang ada didalam ruangan itu.
DOR! DOR! DOR!
Pintu kamar itupun terbuka dan menampakkan seorang lelaki berbadan besar yang mengarahkan senapan Laras panjang M16A2 yang dia keluarkan dari balik punggungnya.
"Shit!" umpat Black yang langsung saja berlindung dibalik meja kayu yang balik yang tepat berada dibelakang sofa yang ada dihadapannya.
Hujan peluru berterbangan ke arahnya. Beberapa kali melukai tangan dan kakinya namun tidak cukup untuk membuatnya pincang sekalipun. Tenang saja, bajunya didesain khusus oleh Blood yang membuatnya cukup untuk menahan peluru-peluru yang berhamburan datang ke arahnya.
Ditangannya sudah terselip 4 buat mata pisau yang siap dia lemparkan. Bom? Dia tidak sekonyol itu untuk membunuh dirinya sendiri. Jika benar aku mengeluarkan bom dan berakhir mati tenggelam, maka sampai kapanpun batu nisanku akan selalu ditertawakan oleh timku.
Tiba-tiba saja terdengar suara kokangan dari senjata yang sejak tadi menghujaninya peluru itu. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, tubuhnya bangkit dan didetik yang sama melemparkan pisau-pisau itu tepat ke arah leher mereka. Bahkan tubuh mereka langsung tumbang ditempat. 2 tumbang, tersisa 6 lagi. Ini cukup mudah. 3 orang maju ke hadapannya yang langsung dia tembak mati ditempat. Dan 3 sisanya, mereka maju untuk bertarung.
Bahkan dimasing-masing tangan mereka sudah memegang pisau Masood Ayoub Rasorback Neck Knife ditangan mereka. Yang berarti ada 3 mata pisau yang akan menyerangnya. Dan itu bukanlah hal yang sulit.
Senyum iblis terbit diwajahnya Black. Merasakan adrenalin yang terpacu deras didalam darahnya yang membangkitkan sesuatu yang sudah lama tidak dia rasakan. Sensasi ini. Perasaan ini. Begitu sangat menyenangkan!. Satu kata yang ingin Black katakan pada mereka. Bodoh!.
"Kau cantik dan sangat mempesona. Bagaimana kalau kita bertarung diatas ranjang daripada seperti ini. Kulit cantikmu nanti akan tergores. Sayang sekali..." ucap salah satu diantara mereka. Menodongkan mainan-mainan mereka yang tidak ada apa-apanya.
"Bagaimana jika ku potong milik kalian dan juga jadikan umpan pancing untukku menangkap hiu? Sepertinya dengan ukuran yang segitu hanya akan dianggap cacing kecil oleh hiu-hiu itu..." jawab Black dengan memanas-manasi lelaki yang ada dihadapannya.
"You'll regret it, Pretty" desis salah satu dari mereka yang tersinggung akan kata-kata Black.
"Am I?". Sebuah tendangan menjadi lonceng awal berbunyinya perkelahian yang sengit itu. Ketiganya terjungkalnya ke belakang kala sebuah kursi melayang ke arah mereka. Dan itu menjadi satu kesempatan bagi Black.
Ditekannya ibu jari kedua kakinya untuk menekan sebuah tombol yang berada didalam sepatu Boot miliknya. Dan muncullah dua mata pisau lancip yang ada di ujung sepatu dan satu lagi yang ada dibelakang Heels dari Bootnya.
Black melayangkan tinjunya ke dua orang yang ada dihadapannya yang disusul dengan tendangan memutar yang mengenai ketiganya. Memang tidak membuat luka yang parah, tapi tunggulah beberapa saat.
SRAATT!!
Sebuah sayatan panjang menggores lehernya. Garis bawahi menggores. Lalu dibalas olehnya dengan tusukan dalam dijantungnya yang dia tarik hingga tusukan itu merobek jantung hingga perut atasnya. Membuat cipratan darah itu terlempar mengenai wajahnya. Jijik. Itulah yang dirasakan Black saat ini.
BUAAKK! DAKK! TRAKK!!
Sebuah pukulan menumbangkan Black yang saat itu sedang mencabut pisaunya dari salah satu penjaga yang kini sudah teronggok mengenaskan dilantai.
"Aarghh!!" ringis Black saat merasakan kakinya ditusuk dalam oleh salah satu dari mereka. Suara kekehan terdengar singkat dari mulut lawannya. Satu hal yang harus kalian ketahui tentang Black. Dia tidak suka diremehkan dan dihina.
Dengan geram dia bangkit. Dilihatnya jam tangan kecil yang melingkar sempurna di pergelangan tangan kirinya. 2 menit lagi.
"Okay guys, Play time is over" ucap Black tajam lalu terdengar suara letupan senapan yang menembus kepala mereka satu persatu. Hingga menyisakan seorang lagi yang sedari tadi tidak berhenti mengejeknya.
DOR! DOR!
Black menembak mereka dengan sekali tarikan tanpa jeda yang membuat suaranya semakin menggema. Beruntunglah ruangan ini kerap suara. Maka suara ledakkan sekalipun tidak akan terdengar keluar.
Black mendekati lelaki yang sudah bebek belur tidak berdaya itu. Menyandarkan kepalanya yang sudah terkulai karena efek racun yang ada dimata pisau kakiku. Tangan Black menarik kuat rambutnya dan mendongakkannya ke langit-langit ruangan. Seraya menampilkan senyum iblis yang menjadi favoritnya.
"How Pity... I'll help you out from your suffer. It wont be long" bisik Black ditelinga penjaga dihadapannya. Menatap wajahnya sekali lagi yang menyiratkan kepedihan dan kesakitan yang amat mendalam karena racun yang bekerja dengan baik didalamnya.
"Go to hell Bitch!" umpatnya saat merasakan moncong senjata Black yang tertempel pas didahinya.
"Don't remind me to go home. I'll be home when it's time. So—Sampaikan salamku pada Lucifer, bilang padanya kalau aku juga merindukannya". Dan didetik setelahnya, kepala itu sudah hancur berkeping-keping. Membuat darah bersimbah dimana-mana. Bahkan dengan santainya dia mengusap darah yang ada di ujung sudut bibirnya. Tersenyum indah lalu kembali menatap jamnya. Seperti biasa, dia tepat pada waktunya.
Matanya menangkap aliran darah yang bersimbah dimana-mana. Bau amis besi yang khas masuk menusuk Indra penciumannya. Membuat adrenalin yang ada didalam darahnya kembali membara ditubuhnya. Tanpa pikir panjang, dia menarik sebuah pisau yang ada dikantungi belakangnya.
Menatap kilatan memerah yang terpantul disana lalu menatap lapar tubuh yang baru saja beberapa menit meregang nyawa dihadapannya. Dan menggoreskan sesuatu diperutnya.
Saat ujung mata pisau itu menyentuh kulitnya, aliran darah yang pekat dan kuat keluar berburu darisana.
Semakin deras dan semakin banyak mengalir turun mengenai tangannya. Perlahan turun menyelimuti ujung pisau lancip yang ada di genggamannya. Mataku semakin membelalak melihatnya. Kulitnya... Begitu lembut.
Spontan pisau itu berubah yang tadinya ujung pisau itu menusuk, kini berubah posisi menjadi miring seperti yang ingin menguliti. Perlahan pisau itu menekan dan menusuk tipis kulit tan yang sudah dibanjiri oleh darah itu. Menurunkannya dengan perlahan hingga pisau itu mengikis panjang kulit mayat yang ada dihadapannya. Perlahan dan memanjang hingga mencapai ujung jari lelaki tersebut.
Tiba-tiba saja tangan Black mengepal kuat. Tangannya terus mengepal kuat hingga tak sadar salah satu jarinya terluka akibat mata pisau tajam yang ada di genggamannya. Menahan amarahnya yang tiba-tiba saja membeludak karena hal yang membuatnya geram.
'Shit! Pisaunya terlalu tajam!' batinnya mengumpat. Dia kesal. Pikirannya terus berteriak untuk membunuh dan menyiksa bahkan menyuruhku untuk membawa darah-darah beserta mayat itu ke mansion untuk dijadikan makananku. Kepalaku sakit. Pusing mendengarkan kata-kata yang terus mengulang dengan berteriak seperti itu. Argghh! Aku tidak tahan!.
Membalikkan tubuhnya dan melempar sembarang pisau yang ada ditangannya dan menendang sofa hancur yang ada dihadapannya. Mencengkram kuat rambut yang ada dikedua sisi kepalanya mencoba menahan rasa pening yang ada dikepalanya. Hingga akhirnya kesadaran dan pikiran normalnya kembali datang ke kepalanya. Menyadarkannya dan membantunya mencoba untuk tenang.
Black mendongakkan kepalanya lalu memejamkan matanya sejenak. Berusaha meredamkan usia iblis yang tidak berhenti meraung meneriakkan kata membunuh dikepalanya. Menarik nafas sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya perlahan. Shit! Ini tidak akan bekerja!.
SYAATTT!!!!
••••••