Chereads / EMILY. / Chapter 14 - | Chapter. 13 || Arose The Demon |

Chapter 14 - | Chapter. 13 || Arose The Demon |

23.17, Mr. Black Room's.

On Second Floor, Cruise's Deck.

.

.

.

.

.

SYATTT!!! SRAKKK!!!

Sebuah pisau melayang tepat ke arah kepalanya tapi dengan refleks cepat tangannya menangkap pisau yang hampir saja menembus belakang kepalanya. Membuat sayatan panjang yang melintang ditelapak tangannya.

Meskipun darah dengan deras mengalir dari sayatan tersebut, telapak tangannya tetap menggenggam erat mata pisau itu yang semakin lama menekan luka dan membuat luka sayatan itu semakin menusuk dalam.

Dia tidak peduli. Rasa sakit sudah tidak bisa dirasakannya sejak dia menguliti mayat yang teronggok dihadapannya. Ya, kini iblisnya mulai menguasai sepertiga tubuhnya.

Maka dari itu, sekarang---saat ini juga, dia juga membutuhkan sesuatu agar dapat menahan iblis yang ada didalam kepalanya. Berusaha menghentikan iblisnya yang meronta-ronta dan meneriakkan kata membunuh setiap melihat sebuha tubuh yang masih bernafas dihadapannya.

Bahkan matanya sempat menatap lapar dua pria gagah yang berada tepat dibelakangnya ini. Dan beruntungnya, luka sayatan itu sedikit membantunya untuk tersadar lebih cepat. Dia tidak bisa membayangkan jika dia tidak bisa mengendalikan iblisnya ini, mungkin keda tubuh itu sudah menjadi seonggok mayat 5 menit kemudian.

Tubuhnya belum sepenuhnya berbalik. Tapi dia tau bahwa ada beberapa pasang kaki yang melangkah masuk mendekatinya. Pendengarannya menajam. Menutup matanya lalu mencoba menerka-nerka jumlah mereka. 4? Atau 6?. Ya, ada 6 orang dibelakangnya.

Mendengar deru nafas memburu 4 orang yang cukup jauh dibelakangnya--- atau lebih tepatnya yang berada diluar ruangan pintu ini. 2 orang yang mulai mendekat ke arahnya.

Ia terus memejamkan matanya hingga 2 orang yang ada dibelakangnya ini berhenti melangkah tepat 3 meter dibelakangnya. Dan perlahan matanya terbuka. Memberikan tatapan elang yang menusuk seperti sebuah cahaya laser yang siap menghancurkan sasarannya.

Tak lama, tubuhnya berbalik. Menghandap musuh yang kini berada tepat dihadapannya. Namun saat matanya bertemu, tubuhnya tiba-tiba saja mematung.

Nafasnya tertahan dalam dada. Tubuhnya terpaku dan mematung menatap wajah seseorang dihadapannya. Dengan tatapan elang benar-benar menusuk tajam dan mengintimidasiku yang sangat membuatku aneh. Benar-benar aneh.

Respon tubuhku yang sedikit bergetar takut dibawah tatapannya yang seperti ingin menelanjangiku dengan tubuhnya yang besar menjulang tinggi dihadapanku. Bahkan wajahku hanya sebatas dadanya saja.

Tapi kejadian itu hanya berlangsung selama 10 detik. Karena setelahnya, kesadaranku kembali dan melayangkan tatapan yang tidak kalah tajam dari laki-laki yang ada dihadapannya ini. Mengangkat daguku dan memberikan ekspresi datar dan menusuk kepada musuhku seperti biasanya. Mencoba membuatnya terintimidasi yang bahkan sepertinya tidak berhasil.

"Well… Well… sepertinya kita kedatangan tamu Bree..." ucap seseorang yang baru saja memasuki ruangan yang ku tau dia adalah salah satu sahabat dari targetnya saat ini.

Dia berjalan mendekat hingga tubuhnya berada disamping pria yang berada tepat dihadapanku ini. Entah kenapa pria itu terus saja menatapku tajam seperti sedang membidikkan senapan ke arahku. Dan sedangkan targetku berada disamping kirinya yang hanya terdiam sambil menatap jam tangannya. Dan saat itu pula, aku menyadari suatu keanehan disini.

Perlahan firasat tidak enak yang ku rasakan semakin menjadi saat kedatangan mereka kemari. Dan biasanya, itu menjadi akan menjadi pertanda buruk.

Ku menyisir pandanganku ke arah mereka. Mengintimidasi mereka satu persatu yang hanya dibalas seringaian lebar milik mereka. Bahkan seseorang tadi yang baru saja masuk ke dalam, hanya mendengus geli menatapku. Terkekeh kecil seperti yang meremehkan dan merendahkanku. Dan sikap itu cukup untuk membuat emosiku kembali naik dan geram. Sialan! Akan ku cincang tubuhnya setelah ini.

"Yap, sesuai perkiraan kita. Semuanya sesuai rencana" ucap target yang masih memperhatikan arloji hitam yang melingkar dipergelangan tangan kanannya. Keningku berkerut.

'Apa maksudnya sesuai rencana. Dan lagipula, dimana Husky? Kenapa anak itu belum melapor lagi padaku?' batinku menyeru heran. Ada apa sebenarnya disini?.

PIIP! PIIP! PIIP!---

Sebuah alarm kecil masuk ke dalam telingaku. Ya, itu adalah tanda dari Husky. Dan tanda itu menjelaskan bahwa aku harus segera pergi darisini.

Tubuhku yang tadinya membungkuk siaga kini menegap. Memandang wajah mereka satu persatu yang berubah saat melihat pergerakkanku. Satu persatu penjaga yang masih bernafas di belakang mereka bersiaga dan menodongkan senjatanya ke arahku. Bahkan dengan kompaknya mereka mengokang senjata laras itu dengan bersamaan.

Ku mendengus geli. Menampakkan senyum iblis yang sebenarnya ku tahan sedari tadi.

'Finnaly… this fucking games is over' batinku bergetar senang bukan main.

"Sayang sekali, kelinci kecil ini ingin ikut bermain dengan kalian. Tapi sayangnya… aku tidak punya waktu dengan mengurusi sampah seperti kalian!" sinisku tajam dengan menekan semua kalimat diakhir. Dan keanehan kembali terjadi.

"BWAAHAHAHAHAHAH!". Tiba-tiba saja terdengar suara tawanya yang menggelegar.

"Hahahahahahaha... Ya ampun dia lucu sekali Bree! Lihatlah wajahnya itu! Sangat menggemaskan!" ucapan itu keluar dari temannya yang sedari awal memang menyebalkan. Dan ucapannya kali ini benar-benar membuatku marah!.

"Ya, kau benar…". Sautan tawa menggelegar terdengar sedetik setelah ku mengatakan kata-kata itu. Bahkan pria dingin dihadapanku ini terkekeh kecil dan mendengus geli setelah mendengar ucapanku. Membuatku semakin bingung dengan dahi yang berkerut kesal dan mengepalkan kedua tanganku kuat-kuat. Shit! Apa mereka sudah gila?!. Sial! Lagi-lagi emosiku mulai tidak stabil!. Aku harus cepat keluar darisini!.

"Ahahaha… memangnya kau pikir kau mau kemana gadis kecil?" tanya salah satu dari mereka dengan mengusap rambutnya kebelakang dengan kekehan yang masih tersisa. Masih dengan pria yang sama menyebalkannya.

Ku menatap marah dan tajam ke arah lelaki yang sedari tadi membuat emosiku semakin naik. Lelaki menyebalkan yang bahkan wajahnya mirip seperti perempuan pelacur yang biasa ku temui diklub malam milik Husky. Dan itu benar-benar membuatku muak!.

Hingga tiba-tiba saja pria yang ada dihadapanku ini melangkah maju ke arahku. Melangkah dengan langkahnya yang berat dank u yakin dapat mengintimidasi siapapun yang mendengarnya. Kecuali aku.

Dan kini, tubuhnya hanya berjarak 1 meter dihadapanku. Sebelah tangannya di amasukkan kedalam saku celana hitamnya. Menundukkan wajahnya yang bertatapan langsung tepat dengan wajahku.

"Memangnya kau pikir kau bisa keluar dari tempat ini Bunny...?" tajamnya dengan suara yang hampir menyerupai bisikkan berat dan dalam. Bisikkan yang kini membuat suaranya sedikit menggema ditelingaku.

"Kenapa tidak?" tantangku sambil semakin mendongakkan wajahku. Melangkahkan kakiku selangkah ke hadapannya yang membuat jarak kami semakin terkikis. Bahkan jarak wajah kami hanya sekitar 18 cm karena tubuh sialannya yang benar-benar tinggi itu.

"Karena kau baru saja memasuki kandang Singa kelinci manis… You are the prey in here. And I'm not having a dinner yet... So, you know what that mean?" ucapnya dengan suara yang berat dan dalam yang entah kenapa membuat jantungku berdetak kencang.

"No" ucapku yang juga dengan suara tak kalah lembut.

"You'll die in here honey. So before that, You have to being nice so I could consider that you deserve life or death...".

Suaranya yang lembut dan halus seperti bisikkan yang masuk ke dalam telingaku. Bahkan suarany kini mulai terngiang-ngiang dikepalaku.

"Am I?" tanyaku sambil melebarkan senyuman iblisku. Hingga tiba-tiba saja entah siapa yang memulai, tangan kami secara bersamaan menodongkan senjata ke arah masing-masing.

Mata pisau tajam milikku sudah tertempel sempurna disamping urat nadi lehernya. Dan disisi kanan pelipisku sudah terkokang sebuah pistol yang menempel sempurna disana. Bahkan tidak ada ketegangan diantara kami. Yang ada hanya saling melempar senyum iblis dan meremehkan satu sama lain.

"Feisty… I like it" bisiknya yang tiba-tiba saja bibirnya berada tepat disamping telingaku. Mataku membelalak kaget lalu menatapnya tajam dengan nafasku yang mulai memburu.

"Fuck you asshole!" gertakku yang sedetik kemudian ku tendang keras dadanya hingga tubuhnya terhuyung ke belakang. Membuatnya memundur beberapa langkah yang setidaknya itu lebih baik daripada berdekatan seperti tadi.

Nafasku semakin lama semakin memburu yang benar-benar bukan hal yang bagus. Shit! Aku benar-benar harus pergi darisini.

Saat tanganku mengambil dan menggenggam sebuah bom asap yang selalu ada ditas kecil dibelakangku itu, tiba-tiba saja sebuah suara membuatku terdiam. Terdiam dan mengkaku dengan mata yang membelalak terkejut. Bahkan bom asap yang ada ditanganku hampir saja jatuh jika saja ku tidak segera sadar dari keterkejutanku.

Ditangannya---ditangannya tergenggam Earphone Bluetooth transparan yang sangat dan sudah pasti kukenali. Sangat ku kenali bahkan dengan dipenuhi noda darah seperti itu. Membuat tanganku bergetar saat melihat earphone tersebut berada digenggaman iblis yang ada dihadapanku. Dan yang parahnya lagi, earphone itu berlumuran darah yang masih menetes dari sana. Itu---Earphone milik Husky. Itu benar-benar earphone milik Husky!.

Tanganku terkepal kuat saat mataku benar memastikan bahwa earphone yang saat ini berlumuran darah itu milik Husky.

"Kau pasti mengenal baik milik siapa ini bukan? Sepertinya kau sudah mengingatnya".

TAK!

Sebuah benda terlempar jatuh tepat di hadapanku. Menggelinding dengan sedikit bagiannya yang retak dan juga berlumuran darah.

"Ambillah, aku sudah berbaik hati membawakannya kepadamu" ucapnya tajam namun ada tersirat nada senang didalamnya. Dan kini, pupuslah sudah harapan ku tersadar melawannya. Karena saat ini, kegelapan mulai menjemput paksa kesadaranku.

••••••

TAK!!

Sebuah benda terlempar jatuh tepat di hadapanku. Menggelinding dengan sedikit bagiannya yang retak dan juga berlumuran darah.

Mataku tidak berhenti menatap benda transparan kecil yang berada jauh dibawahku itu. Membelalakkan mata terkejut. Tubuhku memating saking rasa terkejut dan tidak percaya semakin besar dalam kepalaku. Berteriak tidak percaya walau semakin lama mataku semakin membuktikan kebenarannya.

Jantungku berhenti berdetak melihatnya. Terlumuri darah yang sudah pasti milik sang pemilik benda itu. Benda yang sangat-sangat aku kenali pemiliknya. Dan kini, benda itu tergeletak dihadapanku dengan keadaan berlumuran darah dan tak berbentuk. Dengan tetesannya yang masih segar dan mengkilap yang membuatku semakin tidak bisa bernafas.

"Kau pasti mengenal baik milik siapa ini bukan? Sepertinya kau sudah mengingatnya". Hingga earphone itu melayang dan terlempar mengenai ujung sepatuku.

"Ambillah, aku sudah berbaik hati membawakannya kepadamu" ucapnya tajam namun ada tersirat nada senang didalamnya.

Mataku masih membelalak tak percaya pada apa yang kulihat. Perlahan tanganku mengambil benda kecil yang berlumuran darah dihadapanku. Menggapainya yang membawanya ke hadapan wajahku.

Tidak salah lagi! Ini benar-benar milik Husky. Benda ini milik temanku yang seharusnya saat ini dia berada disini menemaniku melawan iblis sialan ini!. Milik temanku yang sebelumnya benar-benar meragukan misi ini hingga aku yang memaksanya untuk ikut serta kedalam misi ini. Dan ternyata, akulah yang menyebabkan apa yang dikhawatirkannya benar-benar terjadi padanya. Akulah yang menghantarkannya kepada kematian.

Seketika memori tentang ucapannya kembali berputar dikepalaku. Ku memejamkan mata erat dan mengepalkan tanganku yang kini ternodai darah temanku sendiri.

Selama ini, selama kami menjalankan misi bersama---baru kali ini aku kecolongan seperti ini. Masuk kedalam perangkap musuh dengan mudahnya yang bodohnya ku anggap remeh musuh brengsek dihadapanku ini. Dan Baru kali ini aku melakukan kecerobohan dan kecerobohanku itu melukai dan yang paling parahnya, mendekatkannya pada kematian.

Ku menggenggam erat benda itu ditanganku. Nafasku memburu tidak beraturan. Kepalaku pusing dan sakit saat tiba-tiba saja iblis itu memberontak ingin keluar.

Menggeleng-gelengkan kepalaku yang hampir pecah karena bisikkan membunuh yang semakin menggila. Tanganku yang ku kepal erat hingga tidaksengaja menghancukan benda yang ada digenggaman tangan kananku ini. Dan bodohnya, aku semakin murka melihatnya.

Kembali membuka mataku dan menatap musuh tajam. Menghembuskan nafas berat karena semakin lama nafas itu semakin tidak bisa dikendalikan. Menundukkan tubuh karena jantungku yang kini semakin berdetak kencang karena rasa murka yang ada dikepalaku. dan kini semuanya terlambat, iblisku sudah mengambil alih tubuhku.

Ku lepaskan pecahan earphone yang baru saja tidak sengaja ku remukkan ditanganku. Menatapnya tajam dengan seringaian yang semakin lama semakin tertarik lebar melihatnya.

Merasakan nafasku yang semakin memburu saat melihat pria yang dihadapanku ini bagai daging segar yang menggiurkan. Bahkan aku berharap tatapanku dapat menusuknya yang mencabik-cabik tubuhnya hingga menjadi potongan kecil.

Menghancurkannya perlahan hingga dia sendiri yang meneriakkan kematian dan disanalah tanganku akan ikut andil dalam kematiannya. Membuat kematiannya menjadi kematian yang paling menyiksa dan yang paling menyedihkan yang pernah ada. Dan rasanya... akan sangat menyenangkan!.

"Ini... aku masih memiliki sisanya. Terserah mau kau apakan karena aku tidak menampung sampah-sampah peninggalan mayat!" ucapannya mengalir masuk kedalam telingaku dengan paksa. Membuat tubuhku semakin mematung dan terdiam mengetatkan rahang.

"Itu salah mereka sendiri karena memberontak pada kami. Padahal jikamereka dia dan duduk manis tanpa perlawanan mungkin mereka masih bernafas saat ini" sambung salah satu temannya yang memang seharusnya sejak tadi ku jahit mulut sialannya itu.

Tiba-tiba saja beberapa benda transparan lainnya terlempar ke arahku. Masih keadaan sama yang berlumurkan darah bahkan salah satu diantaranya sudah hancur sebelum dia melemparnya.

Mataku semakin membelalak. Namun kali ini bukan rasa terkejut yang ku tampilkan. Bukan rasa cengang yang ku berikan. Tapi rasa ketertarikan yang kini semakin meroket dan semakin menjadi-jadi saat dia melemparkan benda-benda itu ke arahku.

"AHAHAHAHAHAHA! AHAHAHAHA!" twaku yang menggelegar dan menggema keseluruh ruangan. Membungkam mulut-mulut di hadapanku dengan wajah bingung mereka.

"Ahhhh... ternyata dunia ini selucu yang ku bayangkan!". Ku tertawa terbahak-bahak melihatnya.

Merasakan geli diperutku yang membuatku semakin terkikik melihat wajah heran mereka satu persatu. Antara bingung dan terkejut. Ahhh... wajahnya mereka terlihat sangat menggemaskan. Mungkin jika ku kuliti satu persatu akan terlihat indah jika ku pajang diruang pribadiku.

"Kalian tau? Aku sedari tadi menahan hasrat menggebu yang saat ini memenuhi kepalaku dan hampir membuat kepalaku pecah! Tapi apa yang kalian lakukan? Kalian malah semakin memancingnya dan pada akhirnya membuatku sudah tidak tahan untuk keluar dan melampiaskannya pada kalian!".

Semuanya terdiam dengan ekspresi terkejut yang tertampak jelas diwajah mereka masing-masing. Semakin terdiam yang semakim lama Semakim berkerut dalam dahi mereka. Dan hal itu membuatku semakin terkekeh geli melihatnya. ahhh... aku tidak tahan melihatnya.

"Tapi karena kalian terus saja memaksa... maka tidak ada salahnya kan untuk bermain-main denganku sebentar saja?" ucapku dengan gerakan seperti memohon yang ku buat-buat. Mengacungkan pisau yang ternyata ada sedikit noda darah disana. Darah siapa lagi kalau bukan pria iblis tadi? Ataukah harus ku katakana pria yang akan ku jadikan mayat dalam waktu beberapa menit lagi?. Sepertinya itu lebih cocok.

"Cause now... welcome to your hell baby. Say hello to your death... Babe".