***Sudut Pandang Rey***
"Boleh tidak?"
"Eh? Jadi kamu lebih memilih Rena daripada aku?"
"Ish, maksudnya kan sebagai adik.."
"Gaboleh.."
"Jahat ih.."
"Kalau gitu, nikah yuk.."
"EH?!" Kaget Hana dengan wajah memerah.
"Kalau kita nikah, Rena otomatis jadi adikmu juga, bukan?"
"Ya, bener sih.."
Pagi hari, Hana tiba-tiba bertanya seperti itu. Entah apa yang membuatnya sampai meminta hal itu. Tapi yang kudengar dari Ayah, mereka berdua menginap di hotel. Pastinya telah terjadi sesuatu.
Bentar,
mereka berdua ngapain?!
Hana menceritakan padaku, sejak aku tak sadarkan diri, Taufik lah yang menyelamatkanku. Dia juga berhasil membawa Faris, aku belum tau kabar mengenai Faris. Karena itu aku memintanya untuk datang menjelaskan.
"Buka mulutnya.., pesawat mau masuk..." Ujar Hana di sebelah kanan kasurku sembari memegang sendok yang terdapat bubur di atasnya.
"Emangnya aku anak kecil? Ngomong-ngomong engga ada kacangnya kan?" sahutku.
"Engga kok, lagipula kamu kan emang anak kecil. Ayo, Aaaaaa gitu.."
Tiba-tiba seseorang membuka pintu dan masuk, "masih pagi, udah mesra-mesraan aja.."
Itu adalah Taufik.
"Taufik, bilangin temenmu ini. Dia engga mau makan tuh.." gerutu Hana.
"Kamu harus membujuknya lebih kuat lagi, Hana" ujar Taufik sembari duduk di sebelah kiri kasurku.
"Eh? Maksudnya?" Bingung Hana.
"Ngomong-ngomong. Kamu mau tau tentang apa?" Tanya Taufik.
"Tentang semuanya, setelah aku engga sadar.." sahutku.
"Hmm. Ya intinya, aku tahu hal seperti ini mungkin akan terjadi. Kamu juga terlalu mudah ditebak. Kamu pergi ke satu-satunya mall yang pernah ku tunjukkan, dan juga parkir di lantai paling atas.."
"Hehehe, aku kan gatau mall lain. Lagipula males nyari parkiran, jadi langsung aja ke paling atas.."
"Setelah itu, aku mengawasi kalian sampai kalian pergi dari Jogja, niatnya saat kalian kembali ke mobil, aku akan menghampiri kalian. Tapi aku melihat sesuatu yang aneh. Ada mobil BMW yang baru parkir di sana. Padahal sudah jelas pada jam segitu, mall sudah tutup. Karena itu aku mengawasinya dari jauh. Dan saat Faris itu mengeluarkan pistol, aku langsung segera pergi mencari pihak keamanan, agak susah nyarinya, tapi untungnya masih sempat untuk menolongmu."
"Begitu, ya. Terima kasih, sudah repot-repot perhatian padaku.."
"Kamu ini kalau engga diperhatiin pasti bakal kacau jadinya.."
"Hehe.., oh ya. Soal video itu, bagaimana?"
"Tenang saja, saat menggeledah Faris. Aku mengeluarkan kartu memori ponselnya. Kemarin saat kau masih belum sadar, aku mencoba melihatnya. Namun tidak kutemukan file apapun."
"Terenkripsi ya?"
"Ya, aku juga berpikir seperti itu.., karenanya aku langsung format secara keseluruhan"
"Syukurlah. Aku sempat panik tentang video itu.."
"Aku tahu kalian pasti akan membuat video seperti itu, mau sengaja ataupun tidak sengaja. Karena sejak awalnya saja kau takut, bukan?"
"Ya begitulah.., aku masih belum tahu apa-apa saat itu.."
"Eh? Maksudnya apa?" Tanya Hana.
"Pacarmu ini, sebelum melakukan itu pertama kali bersamamu, dia tiba-tiba menelfonku dan bertanya apa yang harus dia lakukan.." jawab Taufik.
"Pertama kali itu maksudnya saat apa?" bingung Hana.
"Saat kita baru bertemu.., yang kamu bilang akan memberikan seks gratis, gitu.." sahutku.
"Jadi kamu bertanya pada orang lain?!" Kaget Hana.
"Iyalah. Itu pertama kalinya untuk ku. Karena itu aku meminta nasihat pada Taufik.."
"Padahal aku bilang jangan beri tahu siapa-siapa..."
"Tenang aja, aman, rahasia kita pada Taufik!"
"Aman, kali.." goda Taufik.
"Oh ya, soal Faris, bagaimana kabarnya?" Tanyaku.
"Oh, seharusnya dia ada di kantor polisi, sekarang. Temanku juga sudah menyebar rekaman dashcam mobilku di sosial media.." jawab Taufik.
"Dashcam?" bingungku.
"Iya, kamera yang ada di mobil. Biasanya untuk merekam kecelakaan. Untungnya, semua kejadian yang Faris lakukan padamu terlihat jelas di dashcam. Mau lihat?"
"Ah, engga usah deh. Tapi, kenapa harus disebarkan segala?"
"Mudah aja. Faris ataupun Ayahnya bisa membuat polisi-polisi kenyang akan uang tutup mulut. Meskipun kamu membawa kasus ini ke pengadilan, Faris bisa saja menang dengan mudah. Karena itu, jika video itu akan menjadi viral di sosial media, maka akan menjadi sanksi yang paling efektif. Franz Farendra itu salah satu orang paling berkuasa di Indonesia, dengan reputasi anaknya yang seperti itu, reputasinya pasti akan hancur juga.."
"Wah, aku engga kepikiran sampai segitunya.."
"Ya, itulah kekuatan sosial media. Lagipula aku sudah membahas ini bersama Ayahmu, dia setuju denganku. Membawa kasus ini ke pengadilan adalah percuma."
Tidak lama dari itu, Taufik harus pergi ke Sekolah untuk menyiapkan acara sekolahnya. Memang tidak lama lagi akan mulai tahun ajaran baru. Aku dan Hana akan naik kelas ke kelas 12 SMA, tahun penentuan ke mana kami akan melanjutkan pendidikan. Hana melanjutkan menyuapiku makanan, rasanya sudah lama sekali aku tidak seperti ini. Hana juga terlihat sangat khawatir dan merawatku, aku jadi teringat merawatnya saat lengannya patah. Aku tidak menyangka dia bisa merawatku, padahal dia sering kali tidak memperdulikan kesehatannya dengan suka memesan makanan cepat saji.
Ya, orang bisa berubah...
Seseorang juga bisa mempengaruhi orang lain.
Setelah selesai, Hana mengelap bekas bubur di bibirku dengan tisu. Aku lalu memegang pipinya dan mengelusnya.
"Ada apa?" tanya Hana.
"Engga apa apa. Hanya saja.." sahutku.
"Hanya saja?"
"Kamu cantik."
"Ish, pagi-pagi udah gombal aja.."
"Bukannya kamu suka?"
Hana lalu mendekatiku dan mengecup bibirku sekedipan mata, lantas ia tersenyum, "aku lebih suka kalau kamu cium..".
"Nanti kalau aku sudah sembuh, aku cium deh.."
"Lah? Kan sekarang juga bisa.."
"Engga boleh, kamu harus tahan nafsu.."
"A-Aku tahan kok.."
"Terus siapa yang tadi pagi menarik tanganku dan meletakkannya di payudara?" tanyaku dengan sinis.
"Hah?! Kamu sadar? Aku kira kamu masih tidur.." sahutnya dengan wajah memerah.
"Aku memang tidur, tapi kebangun gara-gara itu.."
"Maaf, hehe.."
"Dasar, untung kamu engga begitu pas di depan Taufik tadi.."
"Oh ya, karena omongan Taufik tadi. Pas kita pertama kali bertemu.."
"Kenapa?"
"Ah, engga. Aku udah lama penasaran. Waktu itu aku kan lagi masturbasi di kamar mandi wanita. Kenapa kamu masuk coba? Oh! Kamu mau ngintip cewek-cewek ya?!"
"Jangan sok tau deh.., waktu itu aku lagi kena hukuman karena ketahuan tidur di kelas."
Ya, karena sering ketahuan tidur di kelas saat jam belajar. Aku kena hukuman untuk membersihkan toilet. Sebelumnya aku sudah selesai membersihkan toilet cowok waktu jam Istirahat. Sedangkan aku engga bisa masuk ke toilet cewek. Satu-satunya cara agar aku bisa masuk ke toilet cewek ya setelah jam pulang sekolah. Karena itu sekitar 10 menit sehabis bel pulang, aku segera ke toilet cewek buat membersihkan, soalnya aku mau cepet-cepet pulang. Aku berpikir bahwa sudah tidak ada orang di kamar mandi, karena sekolah kami punya peraturan ketat untuk siswa agar tidak berada dilingkungan sekolah setelah bel pulang jika tidak memiliki urusan. Namun hal tak terduga dan memalukan itu terjadi, aku tak sengaja menemukan Hana yang sedang bermain dengan vaginanya itu. Awalnya ketika aku mendengar suara desahan, aku kira itu adalah suara hantu, karena itu aku membuka bilik itu dengan keras karena ketakutan dan sejak saat itulah, hubungan aku dan Hana menjadi seperti sekarang.
"Oalah, begitu ternyata. Aku kira kamu memang sengaja.." ujar Hana.
"Mana mungkin.." sahutku.
"Benar sih, waktu pertama kali kita melakukan itu juga, kamu terlihat sangat polos dan lucu. Masih belum tahu apapun.."
Kami mentertawakan pertemuan kami yang sangat aneh itu. Walaupun aneh, tetapi tanpa kejadian itu, kami mungkin takkan bisa sampai sejauh ini. Pada akhirnya, aku tidak sampai seminggu di rumah sakit. Hanya kurang lebih lima hari saja, karena keadaanku cepat membaik, aku diperbolehkan untuk pulang.
Sebelum pulang ke Jakarta, aku, Hana, Rena, dan Ayahku menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh dari deretan toko yang ada di Jalan Malioboro. Begitu banyak yang kami beli, sampai-sampai harus kami kirim lewat jasa pengiriman barang.
Ya, kami Hedon di sana.
Tetapi Ayahku justru senang dan menyebutnya sebagai hadiah aku yang telah sembuh. Setelah itu kami semua pulang ke Jakarta dengan menggunakan pesawat. Rasanya sangat cepat, tidak seperti dengan menaiki kereta. Setelah sudah di Jakarta juga aku tidak banyak keluar rumah. Paling banyak menghabiskan waktu di kamar sembari telfonan dengan Hana.
*****
Tanpa terasa, tahun ajaran baru sudah dimulai. Sayangnya aku dan Hana tidak berada dikelas yang sama, tetapi kelas kami bersebelahan. Karena itu tiap waktu istirahat aku pasti berkunjung ke kelasnya atau terkadang Hana yang berkunjung ke kelasku. Hana duduk sebangku dengan teman-teman, yaitu Novi, Febi, dan Ayu. Mereka duduk bersama secara berdempetan seperti membuat kubu tersendiri.
Aku senang, karena walaupun tidak sekelas dengan Hana, dia bisa bersama orang-orang yang peduli dengannya. Kalau aku, duduk bersama salah satu teman cowok yang dulu sekelas. Aktifitas pacaran setelah pulang sekolah kami juga masih berjalan, malah kami menjadi semakin sering belajar bersama di apartemen Hana. Ya walaupun 90% nya tidak benar-benar belajar. Apalagi Hana sangat kecanduan oleh hal itu, aku juga tidak bisa menolaknya.
Setelah seminggu sejak aku dirawat, benar kata Taufik. Video itu menjadi viral di media sosial, aku tidak tahu pastinya, tapi keberadaan Faris juga seperti tiba-tiba menghilang. Pastinya Faris dan Ayahnya sekarang sedang mengisolasi diri dari dunia luar, karena reputasi Faris yang hancur. Saat kami sampai di Jakarta, Ayahku mendatangi ayahnya Hana untuk menawarkannya bekerja sebagai asistennya. Entah bagaimana caranya, sepertinya Ayahnya Hana menerima tawaran Ayahku. Lagipula perusahaan Frans Farendra di Indonesia juga pasti sedang dalam kondisi terburuk karena reputasi buruk anaknya.
Sekarang memang terlihat semuanya menjadi indah dan damai, namun tetap saja. Sepertinya masalah selalu suka untuk mengganggu pada hubunganku dan Hana. Memang akhir dimana semua bahagia selamanya hanya ada dalam dongeng. Beberapa hari ini, dia terlihat agak murung, walaupun tidak semurung sebelumnya. Dia seperti memikirkan sesuatu, seperti merasa bersalah, dan merasa menghawatirkan seseorang.
Ada apa lagi ya Tuhan...