Aku tiba-tiba terbangun dari tidurku, ternyata aku sedang berpelukan dengan seseorang yang aku cintai. Wajahnya terlihat sangat lelah, namun juga sangat ganteng. Entah mengapa wajahnya terlihat begitu menawan ketika tidur. Aku baru teringat bahwa kami sedang ada di Jogja, ya sedang kawin lari, begitulah kata orang. Tadi kami sehabis dari pantai, Rey pasti kelelahan menyetir, sekitar 2 jam perjalanan pergi dan 2 jam perjalanan pulang. Aku lalu tersadar, aku melihat ke badanku, aku masih belum memakai bra. Karena tadi kami basah-basahan dan tidak membawa baju ganti.
"Oh ya!" Teriakku tersadar.
Rey terbangun dari tidurnya dan melihatku dengan wajahnya yang masih mengantuk, "a-ada apa?"
"Kita belum beli baju.."
"Oh iya!!" Rey bangun dan mengecek waktu.
Sekarang sudah pukul 11.32 malam, dengan kata lain mall dan toko baju sudah tutup. Lalu perutku berbunyi, menandakan sudah waktunya makan, ya walaupun telat. Aku memakai kembali bra ku karena sudah lumayan kering, Rey bersikeras agar aku memakainya. Kami lalu pergi keluar dengan menggunakan mobil, meskipun masih belum tahu ingin makan di mana.
"Hmm, di mana ya yang masih buka jam segini..." Ujar Rey.
"Di manapun ga masalah. Atau mungkin kita pesan delivery aja?" Usulku.
"Kamu ini memang suka makanan cepat saji ya. Engga boleh, lagipula mumpung di sini, kita harus makan makanan yang engga ada di Jakarta.."
"Hmm, lalu apa dong? Gudeg?"
"Boleh juga tuh, tapi---Ah! Aku tau.."
Sepertinya Rey punya ide akan makan di mana. Dia lalu membawaku ke tempat paling terkenal di Jogja, mungkin. Itu adalah Jalan Malioboro. Lalu ia parkir mobil di tempat parkir yang ada di gang. Kami berjalan sedikit sembari melihat-lihat. Tanpa sengaja, kami melihat ada yang menjual baju di pinggir jalan, oleh karena itu Rey membelinya dua pasang untuk baju ganti hari esok. Setelah itu kami berhenti dan duduk lesehan di atas tikar, sepertinya ini tempat makan yang Rey maksud.
"Di sini makannya?" Tanyaku.
"Iya. Ini angkringan namanya.." sahut Rey.
"Angkringan? Makanannya apa?"
"Makanannya berbagai macam, tapi ditusuk seperti sate gitu.."
"Oh, begitu.."
"Yah, sebenarnya angkringan juga banyak sih di Jakarta, tapi kamu belum pernah makan kan?"
"Belum pernah.."
"Dulu saat dikosan, aku sering beli makanan di angkringan, karena ya lumayan murah juga.."
Tiba-tiba seseorang datang dan menghampiri kami.
"Wah, lagi di sini juga ya.."
Ternyata itu adalah Taufik.
"Wah, Taufik. Kebetulan banget.." sapa Rey.
"Keliatannya lagi berdua nih. Boleh aku gabung, Hana?" Tanya Taufik.
"Boleh kok." Sahutku.
"Tumben di sini, lagi ngapain, fik?" Tanya Rey.
"Biasa, nungguin doi.." sahut Taufik.
"Oh begitu, kamu ikut makan?"
"Ah engga. Cuma bentar doang di sini. Oh ya aku mau bilang sesuatu, Rey.."
"Hmm, apa?"
"Aku baru sadar. Jika memang Faris sangat berkuasa seperti yang kamu katakan, maka kalian berdua ga bisa lama-lama di sini. Faris pasti akan menemukan kalian.."
"Benar juga.., tapi harus ke mana?"
"Aku bukannya mengusir, tapi kalau mau selamat, kalian harus terus bergerak.., setidaknya maksimal tidak lebih dari 3 hari di sini.."
"Hmm. Berarti masih ada besok dan lusa ya.."
"Iya. Sebaiknya besok kalian gunakan untuk membeli persediaan.., kamu pakai aja mobilku untuk kabur dari sini.."
"Begitu ya.., terima kasih loh. Kamu selalu bantu aku, aku jadi engga enak begini.."
"Santai aja. Kita kan sahabat, bukan?"
"Iya.."
Aku tidak ikut obrolan mereka, rasanya aku agak cemburu saja. Padahal Taufik itu jelas-jelas cowok, tapi tetap saja bagiku mereka terlalu dekat. Karena itu aku membalas pesan digrup teman dekatku, aku memberitahu mereka bahwa aku sedang di Jogja bersama Rey. Aku memberitahukan mereka untuk tidak khawatir kepadaku. Novi, Ayu, dan Febi langsung membalas pesanku, mereka terlihat sangat mengkhawatirkan aku, tetapi aku senang mengetahui mereka khawatir padaku. Aku baru sadar sudah lama Amanda tidak muncul di grup. Mungkin dia sedang punya masalah dengan pacarnya, lagipula engga ada yang tahu juga pacarnya seperti apa.
Tidak lama Taufik pergi duluan karena pacarnya sudah menelfon, lalu makanan dan minumannya datang. Sebuah piring berisi 10 tusuk makanan yang bervariasi dari telur puyuh hingga ke usus ayam, nasi yang dibungkus daun pisang, dan sebuah minuman yang terlihat mencurigakan bagiku.
"Rey, apa ini?" Tanyaku sembari menunjuk gelas yang berisi air berwarna hitam dan ada semacam kayu hitam mengambang.
"Itu adalah Kopi arang.., minum saja.." sahut Rey.
"Arang? Pahit banget dong.."
"Engga kok, asal jangan diaduk.."
Aku lalu mencoba meminumnya, ternyata benar rasanya seperti kopi biasa dengan pahit-pahit arang sedikit. Makanannya juga enak, baru pertama kali aku makan makanan pinggir jalan seperti ini.
"Rey, soal perkataan Taufik tadi. Bagaimana?" Tanyaku.
"Dia benar. Kita harus terus bergerak jika ingin aman dari Faris.." jawab Rey.
"Lalu apa yang kita lakukan?"
"Besok kita akan ke mall ya. Kita beli makanan dan pakaian untuk selama perjalanan.."
"Kita mau kabur kemana?"
"Soal itu, aku masih belum tau..."
Setelah sudah kenyang, kami kembali ke kosan Taufik. Sudah lewat tengah malam, namun aku sama sekali tidak bisa tidur. Mungkin karena kopi tadi. Setelah pulang aku mandi dan memakai kemeja putih yang tadi telah Rey belikan di Malioboro, aku hanya memakai kemeja itu tanpa memakai dalaman apapun karena aku lebih suka tidur begitu. Aku melihat ke arah Rey, hanya terlihat pundaknya, aku penasaran apakah dia sudah tertidur.
"Rey..., Kamu sudah tidur?" Tanyaku.
"Belum. Aku sudah nyoba merem daritadi, tetep aja engga ngantuk.." sahutnya.
"Hmm, terus gimana dong biar bisa tidur?"
"Gimana ya..., Aku pernah baca kalau kita harus berolahraga atau melakukan hal yang bikin capek biar bisa tidur.."
"Kalau begitu, seks?"
"Kamu ini ya..., Engga pernah berhenti minta itu.."
"Habisnya, sudah lama kita tidak begitu.., aku kangen begituan.."
Rey lalu berbalik badan dan melihatku, "aku juga"
"Kalau begitu ayo.."
"Engga mau.."
"Kalau begitu, mau kah kamu melakukan sesuatu?"
"Eh? Melakukan apa?"
"Melakukan hal yang agak memalukan.., ayo berdiri.." ajak ku sembari berdiri.
"Memalukan? Emangnya apa?" Tanya Rey sembari ikut berdiri juga.
Aku ingin sekali merasakan rasanya di lamar.." jawabku dengan malu.
"Waktu itu kan sudah? Saat aku menyatakan perasaanku.."
"Tapi.., berpacaran itu beda dengan lamaran.."
Rey menghela nafasnya dan tersenyum kepadaku. Dia memegang tangan kananku dan ia menekuk kedua lututnya. Satu betisnya menghadap ke lantai, satu betis lainnya menghadap ke arahku, posisinya seperti seorang pangeran yang melamar tuan putri.
"Hana Karina Putri." Ujar Rey.
"I-iya..." Sahutku dengan gugup.
"Telah hadir di sini seseorang pria yang biasa-biasa saja jauh-jauh datang untuk menemuimu.."
"Iya."
"Namanya adalah Reyan Aditya, pria itu datang untuk melamar Tuan Putri.."
"Iya. Teruskan."
"Maukah kamu menjadi pengantinku? Maukah kamu menjalani hidup bersamaku? Maukah kamu menemaniku hingga akhir hayat?"
"Iya. Aku mau."
Aku lalu menutup mataku dan memajukan sedikit bibirku agar Rey mengerti. Rey lalu bangun dan mencium bibirku, aku lalu menanggapinya dengan sangat penuh nafsu. Setelah itu aku memeluknya dengan sangat erat.
"Ha-hana.., sakit.." ujar Rey.
"Habisnya aku malu..."
"Ya sudah..."
"Setelah ini seks ya.."
"Eh? Kan cuma melamar doang.."
"Justru setelah aku terima, selanjutnya adalah bercinta..., Kalau menolak maka akan aku talak kamu!"
Rey lalu menghela nafas panjang dan tersenyum, "Baiklah. Aku siap melayanimu, Tuan Putri."
Setelah itu, kami benar-benar melakukannya. Rey menjilati vagina dan payudaraku, sedangkan aku mengulum penisnya. Sampai kami berdua benar-benar ejakulasi. Rasanya cukup lama kami melakukannya, sekitar dua jam hingga kami berdua mencapai klimaks. Rey juga mengeluarkan banyak sperma, pastinya karena sudah lama ia menahannya. Setelah sudah puas, kami berdua berpelukan sembari tidur di kasur. Saling kelonan dan menghangatkan satu sama lain.
"Sudah puas kan?" Tanya Rey.
"Iya, sayang..., Terima kasih ya. Malam ini terasa lebih nikmat dari biasanya.." sahutku.
"Bagus deh kalau gitu.."
"Kalau dipikir-pikir, cerita dongeng itu agak kurang realistis ya..., Aslinya setelah menikah, malam pertamanya langsung bercinta kan ya.."
"Iya begitulah. Lagipula dongeng kan untuk anak-anak. Mana mungkin diceritakan ada adegan itunya.."
Aku tidak ingat pastinya, tapi tidak lama setelah itu kami berdua sudah terlelap karena kelelahan bercinta. Pagi harinya aku bangun duluan, walaupun sudah pukul 10 pagi, kesiangan sih. Aku lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian. Aku mengingat kejadian semalam, rasanya aku ingin teriak sekeras-kerasnya. Aku sangat tersipu malu mengingat-ingatnya. Namun tetap saja, itu adalah momen termanis yang pernah ku rasakan.
Terima kasih, Rey.