Chereads / implicit: it's just you and me / Chapter 27 - Waktunya santai sejenak.

Chapter 27 - Waktunya santai sejenak.

***Sudut Pandang Hana***

Momen ini, rasanya seperti dalam anime. Bersama seseorang yang dicintai, sedang berlibur di luar kota, dalam keadaan lari dari masalah.

Seperti kawin lari saja..

Aku tidak menyangka bisa merasakannya, walaupun berdebar, tapi juga asik. Seolah-olah aku adalah karakter dalam anime, entah mengapa rasanya sangat menyenangkan.

Kami sekarang sedang menuju Pantai Indrayanti, aku tidak begitu mengerti, tapi kami melewati daerah pegunungan, seharusnya justru ke arah menjauhi gunung bukan? Rey terlihat sangat serius menyetir mobil yang dipinjamkan oleh Taufik. Aku sendiri heran, seberapa dekat Rey dengan Taufik sampai-sampai mau membantunya seperti ini? Yah, aku memang tidak tahu persahabatan laki-laki, lagipula juga aku baru memiliki teman dekat saat kelas 11 SMA ini, karena itu wajar saja jika aku tidak mengerti.

Di perjalanan aku mendengarkan lagu Pop Jepang dan juga beberapa lagu idol, namun Rey jarang berbicara. Mungkin karena ia fokus ke jalanan, lagipula jalannya juga berliku-liku, aku sendiri beberapakali panik. Saat sampai ke sana, aku terkejut. Ternyata beneran ada Pantai di sini. Pemandangannya sangat indah, langit serta air laut yang berwarna biru. Walaupun sudah pukul 11 siang, namun udaranya masih terasa dingin.

Saat aku turun dari mobil pun, aku merasa kedinginan. Pantainya cukup luas, walaupun banyak pengunjung yang datang, tapi masing-masing terdapat jarak yang lumayan jauh. Meskipun sangat bersemangat, tidak dapat dipungkiri bahwa aku takut. Aku belum pernah ke pantai sebelumnya, saat aku melihatnya, aku ketakutan. Soalnya jika aku terseret air laut, aku tidak bisa berenang. Melihat air laut sepanjang horison mata memandang yang membuatku takut.

"Aku takut, Rey..." Ujarku sembari memegang lengannya dengan erat.

"Tidak apa-apa, ada aku kok.." sahutnya.

Rey lalu menarik tanganku dan berlari menuju air laut. Meskipun sudah berteriak, Rey tidak menghiraukannya. Lalu kami berdua diterjang oleh ombak yang cukup besar sampai membuat kami terpental cukup jauh.

"REYY!!!!" kesalku.

"Hahahahah, Gapapa-gapapa, kamu masih di sini kan?" Sahutnya.

Badan kami yang basah lalu terkena angin yang bertiup, seketika kami langsung menggigil.

"Di-dingin ya..." Ujar Rey.

"Kamu ngeyel sih aku bilangin..."

Setelah itu kami menjauhi air dan ombak, aku hanya bermain pasir pantai. Rasanya aku ingin mencobanya, sejak kecil aku ingin bermain pasir pantai. Aku membuat Istana Pasir, ya walaupun meragukan jika dibilang istana. Sedangkan Rey hanya melihatiku dari jauh sambil meminum air kelapa dengan nikmatnya.

"Rey! Masa aku sendiri yang main.." ujarku.

"Aku mau menghabiskan ini dulu.., segerrr" sahutnya.

"Kamu engga beliin buat aku apa? Jahatnya.."

"Jangan gitu ish. Aku belikan kok. Sini, minum dulu.."

Aku menghampirinya dan ikut meminum air kelapa di bawah payung dan di atas tikar yang kami sewa. Memang segar rasanya minum air kelapa di pantai seperti ini.

"Harganya berapa?" Tanyaku.

"20 ribu, satu." Sahut Rey.

"Mahal.., aku kira makanan di Jogja itu murah-murah.."

"Memang murah-murah, jika dibandingkan dengan Jakarta. Lagipula warung ini dekat pantai, lokasi pariwisata. Wajar saja jika harganya mahal..."

"Benar juga sih.."

Setelah selesai, kami bermain pasir. Awalnya kami ingin saling mengubur dengan pasir, namun baru setengah jalan menggalinya, kami sudah kelelahan. Akhirnya kami hanya duduk santai di perbatasan pantai dan air. Kami duduk di atas pasir yang basah dan lembek karena terkena air.

Aku ingin berlama-lama terus seperti ini dengan Rey...

Sembari menunggu ombak kecil yang menghampiri kami, lalu surut, dan kembali lagi, begitu seterusnya, kami mengobrol. Baju kami berdua sangat basah, lagipula kami hanya memakai kaos biasa, tidak sempat untuk membeli pakaian renang dulu.

"Hana, bagaimana dengan orang tuamu?" Tanya Rey.

"Parah. Sepertinya orang tuaku tahu kalau aku tidak bersama Faris. Sudah 100 panggilan tak terjawab tadi pagi.." jawabku.

"Eh?! Lalu bagaimana dong?"

"Tenang saja. Aku sudah mengirimkan pesan kepada Ibu. Kalau aku sedang di luar kota bersama kamu"

"Lalu jawabannya?"

"Dia merasa lega. Setidaknya kamu bersama aku.."

"Syukurlah.."

"Ngomong-ngomong, kita basah kuyup begini.., pulangnya bagaimana?"

"Kita akan membilas tubuh dan ganti pakaian dulu di sini, ada tempatnya kok.."

"Tapi..., Kita kan ga bawa baju apa apa.."

Seketika kami berdua hening.

Lalu kami berdua panik. Karena kami tidak memiliki baju ganti atau apapun, yang kami bawa hanyalah peralatan mandi. Untungnya ada kedai oleh-oleh yang menjual baju dan celana, Rey langsung membelinya, walaupun mahal. Setelah itu kami membilas diri dan berganti pakaian. Aku sendiri merasa tidak nyaman, soalnya tubuhku hanya terlapisi oleh kaos yang lumayan tebal dan celana, tidak memakai dalaman apapun. Saat kembali ke dalam mobil, rasanya Rey melihat ke arahku terus.

Aku penasaran kenapa, "Ada apa sih? Ada yang salah?"

"Ah, engga. Hanya aja, ya, kamu.., itu.." sahutnya dengan terbata-bata.

"Kenapa? Bilang yang jelas dong.."

"Ah, anu. Pentil payudara kamu menonjol begitu. Kelihatan banget.."

"Oh? Kamu mau? Sini jilat.."

"Engga mau! Pakai jaket aku buat tutupin gih!"

"Kamu gausah malu-malu gitu.., aku tahu kamu mau..."

"Tutupin buruan.., aku nanti gabisa fokus..."

Saat di jalan pulang, aku merasa terangsang. Karena putingku tergesek-gesek dengan kaos, rasanya sangat geli dan juga lumayan nikmat. Setelah sudah sampai dibagian kota Jogja, Rey membawaku ke tempat makanan di Jogja, terlihat seperti restoran yang cukup besar. Namun tidak terlalu ramai. Aku terkejut karena makanannya hanya berkisar 15 ribu untuk paket komplit. Awalnya aku engga percaya, aku mengira bahwa porsinya kecil, namun setelah makanannya datang, aku benar-benar tidak sangka. Makanan depan porsi banyak seperti ini hanya berharga 15 ribu. Memang benar kata Rey bahwa makanan di Jogja itu murah.

Setelah itu kami kembali ke kamar kos tempat kami tinggal untuk sementara di Jogja. Kamar kosannya mengingatkanku kepada kamar kos Rey yang dulu, mirip sekali. Tidak luas, namun tidak sempit. Aku melihat ponselku, terdapat pesan dari ibuku bahwa ayahku sangat mengkhawatirkanku. Tapi beliau bilang akan mengatasinya. Aku lalu melihat-lihat berita, tetapi aku tidak menemukan yang aku cari.

Syukurlah kalau begitu.

Ya, aku takut kalau kaburnya aku darinya akan membuatnya murka dan menyebarkan video pornoku dengan Rey.

Oh ya, aku belum memberitahukannya..

Haruskah kuceritakan sekarang?

Tapi kami sedang senang seperti ini...

Rey juga terlihat senang.

Tidak, aku engga mau merusak momen ini.

"Lalu bagaimana untuk esok hari? Kita sama sekali engga bawa baju ganti.." tanyaku.

"Nanti malam kita ke mall buat beli baju" sahut Rey.

"Eh? Tapi aku tidak punya uang.."

"Tenang saja. Aku yang bayarin. Ayahku memberiku uang selama kita di sini.."

"Tapi, aku merasa engga enak.."

"Ga perlu mikir begitu. Aku melakukan ini untukmu.."

"Tetap saja..."

"Sudah, gausah dipikirin.." ujarnya sembari memelukku dan menidurkannya di kasur.

Aku tersenyum menggoda padanya, "kamu mau itu ya..."

"Engga. Aku hanya ingin peluk.."

"Kalau gitu, mau kelon..."

Rey membalas senyuman, "ayo sini.."

Kami lalu berpelukan, menghangatkan satu sama lain. Kepalaku berada tepat di depan dadanya, suara detak jantungnya terdengar jelas. Rey mengelus-elus rambutku, lalu mengecup keningku.

Ah. Rasanya nyaman sekali.

Rasanya, aku tidak ingin lepas..

Aku tidak ingin ini berakhir.

Aku ingin begini selamanya...

Boleh kan?

Aku ingin terus berada di dekatnya.

Aku mencintainya.

Rey...

...aku mencintaimu.