Disabtu yang cerah itu, Reinaldi bersama sahabatnya Felix mengunjungi toko sepatu. Berniat untuk membeli sepatu untuk futsal, mereka mulai berkeliling dari satu toko ke toko yang lain, mencari yang bagus dan sedang diskon.
"Kok lo tumben ga ngajak si Firly?" Tanya Felix yang meneliti setiap detail sepatu yang sedang dipegangnya.
Reinaldi meliriknya sekilas. "Dia ada acara keluarga. Ga bisa nemenin gue."
"Ooh. Jadi lo belum jadi anggota keluarganya ya makanya ga diajak?"
Reinaldi terbahak. "Lo gila? Gue aja belum nikah sama dia. Ya belum resmilah."
"Yah buruan resmiinlah. Kuliah juga udah masuk semester akhir'kan."
"Belumlah bro. Gue juga kan belum dapet kerja. Anak orang gue mau kasih makan apa."
Felix terkekeh.
"Lo sendiri ga mau cari pacar? Mahasiswi kedokteran kan banyak yang kece. Ga ada yang nyantol apa satu?" Reinaldi bertanya balik.
"Ga tau. Ga ada cewek yang bikin gue tertarik."
"Standar lo ketinggian sih." Sahut Reinaldi.
Felix mengedikkan bahunya. "Ga juga kok bro. Yah cuma, belum ketemu aja."
Mereka tertawa.
"Loh, Reinaldi?" Reinaldi dan Felix menoleh bersamaan. Mereka melotot kaget melihat siapa yang ada dihadapan mereka berdua.
"Aaa... Renata?"
***
Renata, cewek itu tertawa melihat Reinaldi dan Felix yang sama-sama masih terkejut melihatnya.
"Kapan lo pulang?" Tanya Felix membuka percakapan karena Reinaldi masih kelihatan terkejut dan belum mampu menguasai dirinya.
"Dua minggu yang lalu. Sekarang gue stay tetap di Jakarta."
"Oh begitu. Lo lanjut kuliah disini?"
Renata mengangguk, "Gue kuliah di Atma. Kalian dimana?"
"Untar." Kali ini Reinaldi yang menjawabnya meski suaranya terdengar aneh.
"Wah. Dekat dong. Lain kali kita ngumpul bareng ya, minta nomor kalian dong."
"Boleh." Mereka bertiga akhirnya bertukar nomor ponsel dan mengakhiri percakapan singkat itu karena kemunculan seorang cowok yang mengajak Renata pergi dari toko itu.
"Kenalin cowok gue. Adrian. Ian, mereka ini teman SMA aku."
Mereka berdua berkenalan dengan Ian, cowok Renata. Setelah basa-basi yang singkat, mereka berpamitan pada Reinaldi dan Felix.
Felix melirik Reinaldi.
"Dia tambah cantik ya." Kata Reinaldi tanpa sadar.
"Hush. Udah punya orang. Inget Firly."
Reinaldi tertawa. "Gue sadar kok, bro."
***
Reinaldi mengajak Firly makan siang di kantin kampus yang tidak terlalu ramai.
"Kamu tunggu disini ya, aku mau pesan bakso dulu." Kata Firly.
Reinaldi mengangguk. Felix menghampirinya dengan membawa setumpuk buku kedokteran yang tebal.
Dia meletakkan buku-buku itu dan pergi untuk memesan nasi tim ayam.
Kios nasi tim kebetulan bersebelahan dengan kios bakso, dan dia bisa melihat Firly yang sedang memesan bakso.
"Hei." Sapanya basa-basi.
Firly menoleh. "Oh hei, Lix. Makan nasi tim lagi?"
Felix mengangguk.
Mereka sampai dimeja kantin hampir bersamaan. Felix mulai makan sambil membaca buku kedokterannya. Sementara, Reinaldi dan Firly mulai mengobrol tentang RUU tentang perdagangan hewan yang kebetulan baru saja dibahas di kelas mereka.
Reinaldi mengenal Firly dari semester 6. Meski satu fakultas, mereka tidak pernah sekelas sampai semester kemarin Reinaldi berkesempatan sekelas dengan Firly dibeberapa mata kuliah. Dari pertemuan-pertemuan kecil sewaktu jam kuliah itulah, Reinaldi menaruh hati pada Firly, dan gila juga, dipenghujung semester 6 dia nembak cewek itu yang akhirnya diterima.
Sedangkan Felix bisa mengenal Firly karena dikenalkan oleh Reinaldi yang merupakan sahabatnya sejak SMP.
***
"Lo dapet WA dari Renata ga?" Tanya Reinaldi pada Felix. Dia saat itu sedang berada di apartemen Felix dan rebahan dikasur cowok itu sementara Felix sedang sibuk memelototi buku-buku kedokterannya.
"Humm...," Sahut Felix mengiyakan.
"Dia ngajak kita ketemuan di starbucks Neo Soho. Gue sih udah ngiyain. Lo ikut kan?"
"Ga janji." Sahut Felix lagi.
"Loh, emang kenapa? Lo ga ada kuliah kan lusa."
"Gue sibuk. Banyak presentasi dan gue mesti siapin materi."
Reinaldi hanya mengangguk-angguk.
"Lo ajak Firly aja. Daripada sendiri kan ga enak. Kalo ketemu orang yang kenal kan ntar disangka lo selingkuh."
Reinaldi tertawa. "Nanti gue coba ajak dia."
***
"Gimana kemarin ketemuannya?" Tanya Felix disuatu siang yang mendung. Dia datang bertamu kerumah Reinaldi dan menghempaskan badannya yang lelah diatas kasur cowok itu.
"Seru. Dia banyak cerita soal sekolahnya di Surabaya. Dia juga cerita soal pacarnya si Ian. Mereka kenal di Atma karena satu fakultas juga."
"Oh gitu. Terus?"
"Gue ga banyak cerita soal gue sih. Gue hanya menjadi pendengarnya aja."
"Lo berdua aja? Firly ga ikut sama elo?" Felix mengerutkan keningnya.
"Um, dia ada janji sama temen-temennya jadi ga bisa ikut gue."
Felix menatap Reinaldi yang kelihatan salah tingkah. Dia tahu kalau cowok itu berbohong. Tapi untuk apa?
Felix tahu kalau Reinaldi sudah lama menyukai Renata. Renata adalah cinta pertamanya di SMA. Renata merupakan salah satu primadona sekolah yang menjabat sebagai ketua OSIS. Sedangkan mereka waktu itu menjadi anggotanya, Reinaldi sebagai anggota, dan Felix wakil ketua. Sewaktu sekolah dulu, Reinaldi bisa dikatakan hampir jadian dengan Renata kalau saja Renata tidak pindah sekolah dipertengahan kelas dua SMA. Kepindahan Renata jugalah yang membuat hubungan mereka tidak pernah melangkah lebih jauh. Dan sekarang Renata kembali ke Jakarta, kesempatan untuk lebih dekat terbuka lebar, apalagi mereka sering ngobrol bersama di kafe, bukan tidak mungkin hati Reinaldi akan goyah.
"Gue peringatin sama elo. Jangan bermain api. Nanti elo kebakar." Kata Felix.
"Maksudnya apa?" Tanya Reinaldi.
"Gue cuma bisa ngasih nasehat sama elo. Jangan sering-sering ketemu Renata. Selain dia juga udah punya pacar, lo juga udah punya Firly."
"Gue tahu kok." Jawab Reinaldi pelan.