Chereads / Satu Kesempatan Lagi (Completed) / Chapter 6 - Februari : Bye Bye

Chapter 6 - Februari : Bye Bye

2 bulan berlalu. Skripsi sudah didepan mata, mahasiswa yang akan mengambil skripsi biasanya sudah mempersiapkan dari semester-semester sebelumnya akan mengambil judul seperti apa.

"Semester depan, gue bakal jarang masuk kuliah. Paling datang cuma buat bimbingan aja. Senangnya."

Kali ini Reinaldi dan Felix sedang berada di toko tas untuk membeli tas kuliah Felix yang jebol.

Renata juga ikut bersama mereka, namun cewek itu sedang pergi ke toilet.

Renata keluar dari dalam toilet dan sedang membersihkan tangannya ketika Firly juga baru saja keluar dari toilet dan berdiri disebelahnya.

Firly memperhatikan baik-baik wajah Renata, seakan dia pernah bertemu cewek itu sebelumnya. Renata sedikit risih dipandangi oleh Firly sampai akhirnya dia bertanya.

"Kenapa ya kamu liatin saya terus?" Tanya Renata heran.

"Oh, maaf. Saya hanya merasa pernah melihat kamu sebelumnya."

"Begitu ya, apa wajah saya pasaran?" Katanya membuat Firly tersenyum.

"Tidak. Bukan seperti itu. Maaf sudah tidak sopan."

Renata hanya mengangguk dan kemudian keluar dari toilet. Dia kembali bergabung dengan Reinaldi dan Felix yang masih pusing memilih tas.

"Coba dengar deh, tadi di toilet ada cewek aneh. Masa dia ngeliatin aku terus katanya muka aku familiar. Padahal aku aja ga kenal sama dia." Kata Renata dengan raut kesal.

Reinaldi cuma tertawa lalu mengelus-elus kepala Renata. Felix tidak menanggapi apa-apa. Hanya masalah sepele kok sampai kesal begitu.

***

Mendung menggelayuti kota Jakarta sejak pagi. Akhirnya disiang hari itu, hujan turun dengan deras.

Firly merapatkan diri di pojokan halte bis bersama belasan orang lain yang terjebak hujan. Dia sedang menunggu bis yang akan membawanya pulang. Namun bis yang ditunggunya blm menampakkan diri. Mungkin terjebak macet bersama puluhan mobil lainnya.

Felix mengemudikan mobilnya perlahan, dia sangat berhati-hati kalau hujan sedang turun karena risiko kecelakaan lebih besar. Dia mengerutkan kening saat melihat Firly yang sedang berdiri berhimpitan bersama orang-orang di halte.

Dengan pelan-pelan, Felix menepikan mobilnya dan menurunkan kaca mobilnya membuat air hujan masuk sedikit kedalam.

"Fir, mau pulang?!" Teriak Felix berusaha menyamakan suaranya dengan kerasnya suara hujan yang turun.

Beberapa orang berpandangan, merasa bukan orang yang dimaksud, sampai akhirnya, Firly yang berada di sudut melihat Felix. Dia hanya mengangguk. Karena tidak ingin mengganggu kerumunan orang dihalte yang sesak.

"Biar gue anter. Ayo!"

Firly lama terdiam.

"Mba, diajakin pulang tuh sama pacarnya. Udah sana." Terdengar suara ibu-ibu menyuruhnya ikut Felix. Tidak lama ada suara-suara lain yang mendesaknya dengan hal serupa. Bahkan beberapa dari mereka melontarkan kata-kata ketus. Akhirnya karena tidak ingin jadi bulan-bulanan warga halte, Firly mengangguk dan membuka payungnya. Namun Felix menyuruhnya duduk dibangku belakang karena bangku depan sudah basah karena air hujan.

Dengan ragu, Firly akhirnya masuk ke bangku belakang. Merekapun meninggalkan tempat itu.

Firly menyeka kakinya yang basah karena air hujan, Felix menyodorkan tissue padanya sambil menatap Firly dari cermin tengah.

"Lo sendirian aja tadi?"

"Hah? Oh iya. Aku baru selesai dari perpustakaan. Sebenarnya hari ini ga ada jadwal bimbingan. Cuma lagi cari bahan buat nyusun skripsi."

Felix mengangguk. Dia lupa kalau ini adalah semester terakhir buat Firly. Berarti semester depan dia tidak akan melihat cewek itu lagi dikampus.

"Cowok lo? Lo ga bareng dia?"

Firly tertawa pahit. "Aku udah putus sama kak Daniel."

Felix tertegun. "Kenapa?"

"Umm... Yah. Karena beberapa alasan ini dan itu."

"Padahal gue pikir kalian cocok." Sahut Felix. Suaranya sedikit serak. Kenapa gue malah ngomong begini? Batinnya.

"Gitu ya? Yang kamu lihat hanya permukaannya aja, Lix. Kecocokan itu bukan dilihat dari luar. Tapi harus dibangun dari dalam. Yah, alasan sebenarnya aku tidak nyaman bersamanya."

Felix terdiam. "Waktu sama Rei? Lo merasa nyaman?"

Firly tersenyum. "Nyaman banget. Ga ada alasan buat putus sama dia waktu itu. Tapi dia selingkuh, mau gimana lagi."

Tidak ada lagi percakapan setelah itu. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Felix berusaha untuk fokus menyetir sementara Firly menatap jalanan yang semakin padat. Hujan belum benar-benar berhenti.

Felix memberhentikan mobilnya didepan rumah Firly. Untung hujan sudah berhenti, meninggalkan genangan air dan rontokan dedaunan di sepanjang jalan kompleks rumahnya.

"Lix, makasih ya buat tumpangannya. Lain kali aku traktir makan siang ya di kantin."

"Ga usah Fir. Gue juga udah mulai sibuk. Mau persiapan magang jadi koas."

Firly mengangguk. Felix menunggu cewek itu hingga masuk kedalam rumah.

Itu adalah terakhir kalinya Felix bertemu Firly. Karena setelah itu, baik Felix maupun Firly sama-sama sibuk mengurus kuliah masing-masing. Sampai akhirnya semester itu selesai dan Firly beserta Reinaldi dan ratusan mahasiswa lainnya di wisuda.