Chereads / Red Jelly / Chapter 32 - Resmi Menjadi Sepasang Kekasih

Chapter 32 - Resmi Menjadi Sepasang Kekasih

Suhu disiang hari memang dapat membuang banyak kalori ditubuh. Seperti saat ini, Dirga saja sudah mengganti pakaiannya dengan kaos kuning. Katanya kaos itu bahannya tipis, jadi Dirga masih bisa merasakan angin yang bertiup di balkon lantai atas. Apalagi ditemani gadisnya. Sudah menjadi hak paten Dirga. "Sini, sayang,"

Mendengar titahan Dirga, gadis itu bangkit dari kursi yang berada di sana. Panggilan itu sudah sering Chika dengar, tapi yang ini rasanya berbunga-bunga saat Dirga memanggilnya begitu.

Dengan cepat, Dirga mengukung kekasihnya di railing balkon. Dagunya ia taruh disalah satu pundak Chika, tangannya juga ia lingkarkan dipinggang sang gadis.

Tubuh Chika meremang. Dirga ini diajari siapa, sih? Kenapa ini seperti yang biasa orang dewasa lakukan? Jantung Chika sudah tidak karuan disentuh begini. Chika sampai menengok ke arah Dirga, wajah Dirga dekat sekali. Pipinya hampir saja bersentuhan dengan material kenyal milik Chika.

Laki-laki itu terpejam demi merasakan tubuh kekasihnya yang rapat dengan tubuhnya. "Jika ingin mencium, cium saja. Aku tidak keberatan," katanya masih dengan mata yang tertutup. Dirinya bisa bilang begitu, lantaran ia merasakan deru nafas Chika menabrak pipinya.

"Tidak, kok," Chika membalikkan kepalanya seperti semula.

"Kalau begitu, biar aku saja yang menciummu," pungkasnya. Dirga melakukannya, mencium pipi sang gadis. "Kau suka warna merah, kan? Akan kubuat warna merah berada dipipimu," Laki-laki itu terus menciumi pipi Chika.

"Jangan, nanti pipi Chika terasa panas,"

Dirga tertawa lepas, gemas pada kekasihnya ini. Ia melepas pelukannya, menghadap Chika. Tersenyum guna menandakan bahagianya dihadapan Chika. "Ayo kencan, kita pergi ke suatu tempat," berharap mendapat persetujuan, Chika malah menggeleng. Dia bilang, Dirga harus belajar karena dua hari lagi akan ujian. Tak gentar, Dirga memberikan tawaran lagi, "Bagaimana kalau ciuman saja? Janji, setelah itu aku akan belajar,"

Chika nampak menimang, tapi menurutnya ciuman itu bisa saja memakan waktu lama, dan berakhir Dirga tidak belajar. Tak mau kalah, Chika juga memberikan tawaran lain yang tidak bisa diganggu gugat oleh Dirga. "Satu kecupan. Hanya kecup, setelah itu kakak harus belajar. Jika tidak mau, ya sudah tidak ada kecupan apa-apa,"

"Kok curang, sih?" protes Dirga. Ya tapi daripada tidak dapat apa-apa, laki-laki itu akhirnya menyetujui. Eits, tapi tunggu. Tidak menggoda Chika itu adalah bagian yang kurang dari Dirga. Maka, saat Dirga sudah menempelkan birainya, ia tak langsung melepasnya. Malah memperdalam menjadi sebuah ciuman.

Chika juga tidak tinggal diam, dia itu berontak. Tangannya sudah memukul dada Dirga meminta untuk dilepaskan. Bukan apa-apa, hanya saja tadi Chika belum sempat menarik nafas, tapi Dirga sudah asal menempel saja.

Batin Dirga, dia tertawa lepas merasakan pukan didadanya. Rungunya juga mendengar erangan dari Chika. Maka, setelah dirasa Chika lelah, barulah Dirga melepas pagutannya.

"Kak Dirga!" tatapan tajam Chika berikan pada Dirga. Sayangnya, laki-laki itu malah tertawa. "Chika kehabisan nafas,"

Akhirnya Chika mendengar permintaan maaf Dirga yang disertai tawa. Ya sebenarnya kesal, kenapa malah jadi dirinya yang dikerjai Dirga.

Sebagai balasannya, Chika menarik pergelangan tangan Dirga menuju kamarnya, mendudukkannya di karpet dengan meja kecil ditaruh dihadapan laki-laki itu—Dirga lebih suka belajar diatas karpet ketimbang di meja belajarnya. Membuka lemari buku, mencari salah satu buku tebal yang mana menurut Chika itu adalah buku berisikan soal-soal ujian kelulusan.

"Duduk, dan belajar. Akan Chika temani,"

Mau bagaimanapun usaha Chika untuk membuat kekasihnya belajar, tetap saja tidak dilakuin olehnya. Sudah dibilang, Dirga itu terlanjur bahagia. Malah Chika sendiri yang diperhatikan pergerakannya oleh Dirga. Benar-benar keterlaluan Dirga ini. "Kakak belajar dulu, Chika tidak akan mengganggu,"

Karena tadi sudah berjanji, Dirga akhirnya membuka bukunya. Batin Chika, dirinya bahagia setelah tiga bulan lamanya tanpa kabar dari Dirga. Sekarang berujung dia menjadi kekasihnya.

Selang hampir satu setengah jam, Dirga sudah fokus berkutat dengan buku-bukunya. Alisnya sudah saling bertautan. Tapi tampan sekali saat fokus begini, apalagi rambut depannya terlihat sedikit basah akibat keringat yang mulai keluar.

Bosan juga menemani Dirga belajar, sedangkan Chika tak melakukan apa-apa. Satu-satunya penghibur diri cuma ponselnya. Dirinya membuka aplikasi kamera, mengarahkan pada Dirga. Lumayan, buat simpanan diponsel miliknya.

"Sini foto bersamaku," ucap Dirga tiba-tiba.

Hal itu membuat Chika sedikit terkejut, mendadak sekali jika berbicara dan selalu menohok. Dan berakhir Chika yang selalu kalah.

Tertegun mendengar suara Dirga, gadis itu ragu untuk melangkahkan tungkainya. Alhasil, malah Chika yang ditarik mendekat ke Dirga. Ponselnya kini berpindah alih ke tangan Dirga. Terdengar suara tangkapan dari ponsel. "Kau manis sekali, sayang,"

Gadis itu tersenyum lembut, "Bukan hanya manis, Chika itu juga cantik," pujinya untuk diri sendiri. Lantas ia melihat jam tangan putihnya. "Sepertinya sudah hampir sore. Chika akan pulang,"

"Kalau begitu kuantar," Dirga menutup semua bukunya, bangkit menyambar jaket serta kunci motornya.

"Tidak usah, kakak belajar saja," tolak gadis itu.

"Sekalian aku ingin menyapa Mami dan Papi,"

Berbulan-bulan Dirga tak merasakan ini. Hari ini, dia kembali merasakannya. Kebebasan yang kini sulit untuk dirasakan dalam jangka waktu yang lama. Setelah ujiannya berakhir, pasti dirinya kembali menekuni bidang hiburan. Hah.. Inilah pilihan hidupnya. Dia yang memilih, dia juga yang akan menjalankan.

Dirga juga sampai rela mengorbankan masa remajanya. Padahal jika dipikir, usia delapan belas tahun itu adalah waktu para remaja menikmati masa remajanya.

Yakinlah, Dirga pasti akan merasakannya juga. Bedanya, dia bersenang-senang menggunakan uang hasil kerja kerasnya.

"Nak Dirga, apa kabar? Lama sekali tante tidak melihatmu," ucap ibunda Chika.

Ibunya mempersilakan Dirga untuk masuk, dan kalian tahu? Chika, yang anak kandungnya ditinggal didekat garasi mobil. Sampai tidak habis pikir, ibunya bertemu Dirga seperti melayani anak raja saja.

Melihat kedua punggung itu melewati pintu dan tak ada dari keduanya yang menoleh kebelakang, membuat Chika menggeleng. "Hei, Chika masih disini," gerutunya lirih. Daripada tidak ada yang menyadari, sudahlah Chika bisa jalan sendiri tanpa harus dituntun. Anak gadis sedang merajuk.

Di ruang tamu, Dirga sedikit canggung—iyalah, tiga bulan tak pernah berkunjung. Tapi, rasa canggungnya seketika terenyahkan melihat Chika yang meracau tak jelas. Bibir kecilnya terus bergerak, entahlah apa yang sedang dirapalkan.

"Besok kakak pindah ke sini saja. Sepertinya yang anaknya Mami itu Kak Dirga, bukan Chika,"

"Mami melihatmu kan setiap hari, sedangkan aku? Sangat jarang," katanya sembari mengusap pucuk surai gadisnya.

Tak lama, ibunya membawakan Dirga minum dan beberapa camilan. Ikut bergabung dengan dua remaja didepannya. "Nak Dirga sudah punya kekasih?"

"Sudah, tante," katanya, dirinya juga menengok ke presensi disebelah yang sudah memasang senyuman bahagia.

"Pasti disana gadisnya cantik-cantik, ya?"

Luntur sudah senyuman bahagia Chika. Lebih tepatnya merasa kesal dengan ucapan ibunya.