Chereads / Red Jelly / Chapter 35 - Harus Berhati-hati

Chapter 35 - Harus Berhati-hati

Dirga menggeleng, "Tidak, sayang," balas Dirga. "Memangnya kenapa?"

"Tidak, tidak apa-apa," ucap Chika dengan senyuman lega.

Dua insan lawan jenis itu saling bertukar pandang. Tidak, sebenarnya Dirga lebih dulu memandang Chika. Itu karena gadis itu masih menggunakan piyama di jam sepuluh kurang sepuluh menit. Ditambah rambutnya juga terlihat berantakan. Terkaan Dirga diyakini seratus persen benar jika kekasihnya memang bangun kesiangan.

"Ada apa?" tanya Chika karena melihat gelagat Dirga yang menahan tawa.

Kekehan kecil akhirnya terdengar dari Dirga, "Kau bangun jam berapa?" maniknya memeta Chika dari rambut hingga turun ke kaki. "Piyamamu juga masih menempel,"

Astaga! Bodoh sekali Chika. Sudah tahu Dirga sekarang adalah kekasihnya. Berniat ingin kabur, pergelangan tangannya malah dicekal oleh Dirga. "Chika ingin mandi, Chika juga belum sikat gigi," saat itu juga pegangannya dilepaskan. Kesempatan bagi Chika untuk melarikan diri. Berhasil membuat Dirga tergelak.

Di kamarnya, Chika sampai merutuki dirinya sendiri. Tapi, untuk apa juga Dirga datang saat masa ujian seperti ini? Aish.. pokoknya Chika kesal, dia ingin mandi saja sebelum rasa malunya semakin menjalar kemana-mana.

Dengan waktu hampir lima belas menit, Chika akhirnya selesai dengan urusan kamar mandinya. Gadis itu menghampiri Dirga dan ibunya yang tengah berbincang. Seketika bayangan tentang mimpinya terlintas kembali. Itu akan menjadi mimpi terburuknya. Baginya apa yang Chika mimpikan tadi, terasa sangat nyata.

"Sudah mandi," dengan suara yang riang, Chika duduk di samping Dirga. Namun, sedetik kemudian, nada ucapannya berubah seperti sedang kesal, "Kak Dirga 'kan sedang ujian, kenapa malah bermain ke sini?" katanya sembari menepuk salah satu paha laki-laki itu.

"Aku rindu dengan kekasihku," ucapnya gamblang didekat ibunda Chika. Bukan apa sih, yang malu disini adalah Chika, karena terasa sangat baru bagi Chika. Apalagi dihadapan sang ibu.

Perempuan paruh baya disebelah Dirga menghela nafasnya. Bukan maksud untuk ikut campur urusan anak muda, ibunda Chika tetap akan mengawasi pergerakan putrinya. Ibunya tetap percaya Dirga tak akan berbuat macam-macam. Chika itu anak perempuan, butuh ekstra untuk menjaganya.

"Bagaimana tadi ujiannya, Nak Dirga?" tanya ibunda Chika.

"Lancar, tante,"

"Sudah, sudah, Kak Dirga pulang saja, ya. Kakak harus belajar," sela Chika. Tentu Chika khawatir jika Dirga belum sampai rumahnya. Dirga juga harus belajar, apalagi besok itu mata ujiannya matematika.

"Kau mengusirku?"

"Iya, nanti Chika ceritakan semuanya kalau kakak sudah sampai rumah," ucapnya sembari mendorong Dirga untuk bangkit dari sofa. "Pokoknya jangan mampir-mampir lagi, ya. Jangan kebut-kebutan juga di jalan," tambahnya.

Memilih untuk mengikuti ucapan Chika, Dirga akhirnya berpamitan pada ibunda Chika serta sang kekasih. Dirga juga meminta pada sang gadis untuk mengajaknya melakukan panggilan video—sebagai gantinya karena diusir.

"Permisi Tante, daaa Chika," pamitnya yang langsung pergi dari tempatnya.

-

-

-

Sampai rumah, Dirga tak menjumpai satu orangpun disana. Sepi sekali, pintunya juga terkunci. Untung saja Dirga membawa kunci cadangannya. Dia menaruh tasnya di sofa ruang tamu, melepas sepatu pun juga di sana. Bukannya langsung mengganti seragamnya, Dirga malah mengambil ponselnya—menghubungi yang terkasih.

"Aku sudah di rumah. Ayo ceritakan ada apa?"

Di layar yang menampilkan wajah kekasihnya itu dibiarkan menghadap langit-langit sembari ia melonggarkan ikat pinggangnya. Mendengarkan cerita tentang mimpi Chika membuatnya tersenyum. Senang sekali dikhawatirkan oleh pacar sendiri.

"Terimakasih sudah mengkhawatirkan aku. Aku senang. Ya sudah, kalau begitu aku akan membawa seragamku ke kamar dulu,"

Terdengar suara omelan Chika yang lantang. "KAK DIRGAAA... KAKAK MELEPAS BAJU SAAT CHIKA SEDANG BERCERITA? DI RUANG TAMU?"

Dirga hanya membalas dengan tawanya yang semakin lama semakin hilang. Ponselnya dibiarkan di meja, panggilannya juga belum diakhiri oleh keduanya. Dirga juga mendengar gadisnya itu memanggil. Dia lebih memilih membawa seragamnya ke kamar.

Selepas melakukan panggilan video bersama Chika, Dirga kembali duduk pada sofa. Niat sedari awal, Dirga ingin belajar lagi saat tengah hari nanti, masih ada waktu sekitar satu jam. Tungkainya berakhir ia langkahkan ke dapur, mencari makanan yang bisa dimakan. Karena jujur saja, Dirga lapas sehabis ujian tadi. Sarapan dengan roti ternyata kurang baginya.

Hatinya lebih dikecewakan saat tak ada makanan di meja makan atau di lemari makan. Hanya ada buah kaleng, serta beberapa sisa mie instan. "Baiklah, hidupmu akan berakhir di perutku," ucapnya pada dua bungkus mie instan kuah

Aroma soto dari bumbu yang baru saja dituangkan ke dalam mangkuk, membuat rasa lapar pada perut Dirga semakin menjadi. Sebentar lagi juga akan matang. Baru akan mematikan kompor, Dirga dikejutkan dengan adanya suara gesekan dari beberapa plastik berasal dari meja makan. Rupanya sang ibu yang baru saja menaruh beberapa plastik belanjaannya.

"Mama tadi sudah menunggumu sampai jam sepuluh, tapi ternyata kau belum pulang. Mama ingin mengajakmu membeli bahan makanan," jelas sang ibu yang terduduk.

Dirga menatap rebusan mie yang sudah dituangkan ke dalam mangkuk, "Dirga sudah terlanjur membuat mie," maniknya kembali menatap sang ibu, berjalan ke arah meja makan membawa mangkuknya. "Tadi Dirga mampir ke rumah Chika, tapi Chika hanya mengijinkan Dirga sebentar saja di sana,"

"Pasti karena Dirga disuruh belajar 'kan?" tebak sang ibu.

"Iya, selain itu Chika juga bercerita tentang mimpinya yang Dirga kecelakaan sehabis pulang ujian," ucapnya sebelum memasukkan suapan pertamanya.

Sang ibu yang sedikit terkejut juga memberikan nasihat pada putranya. "Maka dari itu, dengarkan apa kata perempuan. Biasanya perasaannya kuat. Jadi, jika mengendarai motor, berhati-hatilah. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kita saat di jalan. Mungkin kita sudah berhati-hati, tapi orang lain belum tentu juga mengendarai dengan hati-hati,"

"Mama, bicaranya nanti lagi ya. Dirga sudah lapar," kata Dirga pada sang ibu yang sedang memasukkan beberapa plastik berisikan daging ke dalam kulkas.

Akhirnya Dirga bisa makan dengan tenang. Tidak juga sih, masih ada suara gesekan plastik belanjaan sang ibu. Tapi jika dipikir kembali, kenapa ibunya tidak menelepon Dirga saja? Jika ibunya menelpon, Dirga jelas tidak akan mampir ke rumah Chika.

Dilihat saat ibunya selesai membereskan semua barang belanjaannya, wanita itu berjalan menuju kamarnya. Belum sampai kamar, wanita itu sudah berteriak pada Dirga yang baru selesai menghabiskan suapan terakhir makanannya.

"Sayang, jangan lupa bereskan semua barang-barangmu yang berada di ruang tamu. Sepatu, kaos kaki, tas, serta jaketmu masih berserakan. Kalau tidak mau, akan Mama masukkan ke dalam kolam ikan,"

Dirga buru-buru mencuci mangkuk serta sendok dan garpu yang dirinya pakai. "Astaga, aku lupa," ucapnya setelah mengeringkan tangannya. Lantas berlari memungut semua barangnya yang berserakan, membawanya menuju kamar. "Untung saja seragamku sudah lebih dulu aman," pungkasnya.