Pagi menjelang siang ini dihabiskan dengan jamuan makan bersama. Tapi tak lama setelah jamuan itu berakhir, Septian, Yogi, Haikal, Nanda, Jamal, dan Tomi harus segera kembali. Karena ada beberapa masalah yang belum mereka selesaikan. Dapur serta peralatan masak di apartemen belum dibersihkan semua.
Sayangnya tugas itu harus dilakukan dua anggota tertua, lantaran keempat lainnya harus menuju kampus, entah itu karena memang ada kepentingan, atau untuk menghindari bersih-bersih. Awas saja semisal mereka berempat berani menipu, mereka akan dijadikan sup oleh Septian dan Yogi.
Sedangkan Chika dan Dinda tengah membereskan sisa-sisa makanan dan mencuci piring. Ibunya membatu Chika untuk mengumpulkan sisa-sisa makanan di kantung sampah.
Dan yang terakhir, tokoh utama laki-laki ini hanya duduk-duduk santai di sofa ruang tamu sembari memainkan ponselnya. Enak sekali memang, benar-benar seperti anak raja.
Chika selesai lebih awal dari Dinda yang masih membilas semua piring. Gadis itu menghampiri Dirga yang masih terfokus dengan ponselnya—sedang membuka media sosial miliknya. "Kak," panggil Chika.
Dirga menoleh, mengeluarkan semua aplikasi yang ia gunakan tadi. "Sudah selesai?"
Chika mengangguk, sesaat dia menginginkan sesuatu. "Kak, ingin Gummy Bear. Ayo pergi sebentar," pintanya dengan wajah lugu. Tanpa menunggu lebih lama, Dirga dan Chika akhirnya berangkat menuju minimarket terdekat.
Di dalam minimarket, seperti biasa Chika akan mendatangkan salah satu rak yang berisikan parfum. Menjajal satu persatu di tangannya. Lumayan 'kan untuk mengharumkan tubuhnya . Dirga yang melihat kelakuan kekasihnya ini sampai terkekeh sendiri. Gemas sekali, rasanya ingin menggigit pipi Chika.
Chika juga jadi teringat sesuatu, di rumahnya stok 'roti Jepang' miliknya sudah habis. Jadi sekalian saja memasukkan dua bungkus pembalut ke dalam keranjang. Tenang, Chika membayar dengan uang sendiri. Dirga hanya akan membayarkan Gummy Bear dan es krim.
"Ayo kita cari taman," ajaknya yang dibalas anggukan oleh Chika
Dirga melajukan motornya ke arah sebuah taman. Taman tempat Dirga biasa mencari udara segar sehabis berolahraga. Keduanya juga akan ditemani dengan es krim serta gummy bear yang dibelinya tadi.
Ini kencan pertama kalinya untuk mereka setelah resmi menjadi sepasang kekasih. Saling bertukar cerita saat tiga bulan tak saling memberi kabar. Itu akan menjadi salah satu cerita yang akan melekat dalam hidupnya. Bagaimana hampir setiap hari peningnya kepala Chika memikirkan perasaannya terhadap Dirga.
"Es krimnya dimakan lebih dulu, takut mencair," titahnya sembari memberikan es krim yang sudah Dirga bukakan.
Chika menerimanya dengan senyuman. "Kak Dirga hanya membeli satu es krim saja?" tanyanya setelah melihat hanya ada satu es krim yang Dirga buka.
Dirga menggeleng sebelum menjawab pertanyaan Chika. "Tidak, kau saja,"
"Kita bagi dua saja, ya. Chika es krimnya, kakak bungkusnya," celetuknya asal. Sukses menghadirkan tawa dari Dirga. Chika itu terlalu gemas jika tidak diajak bicara.
Sedetik kemudian Dirga kembali terdiam mengingat dua hari lagi dirinya harus kembali ke apartemen. Waktu untuk bertemu Chika sudah tidak ada lagi. Apalagi dirinya sudah selesai dengan ujian, hanya tinggal menunggu pengumuman.
"Mau foto bersamaku?"
Chika mengangguk, Dirga segera mengarahkan kamera ponselnya ke arah mereka. Hanya foto nantinya yang bisa membuatnya sedikit menghilangkan rindu waktu kebersamaan mereka. Kenapa juga dirinya harus dihadapkan dengan keadaan seperti ini? Dua kebahagiaan yang tak bisa dirasakan dalam waktu yang bersamaan. Tak apa, semua kesulitan pasti akan ada kebahagiaan yang menanti. Dirga percaya itu.
Dilihatnya lagi Chika sudah memakan Gummy Bear-nya. Cepat sekali menghabiskan es krimnya. Dirga jadi bingung sendiri melihat Chika. Menariknya, Chika memisahkan gummy bear itu berdasarkan warnanya. Cara unik apa lagi yang dilakukan Chika?
"Kenapa warna merah yang dimakan terakhir?" tanya Dirga sembari mencomot satu gummy bear berwarna biru. Kekasihnya bilang jika rasa setiap gummy bear itu berbeda. Tapi bagi Dirga, semua gummy bear walaupun berbeda warna, rasanya tetap sama saja.
"Kak Dirga ini jika dikasih tahu, tidak percaya sekali," Chika bersikeras dengan apa yang ia ucapkan. "Coba ini rasakan," pintanya seraya menyodorkan satu buah gummy bear diantara ibu jari dan telunjuknya di depan wajah Dirga.
Laki-laki itu menatap gummy bear yang disodorkan, sayangnya Dirga tak ingin mengambil gummy ditangan Chika. Dia lebih memilih mengambil gummy bear yang berada dibibir kekasihnya. Seketika Chika mematung saat bibir Dirga bertugas mengambil gummy bear di celah bibirnya.
"Benar, lebih manis," tuturnya sembari tertawa puas melihat Chika yang terkejut. Masih lama untuk jadi dewasa, ya?—batin Dirga.
Baru juga beberapa hari jadian, Ga.
Chika berdehem guna menetralkan ekspresi yang ada di dirinya. Dirga senang sekali membuat jantung perempuan pindah ke kaki. Chika jadi teringat sesuatu ketika masih di rumah Dirga tadi. "Kak,"
"Hm.." Dirga berdehem untuk menimpali panggilan Chika.
"Kenapa teman-teman kakak memanggil Chika dengan sebutan Red Jelly?" tanya Chika, pipinya juga ia kembungkan. "Maksud Chika, maksud dari Red Jelly tu apa? Kenapa sebutan itu dipakai untuk memanggil Chika?" tanyanya runtut.
Laki-laki itu tercekat mendengar pertanyaan Chika. Seperti yang kalian tahu, Red Jelly itu nama kontak Chika diponsel Dirga. Susah untuk Dirga menelan ludahnya sendiri. Sampai bingung sendiri harus mulai dari mana untuk menjelaskannya pada Chika. Dirga juga malu, karena itu punya alasan tersendiri.
"Itu.." jujur Dirga gugup. "Baiklah, akan aku jelaskan. Tapi kumohon jangan tertawa," katanya sembari menarik nafas kelewat panjang. "Sebenarnya, Red Jelly itu memang dirimu. Aku memberi nama pada kontakmu diponselku dengan nama itu. Aku memberi nama itu setelah aku tahu jika kau menyukai warna merah. Karena.." ucapannya terhenti.
"Karena apa?" tanya Chika lagi.
Dirga terkekeh, "Pipi dan bibirmu berwarna merah. Aku menyukainya," pungkasnya. Sungguh, Dirga malu sekali menjelaskan ini semua. Padahal dia tak berharap Chika sampai tahu ini semua. Terlalu geli untuk didengar, tapi Dirga menyukai pemikirannya.
"Heuh?" heran dan malu datang bersamaan dalam diri Chika. Alasan yang Dirga berikan menurutnya lucu. Aduh, bagaimana ini pipi Chika sudah mulai memanas. Senyumnya juga tak tertahankan. Kenapa harus begini sih jadinya? Sedikit menyesal meminta penjelasannya tadi.
"Semakin pipimu memerah, semakin aku menyukainya," ungkap Dirga yang semakin membuat Chika salah tingkah.
"Wah, Chika kenapa baru tahu, ya? Kak Dirga juga kenapa bisa terpikirkan begitu?"
Keduanya sekarang malah dirundung kecanggungan. Saling mengalihkan pandangan. Hingga Chika membuka suaranya lebih dulu untuk minta diantar pulang. Sebenarnya itu untuk memecahkan keheningan diantara keduanya. Disamping itu ni sudah lewat dari tengah hari. Matahari juga semakin terik memancarkan sinarnya. Chika juga harus pulang karena takut orang rumah mencarinya.
Aneh, kenapa ini malah jadi malu-malu kucing seperti ini, sih? Padahal sudah kubuat kalian jadi sepasang kekasih, lho.