Chereads / Red Jelly / Chapter 29 - Weekend

Chapter 29 - Weekend

"Sedang apa?" tanya Dirga dipanggilan video yang mereka lakukan. Mumpung keduanya tak ada tugas sekolah. Senang sekali Dirga, apalagi keduanya sudah lama sekali tidak melakukan panggilan video lagi, setelah Chika marah karena mengganggunya mengerjakan tugas.

Suara keduanya jelas terdengar hingga rungu Jamal. Sepertinya adik kecilnya memang sangat menyukai Chika. Ini pertama kalinya ia lihat Dirga berinteraksi dengan sang gadis. Lucu menurutnya. Cinta anak SMA. Jamal sampai tersenyum, lho.

Sebenarnya, sih tadi Jamal sedang menggeser layar ponsel—membuka media sosial. Tapi, begitu melihat ada dua insan tengah melakukan panggilan video, dia jadi ingin juga dengan Caroline. Dia tak akan melakukan panggilan video juga, kok. Hanya akan mengirimi pesan saja.

Kalian ingin tahu apa topik yang dibahas ketika mereka bertukar pesan? Yup! Dirga. Itu karena Jamal memberitahu lebih dulu jika Dirga tengah melakukan panggilan video dengan gadisnya. Khusus kamar Dirga dan Jamal, Caroline tak memasang alat penyadap apapun. Perempuan itu khawatir jika Jamal akan bertanya padanya semisal laki-laki itu menemukan alatnya.

Pun, keenam teman lainnya juga tak memberitahu Jamal jika di kamar Nanda, Yogi, dan Septian terdapat alat penyadap. Itu sudah mereka bicarakan saat di bengkel ayah Yogi.

"Iya sayang, iya," itu suara Dirga. Chika baru saja memberi wejangan agar Dirga juga tidak boleh terlalu memaksakan diri saat melakukan sesuatu.

Tahu, tidak? Perut Dirga sudah ingin memuntahkan ribuan kupu-kupu saking senangnya. Bergejolak di dada.

"Hei, kau membuatku iri," bisik Jamal mendengar percakapan dua remaja SMA.

Dirga hanya terkekeh kecil mendengar keluhan Jamal. Salah siapa tidak memiliki kekasih. Ya walaupun Chika juga bukan kekasihnya, setidaknya hubungannya sudah seperti sepasang kekasih.

"Dirga, Jamal, ayo makan," adalah Septian yang menghampiri kedua adiknya. Biasa, diantara tujuh anggota Goldie, yang terlihat memiliki perempuan incaran baru Dirga dan Jamal.

Mendengar titah sang kakak tertua, Dirga maupun Jamal, langsung mengakhiri kegiatan mereka dengan ponselnya. Menuju ruang makan, dengan keempat orang lainnya berada di sana lebih dulu.

Di meja tempat mereka makan, Yogi menunjukan lembaran jadwal yang telah diubah Caroline. Nanda juga sudah mengkonfirmasi, jika Caroline menyetujui jadwal latihan akan diadakan tiga kali dalam seminggu. Tak sia-sia Goldie memiliki Yogi.

-

-

-

"Eungh..." suara lenguhan dari salah satu anak manusia yang tengah meregangkan otot. Satunya lagi, masih asyik menyelami kolam susu dengan pisang sebagai perahu diatasnya. Itukan semisal Jamal tak membangunkan Dirga disampingnya. Yang benar saja, laki-laki berumur delapan belas tahun akan menaiki perahu pisang diatas kolam susu. Jangan bercanda, deh.

Sekarang sudah pukul tujuh pagi, Jamal lebih dulu memasuki kamar mandi guna membersihkan diri. Ya, hari ini adalah hari pertama mereka untuk latihan koreografi. Rasanya berbeda sekali, sebelum pindah ke apartemen ini, saat bangun tidur yang dilihat pasti teman satu kostnya. Tiap pagi harus mencuci baju sendiri, memikirkan akan sarapan dan makan siang apa hari ini. Untung saja, Tuhan sedikit demi sedikit mengabulkan doanya. Setidaknya, di apartemen ini Jamal tak terlalu khawatir memikirkan soal makanan. Siapa lagi yang akan membawakan makanan kalau bukan Caroline?

"Ini," ucapnya menyerahkan tujuh kotak makanan siap saji. "Maaf, aku tidak tahu selera kalian, jadi kubelikan lauk yang sama,"

Tujuh laki-laki itu sudah berkumpul di ruang latihan yang Caroline sewakan khusus untuk Goldie. Wanita itu rela mengeluarkan uang pribadinya untuk Goldie. Ralat. Untuk menarik perhatian Dirga. Caroline akui, menarik perhatian Dirga itu butuh kesabaran tinggi. Hati laki-laki itu terlanjur jatuh hati pada adik kelasnya.

Sekitar pukul setengah sembilan, mereka menuju tempat pelatihan. Tentu saja, beberapa pelatih telah menunggu ketujuhnya. Jika Nanda boleh jujur, sebagai pemimpin grupnya saja dirinya merasa canggung berhadapan dengan pelatih baru, bagaimana dengan keenam temannya?

Kata demi kata semua masukan dari sang pelatih benar-benar diserap oleh Goldie. Untuk melihat kemampuan masing-masing anggota, Dimas—selaku pelatih baru Goldie, mengetes kemampuan menari mereka. Jujur saja, Dimas cukup kagum dengan beberapa anggota Goldie yang memang pandai menggerakkan tubuh.

"Baiklah, coba sekarang kalian tampilkan salah satu penampilan terbaik kalian," pintanya.

Dirga selaku center dari formasi mereka sempat menghela nafasnya. Ini berbeda sekali dibanding saat tampil dihadapan banyak orang. Saat banyak pasang mata yang menunggu mereka untuk mendapatkan hiburan, dan ini hanya beberapa pasang mata saja yang menanti untuk menilai.

Dengan membawakan lagu Dynamite milik salah satu grup terkenal dunia, BTS, dan juga koreografi buatan mereka sendiri, sudah cukup membuat Dimas menyematkan senyuman dibirainya. Menurut Dimas pribadi, hanya ada beberapa bagian yang perlu diperbaiki.

Pun setelah latihan berakhir, semua anggota terduduk di lantai. Mengibaskan tangannya guna menghilangkan rasa panas yang menempel. Tak lama, sang manajer membawakan tujuh minuman. Tungkainya mengarah pada Jamal.

"Untukmu yang pertama," ucapnya memberikan satu botol mineral serta satu kedipan khusus untuk Jamal. Selanjutnya, ia memberikan botol mineral yang sama pada lima anggota lainnya. Kenapa lima? Khusus Dirga berbeda.

"Untukmu," katanya sambil menyerahkan minuman isotonik. "Kudengar dari Jamal, kau lebih suka minuman isotonik sehabis berolahraga,"

"Terimakasih," ucap Dirga.

Tenang, ini tidak seperti dongeng jahat. Minuman yang Dirga minum aman, tanpa obat apapun. Wanita cantik itu bermainnya juga harus cantik. Iya, Caroline itu cantik. Untuk tingkat kecantikan antar nenek lampir sedunia. Kalian juga boleh menghujatnya, wanita itu takkan membaca hujatan kalian.

Batinnya senang sekali tu, Caroline. Dirga tidak memasang wajah cueknya. Padahal Dirga mengincar minumannya, ya pantas saja perempuan itu senang, Dirga menyematkan senyuman. Tangannya juga menyapu rambut yang basah karena keringat. Manly sekali, bukan?

Selepasnya Caroline menjauh, Tomi mendekati Dirga, memperhatikan tengah meneguk minumannya. "Ey.. kubilang juga apa, dia menyukaimu,"

"Memberikan minuman bisa menjadi tolak ukur seseorang menyukaimu atau tidak?" tanyanya dengan wajah yang sarkas.

"Kau ingin beradu argumen denganku? Baik, ayo kita lakukan," tantangan Tomi. Ia membenarkan posisi duduknya, menatap Dirga dengan tatapan intimidasi, "Apa kau lupa, hari dimana saat Mas Arka mengenalkan kita padanya, kau digoda kan olehnya? Bahkan dia menunjukkan garis dadanya padamu?" imbuh Tomi dengan alis yang naik-turun.

Bagaimana dia tahu?—batin Dirga. Rupanya, hari itu Tomi sempat melihat adegan hampir porno itu. Tomi juga sempat berpikir, jika Dirga tergoda, apakah dia akan liat adegan porno sesungguhnya secara langsung?

Tomi, tolong hilangkan pikiran kotor itu. Nanti ada saatnya kau merasakan yang sesungguhnya juga.

Dirga tak bisa berkata apapun, matanya bahkan sampai melihat ke sembarang arah demi mencari alasan. Sepertinya sulit, karena Tomi memang melihatnya sendiri.

"Sudahlah, tidak tahu. Aku hanya menyukai gadisku. Bukan dia. Dia itu milik Bang Jamal," ucapnya seraya berdiri. "Lagipula, aku juga tidak tertarik dengan wanita tua sepertinya," tandasnya yang langsung meninggalkan Tomi ditempat.