Chereads / Red Jelly / Chapter 31 - Frustrating

Chapter 31 - Frustrating

Ini sudah tiga bulan lamanya. Ya Tuhan, Chika sampai pusing dibuatnya. Chika pikir ini akan baik-baik saja. Kenyataannya, dirinya malah dibuat stres hampir setiap harinya. Ini sangat melelahkan, seperti ingin menangis.

Saat ini saja, Chika sudah tidak seperti Chika yang dulu. Dirinya gusar sampai menendang selimut yang berada di ranjangnya. Ditambah Arum sedang melihat aksi teman sebangkunya itu.

"Kau menyukainya, bukan?" cicit Arum.

Chika abai dengan apa yang diucapkan Arum, dirinya masih merengek disertai celotehannya yang tidak jelas. Hanya kata rindu yang keluar dari birai merahnya. Rambutnya saja juga jadi korban pelampiasan kekesalan, diacak juga dijambak oleh tangannya sendiri.

"Jika kau memang menyukainya, katakan padanya," Arum mendekati Chika yang entah sejak kapan sudah berada dilantai sebelah ranjang. "Kau tidak akan dicap sebagai perempuan yang menyatakan perasaannya lebih dulu. Kak Dirga sudah mengatakan perasaannya sebelum kau juga menyukainya,"

Rungu Arum kembali mendengar rengekan Chika. Wajahnya juga sudah seperti bayi yang kehabisan susu. "Tapi aku tidak yakin apa perasaanku ini memang menyukainya," rengeknya lagi. "Bagaimana jika dia sudah tak menyukaiku?" tambahnya.

Saking geramnya, Arum itu sampai menjitak dahi Chika. Arum juga mendengar temannya itu mengaduh. Salah siapa membuat Arum gemas begitu, gemas karena pikiran Chika yang negatif.

Ini saatnya Arum yang menjadi wanita bijak. Menjelaskan persoalan cinta. Tentu saja, Arum kan sudah lebih pengalaman daripada Chika, ya walaupun kekasihnya tak tahu kabarnya bagaimana.

"Memangnya kau pernah mendengar rumor bahwa dia sudah memiliki kekasih? Aku sangat yakin, jika dia belum memiliki kekasih. Kau juga pernah bilang, Kak Dirga akan menunggumu sampai kau membuka hatinya. Dan inilah saatnya kau memberi tahu dia, bahwa kesabarannya dia untuk menunggumu tak sia-sia. Lagipula dia itu kan sedang dilatih untuk menjadi bintang terkenal, maklum saja jika dia tak ada kabar," tuturnya panjang lebar.

Rengekan Chika semakin mereda setelah mendapatkan pencerahan dari Arum. Belum saja Chika menimpali kalimat Arum, gadis itu kembali berujar, "Beritahu dia setelah ujian saja, biarkan dia fokus. Kau tinggal bilang saja, akan memberikan sesuatu saat ujiannya selesai,"

Chika menatap lekat manik Arum. Terlihat tulus sekali dia menasihatinya, ya walaupun cara penyampaiannya seperti singa garang. "Kau bisa tahu kata-kata itu, darimana?" jelas dong jika Chika bertanya.

"Hehehe.." kekehnya, Arum ikut duduk disamping Chika. "Kekasihku dulu yang berkata seperti itu. Aku masih terlalu kecil untuk paham kalimat seperti itu,"

"Ish.. kukira kau memang tahu," gerutunya.

Setelah perbincangan keduanya, Chika buru-buru mengambil ponsel diatas ranjang. Mencari kontak bernama Dirga. Mengetikkan satu pesan untuknya. Dia hanya bisa berharap jika Dirga akan segera membalasnya. Disana terlihat Dirga memang tengah aktif pada salah satu media sosialnya.

Betapa bahagianya saat Chika mendapat balasan dari Dirga. Wah, bahagianya berlipat lagi, saat Dirga memberitahu jika dia berada di rumahnya. Pihak agensi memberikan izin untuk Dirga melaksanakan ujian kelulusannya. Pokoknya sore ini Chika harus datang ke rumahnya.

Tunggu, kenapa Chika? Kenapa perempuan yang datang ke rumah lelakinya? Tidak, tidak, seharusnya Dirga-lah yang datang.

Chika kembali dilanda kebingungan, padahal belum ada sepuluh menit dirinya bahagia. Sepertinya Chika memang ingin menjadi santapan Arum. Arum semakin geram, "Tak masalah jika kau yang datang ke rumahnya, orang tuanya juga pasti merindukan Kak Dirga,"

Ada benarnya juga apa yang dikatakan Arum, lagipula aku juga rindu melihat Kak Dinda dan Kak Dirga bertengkar—batin Chika, dirinya juga tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah, aku ingin pulang. Kau pasti ingin bersiap-siap. Ditambah kau belum mandi, pula," ujar Arum.

Saat ingin mengambil tasnya diatas ranjang, lengan baju Arum ditarik oleh Chika, "Tolong antarkan aku,"

Arum seketika mematung melihat temannya itu memohon seperti anjing kecil. Binaran matanya juga kentara sekali. Untung saja, dia teman yang baik, jadi mengangguk adalah jawaban persetujuannya.

Chika bergegas mengambil handuk untuk segera mandi. Arum sampai tergeleng melihat Chika yang sepertinya baru pertama kali merasakan jatuh cinta pada laki-laki setelah puluhan purnama laki-laki itu menyukainya lebih dulu. Batinnya tertawa gemas pada temannya.

Ya, akhirnya selesai juga semua urusan Chika dan penampilannya. Tenang, Chika juga sudah izin untuk ke rumah Dirga. Hari ini, Arum membawa motor sendiri, jadi tidak perlu keluar biaya untuk naik taksi online.

Tak lama keduanya sampai, Chika mengucap banyak terimakasih untuk Arum, hari ini sudah dibantu banyak sekali. Setelahnya, Arum pergi dari hadapan Chika.

Kebetulan sekali, di teras depan Dinda tengah melakukan olahraga ringan. Chika mendekat kearah Dinda juga menyapanya. "Kak Dinda,"

"Chika," sapanya balik. "Padahal Dirga ingin ke rumahmu,". Chika kembali bingung, kan. Jika Arum melihat ini, pasti sudah habis Chika ditelan Arum.

"Tidak apa-apa, Kak. Pasti kakak, Mama, dan Om Adhi rindu Kak Dirga," ucapnya sembari tersenyum.

"Teng.." katanya dengan membuat huruf X dihadapan Chika. "Aku malah senang dia di apartemen bersama teman-temannya. Jadi, tidak ada yang menggangguku,"

Diam-diam Dirga memperhatikan Chika dari pintu garasi. Rindu sekali melihat tawa itu, tawa yang disematkan diwajah ayu Chika. Batinnya juga berkecamuk, mengingat Chika tak bisa menganggap Dirga lebih dari seorang kakak. Ya mungkin memang jalannya dia harus menjadi kakaknya saja.

"Chika," panggilnya.

Gadis itu melambaikan tangannya, lantas sedikit berlari ke arah Dirga. Mereka masuk melewati pintu garasi.

"Chika rindu dengan Kak Dirga,"

Dirga jelas tersenyum, mengelus pucuk kepala Chika sebelum berujar, "Aku juga rindu dengan adikku ini,"

Seketika Chika menghentikan langkahnya. Kedua hazelnya menatap Dirga sendu. Dadanya juga terasa sesak tiba-tiba. Jujur saja, Dirga juga dibuat bingung karena Chika ini. Air mukanya seakan membutuhkan penjelasan.

"Sebenarnya Chika tidak ingin bilang ini sekarang," ucapnya sembari menarik nafas dan menghembuskannya sebelum kembali berujar, "Tapi dada Chika sudah terlanjur sesak saat Kak Dirga bilang rindu dengan Chika sebagai adik," jedanya lagi demi menarik nafas kelewat panjang, "Chika menyukai Kak Dirga, Chika sayang dengan Kak Dirga. Melebihi seorang kakak," pungkasnya dengan suara parau.

Kaki Dirga seketika lemas, jantungnya juga berdegup sangat cepat. Suhu sekujur tubuhnya juga mulai naik. Dirga tak bisa mengeluarkan satu huruf pun. Bahkan mengatur nafasnya saja juga sulit. Dia terlalu senang mendengar pengakuan Chika. Ini yang dia tunggu berbulan-bulan. Akhirnya, tak sia-sia juga penantiannya.

Merasa tak mendapat balasan dari Dirga, Chika malah meminta maaf. Namun, belum sempat kata 'maaf' itu selesai Chika ucapkan, Dirga lebih dulu merengkuh tubuh mungil gadisnya.

"Terimakasih, Chika,"

Setelah acara berpelukan seperti Teletubbies terjadi di garasi, kini keduanya sudah berada di ruang keluarga. Sudah senyum-senyum dua insan yang baru saja dimabuk asmara itu. Mereka kini telah resmi menjadi sepasang kekasih.

Dirga, Chika, aku ikut berbahagia.

Ayah Dirga yang baru selesai memberi makan ikan ikut tersenyum melihat putranya bahagia bersama gadis pilihannya. Yang ditangkap netra sang ayah, keduanya malah menjadi canggung. Lucu sekali, pokoknya.

"Kau tahu, aku bahagia sekali hari ini," ucap Dirga.

"Chika juga," balasnya dengan bisikan.

Tangan Dirga ini sebenarnya gatal sekali ingin menyentuh tangan Chika. Hanya saja rasanya beda sekali, tidak seperti biasanya sebelum mereka menjadi sepasang kekasih. Dirga berani bersumpah, suhu ruang keluarganya menjadi sangat panas, pipinya juga ikut memanas. Ini akibat menahan senyum terlalu lama.

Maka, sebuah ide terlintas dipikiran Dirga. Sedikit menunduk, mendekatkan birainya ke arah telinga sang gadis. Dirga tidak tahu, tubuh Chika seketika meremang, "Kita pindah ke balkon atas saja, ya"