"Bukan mencoba, dia sudah melakukannya kemarin malam, hanya saja tidak berhasil!"
Kalau bukan karena dia kabur dengan cepat, juga kalau bukan karena bantuan Monchi, Gu Shijie si binatang itu sudah akan membuatnya…
Tiba-tiba, ekspresi Gu Qiangwei menjadi kaku, matanya mendadak terbelalak!
Benar, Monchi!
Semalam Monchi meninggalkan kediaman Gu bersama dengannya, sekarang dia ada di mana?
Sialan, setelah bangun dia sama sekali lupa terhadap Monchi.
"Kalau begitu, apakah kamu punya bukti?"
Saat dia sedang kebingungan, terdengar sekali lagi suara petugas polisi.
Pandangan Gu Qiangwei jatuh ke wajah polisi itu, "Bukti?"
"Ya, kamu harus memberikan bukti kuat, dengan begitu barulah kami bisa membuka kasusnya untuk diinvestigasi."
Gu Qiangwei menunduk dan tenggelam dalam pikirannya.
Dia bahkan tidak menyangka kalau Gu Shijie akan melakukan perbuatan tidak bermoral seperti itu kepadanya, bagaimana mungkin dia mempunyai bukti?
Oh ya, Mama Xu!
"Aku punya saksi, tapi…" Dia ragu-ragu untuk mengatakannya, entah apakah Mama Xu akan bersaksi untuknya.
Dengan analisa dari polisi, setengah jam kemudian Gu Qiangwei kembali ke kediaman Gu.
Yang pertama, dia ingin meminta Mama Xu bersaksi untuknya. Yang kedua, terlepas dari apakah Gu Shijie bisa diadili atau tidak, dia tetap harus pulang.
Karena ponsel, dompet, serta banyak dokumen miliknya berada di rumah. Kemana pun dia pergi, semua barang itu sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dua puluh menit kemudian, taksi tiba di kediaman Gu.
Melihat pintu gerbang yang familiar itu, kenangan hangat yang tersisa bagi Gu Qiangwei terhadap rumah ini sudah lama hilang. Yang ada hanya ketidakpedulian ayahnya, juga kepahitan Chen Peifang.
Dia mengulurkan tangan dan menekan bel pintu.
Yang membuka pintu bukan Mama Xu, tetapi seorang pembantu wanita lain yang tidak dikenalnya.
Mana Mama Xu?
Kebingungan muncul di hati Gu Qiangwei. Sebelum mendapatkan jawabannya, dari ruang tamu terdengar suara Gu Zhendong.
"Qiangwei?"
Papa?
Begitu mendengar suara ayahnya, Gu Qiangwei secepatnya masuk ke ruang tamu. Benar saja, dia melihat Gu Zhendong sudah pulang!
"Pa…"
Entah bagaimana, meskipun sejak kepergian ibunya ayahnya ini tidak terlalu peduli kepadanya, tapi saat ini, dia seperti melihat satu-satunya keluarganya di dunia ini. Hidung Gu Qiangwei sesak, kabut mengambang di matanya dan mengaburkan pandangannya.
"Qiangwei, kemarin malam kamu…"
"Pa…"
Sebelum Gu Zhendong menyelesaikan perkataannya, Gu Qiangwei yang merana itu pun menyerbunya dan mulai menangis.
Menghadapi putrinya yang tersedu-sedu, sesaat Gu Zhendong merasa terkejut. Tapi kemudian dia tidak bisa menahan diri untuk mengangkat tangan dan menepuk-nepuk punggungnya.
Dia sudah mendengar tentang peristiwa semalam, secara garis besar dia juga sudah memahami kejadiannya.
Mungkin putrinya juga sangat ketakutan.
"Jangan menangis, sudah tidak apa-apa."
Gu Qiangwei melepaskannya, "Pa, Papa harus memberi Gu Shijie pelajaran, semalam dia…"
"Qiangwei, papa tahu kamu sangat ketakutan. Tapi adikmu juga tidak sengaja. Kamu jangan memasukkannya ke dalam hati, ya."
Gu Qiangwei kaget mendengar perkataan ayahnya. Raut wajahnya menjadi kaku.
Kata-kata ayahnya itu sama sekali di luar perkiraannya.
"Papa bilang, dia tidak sengaja?" Gu Qiangwei menatap ayahnya, mengira dia salah dengar.
"Ya, aku sudah mendengarnya. Kemarin di acara makan malam Shijie minum beberapa gelas anggur. Dia salah mengira kamu sebagai pacarnya. Makanya dia…"
"…"
Satu kalimat itu membuat sekujur tubuh Gu Qiangwei menjadi dingin. Dalam sekejap dia merasa bagaikan sedang berada di dalam rumah es!
Ayahnya ternyata tidak memiliki sedikit pun keraguan terhadap perkataan Gu Shijie dan mempercayainya begitu saja?
Dan semua yang dialaminya tadi malam bagi ayahnya hanya karena Gu Shijie yang mabuk dan salah mengira bahwa dia adalah orang lain… Haha!