Chereads / Cinta Seperti Janjimu / Chapter 18 - Anda Mau Membobol Rumah Orang?

Chapter 18 - Anda Mau Membobol Rumah Orang?

"Guk! Guk! Guk!"

Gerakan Qin Sijue yang sedang menaiki mobil terhenti, bahkan Luo Chen pun dapat merasakan kalau suara salakan itu tidak biasa.

Dia melihat ke arah suara, namun sosok Monchi tidak kelihatan. Suara itu datang dari dalam rumah.

Qin Sijue berhenti di samping mobil, sorot matanya yang tajam menatap lurus ke rumah keluarga Gu.

"Tuan Qin, di dalam sepertinya terjadi sesuatu." Luo Chen berkata.

"Kamu sudah mengerti bahasa anjing?"

Qin Sijue berpaling dan menatap Luo Chen dengan pandangan yang sangat menghina.

Luo Chen terdiam, dia tahu kalau pertanyaannya itu jelas disengaja.

"Hancurkan pintu ini."

"Anda mau membobol rumah orang?" Luo Chen terkejut.

Qin Sijue mengalihkan matanya yang dingin, "Kamu keberatan?"

Luo Chen, "… Tidak!"

Luo Chen membalikkan badan lalu mengeluarkan pistol peredam dan mengarahkannya ke kunci password. Kemudian terdengar suara tembakan kecil. Luo Chen menyimpan pistolnya lalu berjalan ke depan pintu. Begitu didorong, pintu pun terbuka.

"Silakan, Tuan Qin."

Di dalam ruang tamu, Gu Zhendong yang melihat putrinya tergeletak di lantai pun panik.

Dia mendongak dan melihat Chen Peifang yang masih berdiri tegak di samping, "Kenapa masih berdiri? Cepat panggil ambulans!"

Dia memang lebih mementingkan anak laki-laki daripada anak perempuan, tetapi bagaimana pun juga yang di depan matanya adalah darah dagingnya, tentu saja dia tidak bisa tidak memedulikannya.

"Qiangwei, bagaimana keadaanmu?"

Dahi Gu Qiangwei memang sudah terbalut perban. Setelah jatuh terguling, darah pun merembes di perban itu, memantulkan warna merah cerah.

"Sshh…"

Tepat pada saat itu, Gu Qiangwei tiba-tiba sadar. Rasa sakit di sekujur tubuhnya membuatnya mengerutkan keningnya.

"Qiangwei?"

Melihat putrinya sadar, Gu Zhendong akhirnya menghembuskan napas lega bagaikan terbebas dari beban berat.

"Kak, bagaimana keadaanmu?"

Saat itu, Gu Shijie juga sudah datang.

Mendengar suara panggilan 'kak' yang memuakkan itu, Gu Qiangwei membuka matanya dan melihat wajah ayahnya dan Gu Shijie.

"Pergi!"

Dia berjuang untuk bangun, tidak ingin membiarkan Gu Shijie menyentuh tubuhnya sedikit pun.

"Qiangwei, kamu terluka, papa akan membawamu ke rumah sakit."

Melihat perjuangannya untuk berdiri, Gu Zhendong agak khawatir.

"Tidak perlu."

Dia mendorong ayahnya yang hendak membantu, hatinya sudah membeku.

Dia terhuyung-huyung, berusaha keras untuk menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Lalu dia berjalan ke arah pintu sambil menarik kopernya. Gu Zhendong tidak tahu apa yang ingin dilakukan putrinya.

"Qiangwei, apa yang mau kamu lakukan?"

Gu Qiangwei mencengkeram erat pegangan koper, air mata mengaburkan pandangannya.

"Kalau saja sepuluh tahun yang lalu kamu menanyakan sendiri pertanyaan ini kepada mamaku, mungkinkah dia… masih ada di rumah ini?"

Perkataannya itu membuat Gu Zhendong terkejut, namun pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.

Namun bagi Gu Qiangwei, diamnya ayahnya itu dingin dan tidak berperasaan.

Sambil menyeret tubuhnya yang lelah, Gu Qiangwei berjalan selangkah demi selangkah ke pintu. Tetapi rasa sakit di tubuhnya sangat hebat, terutama pergelangan kakinya. Begitu sakitnya sampai membuatnya berkeringat dingin.

Pada akhirnya, dia tidak punya tenaga untuk menopang dirinya. Kakinya lemas, dan dia pun jatuh.

Tapi di saat dia mengira dirinya akan jatuh, tiba-tiba sebuah tangan kuat menangkap lengannya.

"Guk guk guk!"

Saat itu barulah Gu Qiangwei mendengar suara Monchi.

Monchi ada di rumah?

Dia mendongak dan bertatapan dengan sepasang bola mata hitam yang dalam. Mata itu sedalam malam dan tidak bisa ditebak.

Pandangan mata pria itu sedang menatap wajahnya yang berantakan, terutama luka di dahinya yang jelas terlihat semakin parah. Matanya yang kelam itu pun tenggelam dan memancarkan sinar dingin.

"Apa yang terjadi denganmu?"

Bagaimana dia bisa berada di sini?

Gu Qiangwei juga sangat bingung dengan kemunculannya.

Namun sebelum sempat menjawab pertanyaannya, detik berikutnya Gu Qiangwei yang tidak bertenaga itu pun kehilangan kesadarannya. Pandangannya gelap, dan dia pun roboh dalam pelukan Qin Sijue.