Chereads / Cinta Seperti Janjimu / Chapter 11 - Mimpi Buruk yang Terus Menghantui

Chapter 11 - Mimpi Buruk yang Terus Menghantui

"Apa yang terjadi? Mengapa tiba-tiba demam?"

Sambil menggantung cairan penurun panas untuk Gu Qiangwei, Qin Sijue berdiri di samping tempat tidur dengan ekspresi wajah dingin, jelas dia mempunyai keluhan terhadap Li Yuan!

"Suhu AC di dalam kamar terlalu rendah!"

Lelucon! Melihat sorot mata Jue, kalau dia sampai tahu bahwa penyebab demamnya adalah karena peradangan pada luka, maka rumah sakitnya akan dijadikan lapangan untuk pelatihan amunisinya!

"…" Mata gelap Qin Sijue setengah memicing menunjukkan keraguan, namun pada akhirnya dia tidak berbicara lagi.

"Sudah, panasnya sudah turun, mestinya sudah tidak apa-apa!"

"Malam ini kamu jangan pergi."

Li Yuan sedang mengemasi barangnya dan hendak pergi, tapi dia mendengar perkataan Qin Sijue yang tiba-tiba itu.

Dia menoleh, matanya menunjukkan keterkejutan, "Tidur di sini?"

"Iya."

Li Yuan menatapnya dengan curiga, mencoba mencari sedikit petunjuk dari wajahnya yang tenang itu, namun dia tidak menemukan apa-apa.

Apakah wanita ini dan dia benar-benar saling mengenal satu sama lainnya tidak sampai sehari?

"Kalau begitu aku tidur di mana?"

"Ruang tamu, sofa."

Li Yuan seketika tidak puas, "Hei, begitukah caramu memperlakukan penyelamat wanitamu…?"

Sebelum perkataannya selesai, Qin Sijue menatapnya. Li Yuan pun langsung meninggalkan kamar diam-diam sambil membawa kotak peralatan medisnya.

Malam pun semakin larut.

Qin Sijue memandang wanita yang tertidur lelap di tempat tidur. Beberapa detik kemudian, dia juga berbalik dan pergi.

Malam ini, Gu Qiangwei tidur dengan sangat nyenyak.

Ketika bangun keesokan harinya, demamnya juga sudah reda.

Hanya saja apa yang dilakukan Gu Shijie kepadanya terus menghantuinya bagaikan mimpi buruk.

"Jangan… lepaskan aku… lepaskan…"

"Minggir! Jangan sentuh aku… binatang… jangan sentuh aku!"

Waktu sarapan pukul delapan pagi, Qin Sijue baru saja berjalan di depan pintu kamar utama ketika dia mendengar suara teriakan dari dalam.

Dia berhenti melangkah lalu memutar tubuhnya menghadap ke pintu kamar utama.

Sedetik kemudian, dia membuka pintu dan masuk.

"Jangan sentuh aku, Gu Shijie… kau binatang!"

Melihat perempuan kecil yang bergerak kacau di tempat tidur, mata kelam Qin Sijue agak memicing lalu secepatnya berjalan mendatanginya!

"Ma!"

Gu Qiangwei yang terbangun langsung duduk di atas ranjang, matanya melebar, wajahnya lesu. Saat ini dia terlihat semakin pucat bagaikan tidak dialiri darah sedikit pun, keringat dingin mengalir di dahinya.

"Ada apa denganmu?"

Suara pria itu yang bagaikan gemericik air terdengar di kamar yang sunyi.

Gu Qiangwei langsung menoleh mengikuti suaranya. Dia menatap Qin Sijue dengan wajah yang sangat ketakutan seperti baru saja terbangun dari mimpi buruk.

Sampai ketika melihat dengan jelas pria di depannya itu, barulah ketakutan di hati Gu Qiangwei sedikit mereda. Dia menunduk lega dan menghela napas dalam-dalam.

Pria itu menatapnya dengan sorot mata yang fokus.

Setelah menenangkan hatinya yang kacau, Gu Qiangwei mendongak dan melirik ke luar jendela. Sinar matahari yang terik telah menembus masuk melalui jendela.

Sekarang jam berapa?

Saat sedang memikirkannya, tiba-tiba pintu kamar diketuk.

Tok tok.

"Tuan Qin."

Qin Sijue menoleh dan melihat Luo Chen yang sedang berdiri di depan pintu.

Pandangan mata mereka berdua bertemu, detik berikutnya, Qin Sijue berbalik dan berjalan keluar.

Di ruang tamu, sofa empuk bergaya Eropa yang mewah diletakkan di bawah lampu kristal yang tergantung, terlihat anggun dan mewah.

"Sudah menyelidikinya?"

"Ya." Luo Chen menunduk lalu melanjutkan perkataannya, "Ayah Nona Gu adalah pimpinan Grup Gu. Saat Nona Gu berusia dua puluh tahun, Gu Zhendong menikah dengan istri kedua, juga mempunyai seorang putra yaitu Gu Shijie."

Gu Shijie?

Mendengar nama yang familiar itu, mata kelam Qin Sijue yang sedang duduk di sofa tiba-tiba memicing.

Nama yang disebut oleh wanita tadi waktu sedang bermimpi sepertinya adalah Gu Shijie ini.

"Lalu?"

"Akhir-akhir ini Gu Zhendong melakukan perjalanan bisnis. Di rumah hanya ada ibu dan adik tiri Nona Gu. Lalu semalam…" Sampai di sana, Luo Chen ragu untuk melanjutkan perkataannya.