Selama diperjalanan Via dan Sandy tak banyak berbicara. Begitu juga dengan Yasha dan Virsya. Jujur saja, Via sebenarnya masih takut akan keputusannya untuk kembali masuk kedalam sebuah ilusi perasaan yang disebut cinta. Dia takut jika masa lalunya terulang lagi. Luka itu. Ya, Via hafal jelas bagaimana terlukisnya luka itu dengan sempurna. Tapi Via tidak boleh egois. Karena tidak semua laki-laki sama.
Mereka mulai berjalan memasuki gedung bioskop. Dan mulai membagi tugas. Yang laki-laki antre untuk membeli tiket, sedangkan perempuan membeli camilan.
"Tempat apaan tuh?" tanya Yasha menunjuk sebuah tempat di pojok ruangan yang gelap.
"Tempat remang-remang." Jawab Via. Dengan nekat diam-diam dia mengintip.
"Ada apaan di sana?" tanya Sandy mulai kepo.
Via terdiam menahan tawa. "Lo mau tau apa yang gue liat?" tanyanya yang langsung di sambut anggukan oleh ketiga temannya. "Ada cewek dipangku cowok."
"Wow. Its amazing." Kata Sandy dengan wajah mesumnya menghadap Yasha. Oh lihatlah kelakuan mereka.
"Njir! Muka lo, Tong!" kata Via menoyor wajah manis Sandy.
"Wkwk canda doang, elah," Balas Sandy.
Mereka pun mulai berjalan memasuki theatre dengan berpasangan. Via dengan Sandy. Yasha dengan Virsya. Via kesulitan berjalan, karena theatre sudah mulai gelap.
"Duh, gelap banget," bisik Via. Sebenarnya itu adalah kode. Tapi Sandy tidak peka. Disitulah Via merasa syedih.
Mereka menduduki kursi yang sudah disediakan. Sandy dipojok, sebelahnya sudah pasti Via, sebelah Via ada Virsya dan disebelah Virsya ada Yasha. Film mulai diputar. Belum ada 10 menit Sandy sudah merengek.
"Laper," bisiknya pada Via. Yang dibisiki hanya terkekeh.
Tiba-tiba sebuah tangan mencubit pipi chubby Via. Jantung Via mulai berdetak tidak normal. Lagi. Tangan itu terus mencubit pipi Via dengan gemas yang membuat Via kehabisan oksigen. Itu tangan Sandy.
"Sakit tau!" bisik Via pada Sandy.
"Lapeerrr," kata Sandy dengan manjanya. Ya ampun manis banget. Rasanya pingin gue bawa balik. Batin Via.
Akhirnya camilan pun Via ambil dari kantung plastik. Dan diberikannya pada Sandy. Mereka memakannya berdua. Setelah di rasa perutnya sudah kenyang, mereka kembali memfokuskan diri pada film yang sedang diputar.
Sandy sedari tadi asik memperhatikan wajah Via dalam gelap. Imut. Dia cantik dengan kesederhanaan dan kepolosan yang menjadi ciri khas seorang Alivia. Dia gemas melihat pipinya yang chubby dan bibirnya yang mungil mungkin karena terdorong oleh pipinya yang besar.
Duh, San, tangan lo, bikin jantung gue maraton! Batin Via.
Virsya pun menoleh pada Via, "Beda, lha, yang pacaran mah beda!" ledeknya.
"Makanya, punya doi dong!" balas Via. Sandy tak menghiraukannya dan masih memegang sesekali mencubit pipi Via.
Sandy, kok, diem mulu, ya? Jangan-jangan dia nahan boker? Batin Via.
Lo tau? Jantung gue nggak bisa berenti maraton di deket lo. Batin Sandy.
Via pun kepo dengan Virsya dan Yasha. Saat dia menoleh, dia menggulum senyum. Virsya sedang menyuapi Yasha dengan pandangan yang lurus ke depan.
"Eh, liat deh, San. Si Virsya sama Yasha sweet banget!" bisik Via pada Sandy.
Sandy pun menoleh. "Lo mau juga?"
"Mau," jawab Via manja dengan nada bicara yang sok imut. Yang serasi dengan wajah dan tubuhnya yang imut.
Sandy pun menyuapi satu buah keripik pada Via. Yang membuat jantung keduanya berdentum keras.
Tetapi terlihat, pada hati mereka belum ada cinta yang besar diantara keduanya. Mereka masih sama-sama ragu.
Tak terasa film yang di putar telah usai. Via dan Sandy tertawa. Bahkan mereka tak menyimak film itu sepenuhnya. Mereka malah asik dengan atmosfir mereka berdua. Mereka melaju menuju sebuah mall ternama untuk mencari tempat makan. Semuanya penuh. Mengantri. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari tempat makan diluar mall.
"Ih, udah di dalem aja! Enak, dingin!" kata Via dengan antusiasnya.
"Jangan, mending kita makan di tempat makan terbuka." Kata Sandy.
"Iya tuh bener." Timpal Virsya.
"Mending di dalem, makanannya lebih terjamin." Kata Yasha mendukung Via.
"'Kan penuh. Mending di rumah makan emperan. Enak, murah pula." Kata Sandy yang di sambut anggukan oleh Virsya.
"Ya udah, lha," kata Via pasrah.
Mereka berjalan menuju sebuah rumah makan yang tadi Sandy bicarakan. Dengan sesekali candaan yang membuat siang yang terik ini menjadi sejuk. Tak lama kemudian mereka pun sampai. Tanpa basa basi mereka pun memesan makanan yang sama dengan yang dipesan Sandy. Karena kata Sandy ayam penyet di sini yang paling top.
Saat makanan datang, Via mulai canggung sendiri. Karena ini pertama kalinya dia makan bersama Sandy. Gebetan barunya. Tapi Sandy seolah tak punya malu makan dengan rakusnya hingga tak menyisakan apapun. Bersih sekali.
Sifat lo yang slengean ini gue suka. Batin Via sambil sesekali melirik Sandy lalu melanjutkan kegiatan makan siangnya.
Saat makanan yang di santapnya sudah habis, Sandy mulai menyibukkan diri memperhatikan perempuan yang notabene gebetannya itu. Bahkan sedang makan pun Via terlihat imut. Tiba-tiba Via menoleh pada Sandy.
"Lo ngapain liatin gue?" tanya Via pada Sandy yang masih menatapnya.
"Nggak, pengen aja." Jawab Sandy dengan wajah tanpa dosanya itu.
"Ih! Jangan diliatin! Gue nervous tau!" kata Via lalu memalingkan wajah menutupi semburat merah yang kini menjalari pipinya.
Tidak sampai makan saja, mereka pun mampir di sebuah toko buku. Via membeli komik, sedangkan Virsya yang rajin membeli buku matematika. Dasar laki-laki jahil, lihatlah, mereka sedang sibuk melihat-lihat deretan komik yang bersampul cewek-cewek seksi. Dasar mesum! Via pun menarik tangan Sandy untuk menjauhi deretan komik-komik itu. Begitu juga yang dilakukan Virsya pada Yasha.
***
Via berjalan menyusuri koridor sekolah lalu memasuki kelasnya. Yang langsung disapa oleh teman-temannya. Saat mata Via bertemu dengan mata sayu milik Sandy, jantungnya kembali berdebar.
Jika kalian melihat Sandy, bayangkan saja seorang lelaki berwajah manis, slengean, hidungnya mancung dan matanya sayu. Kurang lebih seperti Aaron Ashab. Dia tampan. Dan Via baru menyadarinya setelah sekian lama matanya tertutup oleh bayang-bayang seorang pembohong.
"Woi bengong ae!" kata Vina yang sukses membuyarkan lamunan Via.
"Apa sih lo." Jawab Via sebal.
"Eh, gue mau curhat," kata Vina dengan sorot mata yang biasanya cerah, kini menjadi redup.
"Oke, gue siap mendengarkan." Jawab Via sambil membenarkan posisinya menghadap Vina.
"Masa si kapten akhir-akhir ini 'kan sering bikin gue baper, gue kira dia ada rasa sama gue kayak gue ke dia. Tapi ternyata dia lagi suka sama temen sekelasnya coba. PHP banget ih!" kata Vina sedih.
"Wkwk makanya lo jangan terlalu berharap sama sesuatu yang belum jelas kepastiannya Vin, gue nggak mau lo jadi korban PHP terus. Jangan terlalu termakan kata-kata manis dari laki-laki. Ya walaupun belum tentu semua laki-laki bullshit." Kata Via dengan serius. Dia kasihan melihat Vina yang selalu saja hanya dijadikan tempat singgah sementara oleh para lelaki.
"Tapi gue udah terlanjur sayang sama si kapten," lirihnya.
Gini nih kalo udah terlanjur sayang. Ribet! Batin Via.