Via pun menurut dan akhirnya mereka sampai di taman belakang sekolah.
"Lo itu, ya! Bisa-bisanya sih deketin Fikri!" kata cewek itu garang.
Via menatap matanya takut-takut dan bingung.
"Lo tahu nggak?! Lo itu satu-satunya cewek yang bisa ngobrol lama sama dia!" kata cewek itu lagi.
"M-maksudnya, Kak?" tanya Via bingung.
"Jadi lo nggak tahu, ya?! Dia cowok paling dingin di sekolah ini! Dan lo udah bikin kita semua iri!" katanya masih dengan ekspresi yang sama.
"Jadi Kakak bawa aku ke sini mau ngapain?" tanya Via polos.
"Jadi... Kasih tahu dong gimana caranya deketin Fikri," katanya dengan ekspresi yang 180° berbeda dari sebelumnya. Yang membuat Via melongo. Kini dia menatap Via dengan ekspresi sok imut dan puppy eyes.
Lha? Ini orang kenapa sih? Batin Via geli.
"Oh itu. Kakak belajar feminim aja, Kak. Kayaknya dia suka cewek feminim," kata Via melihat penampilan Kakak kelas dihadapannya itu yang semrawut.
"Oh gitu ya," kata cewek itu sambil melihat penampilannya sendiri.
"Aku permisi ya, Kak," kata Via sambil meninggalkan cewek itu dan temannya.
Saat Via memasuki koridor, dia merasa ada yang aneh. Semua mata kenapa tertuju padanya. Memang penampilannya aneh? Atau Via melakukan kesalahan? Sepertinya tidak. Saat Via sampai di kelas, Sophie langsung saja menyemprotnya dengan pertanyaan.
"Eh, katanya tadi lo di bawa ke taman belakang sekolah ya sama jagoannya sekolah ini?" kata Sophie yang membuat Via bingung.
Yang modelan tadi di bilang jagoan? Nggak salah? Haha. Batin Via geli.
"Lo tahu dari mana?" tanya Via.
"Gimana gue nggak tahu, semua orang tuh langsung rame! Katanya ada adik kelas yang di bawa sama jagoan sekolah," kata Sophie heboh.
Via pun tertawa mengingat bagaimana ekspresi cewek yang katanya jagoannya sekolah.
"Udah ah, lo kepo banget sih," jawab Via.
***
Via berjalan pulang sambil memainkan ponselnya. Dan baru saja Via ingin mengirim pesan pada Mamanya, dia mendapatkan pesan terlebih dahulu dari Mamanya.
Mama: Kak, maaf Mama nggak bisa jemput. Seperti biasa, Adik kamu yang ganteng ini dapet masalah di sekolahnya. Hati-hati di jalan ya, Kak.
Saat Via sedang menunggu bus datang di sebuah halte dekat sekolah, tiba-tiba ada suara rem yang terdengar sangat kencang... Ngiiiikkkkkkk!!!!! Via menoleh dan... Brak! Sebuah truk sukses menabrak sepeda motor yang di tumpangi seorang murid yang memakai seragam sekolah yang sama dengannya.
"Ya ampun!" kata Via sambil berlari menuju tkp.
Suasana sangat riuh. Sang korban tak sadarkan diri. Via tak bisa jelas melihatnya karena wajahnya tertutup oleh cairan merah yang kental. Ya, itu darah. Supir truk itu pun keluar dari mobil dengan keadaan buruk. Dia mabuk. Langsung saja teman Mama Via yang kebetulan menjabat sebagai guru di sekolahnya yang tak sengaja lewat pun memarahi sang supir dan meminta pertanggung jawaban.
"Nak Alivia ikut ibu mengantar korban ke rumah sakit terdekat ya," kata Ibu Sri.
"Iya, Bu," jawab Via.
Langsung saja Bu Sri menancap gasnya menuju rumah sakit terdekat. Rok abu-abu selutut Via menjadi sedikit kemerahan karena kepala sang korban dia baringkan di atas pahanya. Sepertinya lukanya cukup parah, karena sedari tadi darah yang berasal dari jidatnya terus saja mengalir.
"Bu, bisa lebih cepet sedikit nggak? Darahnya keluar terus nih, Bu," kata Via panik.
Tanpa basa basi Bu Sri pun langsung menambah kecepatan. Supir truk sialan yang duduk di kursi depan yang sepertinya masih mabuk itu hanya memasang wajah tanpa dosanya yang membuat Via ingin mencekiknya jika dia berani.
Mereka pun sampai. Dan saat pintu mobil di buka, para suster pun langsung menggotong korban ke atas ranjang darurat. Dan langsung membawanya ke ruang UGD. Dan yang membuat Via terkejut, si supir tadi mencoba untuk kabur! Yang dengan sigap seseorang pun langsung menahannya.
"Mau kemana lo?!" bentak Aldo.
Lho, kok, ada Kak Aldo sih di sini? Batin Via.
***
Ibu Sri masih menunggu sang dokter membukakan pintu ruang UGD dan memberitahukan bagaimana kondisi korban. Via pun duduk di sampingnya. Dan si supir yang sudah sadar sepenuhnya itu pun masih di pegangi oleh warga yang tadi ikut membantu membawakan truk milik supir itu.
Tiba-tiba seseorang duduk disamping Via.
"Kok, Kak Aldo ada di sini sih?" tanya Via bingung.
Tuh cewek kedinginan nggak sih? Apa gue tanya langsung aja kali, ya? Batin Aldo.
"Yang tadi di tabrak itu si Tri, sobat gue." jawab Aldo.
"Oh gitu."
"Lo nggak kedinginan? Rok lo 'kan basah sama darah?" kata Aldo. Dengan ekspresi khawatir.
Apa-apaan tuh ekspresi? Bikin gue pengen ngakak wkwk. Lagian rok gue ga basah ko, cuma ada noda darah yang nggak begiru gede juga. Batin Via.
"Nggak tuh," jawab Via jutek.
"Mau gue anterin balik nggak?" kata Aldo yang membuat Via kaget.
"Nggak usah, makasih," jawab Via.
"Udah nak Alivia, mendingan pulangnya dianterin aja sama nak Aldo. Nggak repot 'kan, Do?" tanya Bu Sri ramah.
"Jelas nggak repot dong, Bu," jawab Aldo.
"Ya sudah, gih, pulang. Nanti Mamamu khawatir, lho," lanjut Bu Sri.
Mau tak mau Via pun menurut.
"Ya udah kalo gitu. Saya pulang duluan ya, Bu," kata Via sambil mencium punggung tangan Bu Sri.
"Iya, Bu. Saya juga mau nganterin Alivia pulang dulu ya, Bu," kata Aldo lalu mencium punggung tangan Bu Sri juga.
"Iya, Nak. Hati-hati ya," kata Bu Sri ramah.
"Baik, Bu," jawab Via dan Aldo serempak.
Dalam perjalanan tidak ada percakapan apapun. Aldo membawa motornya dengan hati-hati. Tapi tiba-tiba badan Via terdorong ke depan sampai dadanya dan punggung Aldo bersentuhan.
"Aw! Pelan-pelan kenapa, Kak!" bentak Via kesal dan malu.
Njir! Ni orang modus banget! Batin Via.
"Wuih, gue menang banyak cuy wkwk," kata Aldo sambil tertawa.
"Iihhhhh!!! Nyebelin banget sih jadi orang!" kata Via sambil memukuli helm fullface milik Aldo itu.
"Woi, woi, udah dong!" kata Aldo meringis.
"Lagian siapa suruh nge-rem mendadak!" kata Via kesal.
"Lagi marah kok makin imut ya?" kata Aldo yang membuat Via terkejut.
Pipi Via memanas. "Cepet ih jalanin motornya!" katanya salah tingkah.
"Wkwkwk sabar dong. Liat nggak tuh lampu masih merah?" kata Aldo sambil menunjuk lampu lalu lintas yang masih menyala merah.
Via merasakan pipinya makin memanas.
Sesampainya mereka di depan rumah, Mama Via yang baru saja turun dari mobil langsung berlari mengahampiri mereka dengan wajah panik.
"Kakak? Kamu kenapa? Kok roknya banyak darah gini?" tanya Mama Via pada anaknya, panik.
"Tadi aku abis bantuin yang kecelakaan, Ma," jawab Via.
"Tapi kamu nggak kenapa kenapa 'kan?" tanya Mamanya lagi.
"Nggak pa-pa kok, Ma," jawab Via berusaha menenangkan.
"Syukur alhamdulillah kalo gitu. Lha? Ini siapa, Kak?" tanya Mama Via seolah baru menyadari adanya Aldo.
"Saya Aldo, Tante," kata Aldo ramah lalu mencium punggung tangan Mama Via.
"Oh, Aldo. Mari masuk, nak," kata Mama Via dengan lembut.
Via melihat mulut Aldo terbuka yang sepertinya ingin menjawab, Via pun langsung mendahuluinya.
"Oh, nggak bisa, Ma. Kak Aldo buru-buru katanya," kata Via lalu menjulurkan lidahnya sambil menatap Aldo yang memasang tatapan sebal.
"Iya bener, Tante. Saya harus ke rumah sakit lagi," jawab Aldo pasrah dengan tatapan kesal pada Via.
"Ya sudah kalau begitu. Kapan kapan mampir ya ke rumah Tante," kata Mama Via dengan ramahnya.
"InsyaAllah, Tante. Saya pamit dulu ya," kata Aldo lalu mencium punggung tangan Mama Via.
"Hati-hati ya, nak Aldo," kata Mama Via lembut.
Aldo pun langsung menancap gasnya.
"Apaan sih Mama nyuruh dia main ke rumah," Kata Via bete.
"Ya nggak pa-pa dong, emangnya salah?" tanya Mama Via.
"Au ah," jawab Via sambil berjalan meninggalkan Mamanya yang masih berdiri di tempat.
"Kalo cuma temen kenapa sewot?" gumam Mama Via sambil berjalan memasuki rumah mengikuti anaknya.