Chereads / Between Love and Time / Chapter 14 - 13

Chapter 14 - 13

"Eh, gawat! Dia bangun tuh!" kata Via terkejut melihat sang korban bangun karena kegaduhan yang mereka buat.

"Kabur! Kabur!" kata Sophie. Mereka pun berjalan kembali ke tempat duduk masing-masing dengan wajah yang seolah tanpa dosa. Teman satu kelas pun menahan tawa mereka melihat kelakuan Via dkk. Sang korban yang baru siuman pun tampaknya kebingungan. Lalu melanjutkan bobo ciang nya yang sempat terganggu.

"Vi, kelompok seni lo sama siapa aja? Kekurangan personil nggak?" tanya Yasha teman lelaki di kelasnya yang wajahnya cukup memenuhi standar rata-rata.

"Kurang nih!" jawab Via.

"Kurang berapa?" tanya Yasha lagi.

"Kurang dua."

"Ya udah, gue sama Sandy ikut kelompok lo, ya?" kata Yasha sedikit memohon.

"Nggak usah sok melas gitu deh muka lo. Iya, lo sama Sandy ikut kelompok gue. Asalkan jangan susah diatur. Awas, lho!" kata Via sambil menunjuk Yasha tepat di depan perbatasan matanya yang membuat kedua bola mata Yasha sempat berada di tengah karena melihat jari Via. Jereng.

***

Hari-hari telah berlalu begitu cepat. Kini tiba saatnya bagi umat muslim untuk menjalankan ibadahnya. Yaitu puasa ramadhan. Walaupun puasa, sesekali Dio mampir ke rumah Via meski hanya sebentar.

Pagi ini Via berangkat sekolah dengan motor matic yang telah lama tak dia pakai.

Perasaan gue, kok, nggak enak, ya? Batin Via.

"Ma, aku berangkat," kata Via lalu melesat pergi.

"Hati-hati, Kak!" teriak Mama Via masih dengan celemeknya.

Via menikmati perjalanannya. Tak terasa, sekolah pun sudah terlihat. Via memasuki parkiran sekolah lalu memarkirkan motornya di antara motor-motor yang lain.

Via pun berjalan di koridor sekolah. Tapi kenapa koridor depan kelasnya sangat sepi? Matanya kini beralih ke jam tangan yang selalu bertengger di tangan kirinya. Pukul 06:50. Ya ampun! Ini sudah siang. Via pun mempercepat jalannya. Saat dia berada di ambang pintu kelas, Via terkekeh. Semua teman-temannya sedang sibuk ke sana ke mari membawa buku dan alat tulis mereka. Mereka sedang mencari contekan. Via berjalan menuju kursinya dengan santai.

"Heh, Vi! Nyantai banget lo! Tugas matematika udah belom?" kata Sophie yang hanya melirik Via sekilas lalu melanjutkan menyalin jawaban dari buku entah milik siapa.

"Udah," jawab Via singkat. Yang langsung membuat Sophie mengalihkan pandangannya dari buku lalu mamandang Via. Dia pun tertawa.

"Mana mungkin seorang Alivia ngerjain tugas di rumah," kata Sophie masih dengan tawanya.

"Eh, kampret! Liat aja kalo nggak percaya," jawab Via.

"Mana coba liat kerjaan lo?" kata Sophie masih belum percaya.

"Nih!" Via meletakkan buku tugasnya dengan kasar di depan Sophie yang langsung dibukanya.

"Wuih! Gile! Gue liat, ya!" kata Sophie yang tak tahu malu dan mulai menyalinnya.

Guru matematika tampan yang bernama Rudi pun memasuki kelas.

Ya ampun. Lagi puasa gini seger, ya, liat yang ganteng. Batin Via.

Pak Rudi pun mulai menerangkan materi baru dan tugas yang kemarin di kumpulkan. Saat Via sedang memperhatikan penjelasan guru, Sophie menyenggol lenganya.

"What?" kata Via tanpa mengalihkan pandangan.

"Ada yang ngeliatin lo dari tadi," bisik Sophie.

"..." Via masih sibuk memperhatikan penjelasan sang guru dan tak menghiraukan omongan Sophie.

"Yeh, conge, ya, lo?" kata Sophie geram.

"Kamu!" kata Pak Rudi sambil menunjuk seseorang.

Mampus lo, Phie, wkwk. Batin Via tertawa jahat.

"S-saya, Pak?" kata Sophie takut-takut sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya! Kalo mau ngobrol di luar aja!" kata Pak Rudi lalu melanjutkan penjelasannya.

Tak lama kemudian bel pun berbunyi. Tanda pelajaran matematika telah berakhir. Via dan teman-teman dengan kompak berkata "yahhh," dengan nada kecewa namun tangan mereka di bawah meja mengepal dan memaju mundurkannya dengan tatapan serta ekspresi wajah yang menunjukkan "yessss,". Setelah guru matematika keluar kelas, kelas pun langsung riuh. Vina dan Geta menghampiri meja Via lalu meledek Sophie.

"Parah lo! Udah tau Bapak ganteng lagi ngejelasin malah ngobrol!" ledek Vina yang di sambut tawa mereka.

"Gue 'kan cuma mau ngasih tahu Via," kata Sophie sebal.

"Ngasih tahu apaan sih?" tanya Geta.

"Dari tadi tuh ada cowok yang ngeliatin ke arah Via terus," kata Sophie yang langsung membuat Via menoleh.

"Siapa?" kata Via, Virsya, Mila, Geta dan Vina bersamaan.

"Sandy," jawab Sophie.

"Hahahaha masa' sih?" tanya Mila.

"Iya serius. Awalnya gue kepedean, gue kira dia liatin gue karena gue mirip Selena Gomez 'kan. Eh tahu nya dia liatin anak kecil samping gue," jelas Sophie yang di sambut toyoran dari Vina di kepalanya.

"Najis! Mirip Selena aja kagak! Mirip Chucky iya!" kata Vina lalu tawa mereka pun meledak.

"Jahat anjir!" kata Sophie mengerucutkan bibirnya.

"Eh, besok 'kan libur, mau pada buka puasa bareng nggak?" tanya Rasty.

"Makan mulu lo pikirannya!" kata Via.

"Ya elah, usul doang keleus," kata Rasty.

"Tapi, boleh juga tuh!"

"Ya udah ayuk,"

"Iya, kapan?"

"Taun depan!"

"Oke sip. Berarti kita buka puasa barengnya taun depan, ya," kata Via polos yang di sambut toyoran teman yang lain.

"Sakit, kampret!" jawab Via sambil mengelus-elus kepalanya.

"Lagian bikin gereget!" kata Diany.

***

Di lain tempat seorang lelaki bertubuh tegap sedang mengobrol dengan teman disampingnya.

"Gue sebenernya nggak ada rasa sama sekali sama tuh cewek," kata lelaki itu.

"Ya terus kenapa waktu itu lo tembak, bego?!" tanya teman dihadapannya geram.

"Gue cuma mau bikin mantan gue cemburu," jawab lelaki itu tanpa dosa.

"Lo nggak boleh gitu, lo mau kenalan sama karma?" jawab temannya sedikit menasehati.

"Nggak bakal! Karma gak bakal berani nyamperin gue!" jawab lelaki itu sarkas.

"Serah lo! Yang penting gue udah ngingetin!" kata teman lelaki pasrah akan sifat temannya yang keras kepala itu.

***

Jam pelajaran pun telah usai. Di Sabtu yang panas ini mereka pulang membawa tugas yang menumpuk untuk liburan. Yah, beginilah tidak enaknya liburan. Banyak tugas. Via pun berjalan menuju parkiran dan segera menaiki sepeda motornya.

Kenapa sih dari tadi pagi setiap pantat gue nempel sama jok motor pasti perasaan gue nggak enak?! Batin Via.

Via mulai menancapkan gas. Syukurlah tidak terjadi apa-apa. Saat di tengah perjalanan Via merasakan bagian belakang motornya goyang dumang. Eh maksudnya bergoyang tak seperti biasanya. Dan tiba-tiba dari belakang motornya mengeluarkan suara ledakan kecil yang membuatnya hampir terjatuh. Via pun bergerak keluar jalan raya lalu berhenti. Via memasang standar motornya dan mengecek bagian belakang motornya.

Sial! Kenapa harus meledak sih bannya?! Batin Via kesal.

Via pun mulai gelisah. Dia telepon Mamanya, tidak diangkat. Dia telepon Papanya, tidak mungkin. Gito? Masih sekolah. Dio? Masih sekolah juga. Kak Aldo? Dari pagi pun Via belum melihatnya. Kak Fikri? Sama seperti Kak Aldo. Argh! Tiba-tiba seseorang di balik helm menghampirinya. Dan mematikan mesin motornya.

"Ngapain lo diem di pinggir jalan? Nungguin om-om?" ledek lelaki itu. Lalu dia membuka helmnya.

"Sandy? Lo ngapain di sini?" kata Via bingung.

"Di tanya malah balik nanya," kata Sandy berdecak.

"Ini nih, motor gue bannya meledak. Gimana dong?"

"Bawa ke bengkel, lha, oon."

"Gimana caranya?" tanya Via.

Tanpa basa basi Sandy memarkirkan motornya, lalu mengambil alih motor Via untuk mendorongnya.

"Eh, motor lo gimana?" tanya Via bingung melihat motor Sandy yang dia tinggalkan bersama Via.

"Lo yang bawa!" kata Sandy lalu melemparkan kunci motornya yang langsung Via tangkap.

"Masa lo cape, gue malah enak-enakan naik motor?" kata Via.

"Bawel banget! Bawa aja!"

Via pun mengikutinya di belakang. Ya ampun! Apa sih yang ada di otaknya itu? Mau-maunya dorongin motor gue. Batin Via.

Mereka pun sampai di sebuah bengkel. Sandy terlihat berkeringat. Via pun merogoh tasnya dan mengambil sekotak tissue.

"Nih, keringet lo banyak tuh!" kata Via sambil memberikannya.

Satu lembar. Dua lembar. Tiga lembar. Empat lembar.

"Abisin aja sekalian!" kata Via mengerucutkan bibirnya sebal.

"Nggak ikhlas?" tanya Sandy. "Nih, gue kembaliin," katanya lagi sambil memberikan tissue yang telah basah oleh keringatnya.

"Iyuh! Jijik!" kata Via sambil mendorong tangan Sandy.

Sandy pun tertawa.

"Gue balik, ya?" kata Sandy.

"Oh, ya, udah sana. Lagian siapa juga yang minta ditemenin," kata Via.

"Bukannya makasih udah gue dorongin," kata Sandy sebal.

"Wkwk, iya, iya, makasih."

Sandy pun pergi meninggalkan Via. Tak lama setelah itu, motor Via pun telah selesai ganti ban. Setelah membayarnya, Via pulang menuju rumahnya.

***

Liburan telah di mulai. Ah. Monoton sekali. Selain mengerjakan tugas, paling Via hanya membaca komik, mendengarkan lagu atau menonton televisi. Bosan. Saat Via sedang menonton televisi, ponselnya berdering.

Sophie calling.

"Vi?" kata Sophie dari seberang telepon.

"Apa, Phie?" tanya Via bingung.

"Lo udah tahu belom?" kata Sophie dengan nada yang berbeda.

"Ada apa sih, Phie?"

"Berarti bener, lo pasti belum tahu," jawab Sophie dengan nada sedikit... gelisah?

"Ada apa sih, Phie? Jangan bikin gue penasaran deh!"

"Kak Aldo sama keluarganya kecelakaan maut, Vi."

"..."

🧁🧁🧁🧁🧁🧁🧁🧁🧁🧁🧁🧁🧁🧁🧁🧁

ps: gais jgn lupa masukin cerita ini ke koleksi kalian 🥰 see you on next chapter gais!