"Nggak bosen apa lo ribut terus?" tanya Via geregetan sendiri. Ya, pasangan ini sering sekali ribut. Bahkan Via sampai bosan meladeni curhatannya. Dan masalahnya itu hanya karena hal sepele. Ah! Via geregetan jadinya. Bahkan mereka pernah ribut cuma karena salah satu dari mereka ditinggal tidur. Padahal nggak di tinggal tidur sama cewek lain ini 'kan?
Sophie pun mulai menceritakan masalah mereka yang panjang kali lebar kali tinggi. Yang intinya hanya satu. Entah benar atau tidak. Yang katanya, Gugun akhir-akhir ini sering berdua-duaan dengan salah satu teman perempuan cantik yang ada di kelasnya.
"Gue cemburu fisik, Vi," kata Sophie lagi.
"Lo tahu dari siapa berita ini? Jangan sampe, lo udah nangis-nangis gini tau nya berita ini cuma bohongan," jawab Via memutar bola matanya malas.
"Kata temen sekelasnya. Katanya doi gue suka nyubit-nyubit pipi cewek itu. Gue aja nggak pernah digituin, Vi," kata Sophie di antara isakannya.
"Hmm, lo udah coba minta penjelasan langsung dari Gugun?"
"Udah. Tapi dia bilang itu semua nggak bener."
"Terus lo percaya sama siapa? Temen sekelasnya Gugun, apa Gugunnya yang udah jadi pacar lo selama 9 bulan ini?"
"Nggak tahu," kata Sophie sambil memilin-milin ujung bajunya.
"Ya udah, kita liat aja ke depannya. Apa bener doi kayak gitu, apa nggak. Lo punya temen 'kan di sana? Lo bisa mata-matain lewat temen lo itu. Gue tau, kok, kalo dia orang yang bisa di percaya."
"Oke, Vi. Makasih banget, ya, udah mau dengerin curhatan ga penting gue," kata Sophie lalu memeluk Via erat. Dan menggerak-gerakkan kepalanya di bahu Via.
"Woi kampret! Nggak usah ngelap ingus di baju gue juga kali!" kata Via meringis sambil mendorong kuat-kuat tubuh Sophie. Yang didorong malah nyengir kuda.
"Eh, iya, lo sholat idul fitri dimana?" tanya Sophie.
"Kayaknya disini. Lo dimana?"
"Gue di kampung. Biasa, lha, nyokap gue kangen kampung katanya."
"Nggak ke Amrik?"
"Nggak, justru keluarga dari Amrik mau ke kampung nyokap. Sekalian ziarah katanya. Mereka udah ada di rumah gue."
"Oh gitu."
"Wah, jangan sedih gitu dong. Selena pasti bakal balik lagi, kok," kata Sophie sambil mengerlingkan sebelah matanya.
"Ih, buset dah! Enek gue!" kata Via seolah-olah ingin muntah.
"Jahat anjir," kata Sophie pura-pura sedih. "Kita putus!" lanjutnya dengan ekspresi meniru iklan.
"Kenapa?" jawab Via juga meniru iklan yang sama.
Author bergidik melihatnya.
"Kamu sukanya makan beng-beng langsung, Papaku sukanya makan beng-beng dingin. Maafin aku!" kata Sophie lalu dengan alaynya berlari-lari manja. Dan akhirnya tubuhnya menabrak tubuh Gito yang sedang berdiri menahan tawa melihat betapa alaynya Sophie sedari tadi.
"Kak Sophie cocok deh jadi artis," ledek Gito masih dengan tawanya.
"Lo jangan gitu dong! Jadi malu," kata Sophie seolah punya malu.
"Baru tau gue, kalo lo punya malu," kata Via sambil terkekeh.
"Oh iya! Gue lupa, 'kan gue nggak punya malu, ya? Ya udah deh diralat malu nya," kata Sophie dengan polosnya yang membuat Via dan Gito terbahak.
"Oh iya, lo ngapain ke kamar gue, Dek?" tanya Via setelah mereka lelah tertawa.
"Itu ada kakaknya Kak Sophie," jawab Gito.
"Yang mana?" tanya Sophie.
"Yang bule itu, lho," kata Gito.
Mereka bertiga pun langsung turun ke bawah. Dan di ruang tamu sudah ada Via's bonyok dan kakaknya Sophie. Setelah pamit, Sophie dan kakaknya pun pulang.
Untuk yang bertanya-tanya jati diri Sophie, gue jelasin sedikit. Almarhum Ayah Sophie asli orang Amrik. Sedangkan Ibunya, asli orang indonesia. Makanya Shopie itu blasteran. Wajahnya bulepotan. Perpaduan antara wajah sunda dan wajah bule. Cantik dengan tubuhnya yang kurus seperti tak pernah makan.
***
Hari ini Via sekolah diantar Papa nya sampai depan gerbang sekolah. Setelah menyalimi tangannya, Via pun berjalan menuju kelasnya melewati koridor. Ah, Via jadi ingat saat MOS. Bagaimana Aldo dkk yang selalu menjahilinya dan Fikri yang baiknya nggak ketulungan. Bolehkah Via rindu pada masa-masa mereka berdua masih hidup bersamanya di dunia yang fana itu? Tiba-tiba satu suara memecah lamunan Via.
"Hei! Pagi-pagi bengong, awas kesambet," ledek suara itu.
"Tau nih, cantik-cantik bengong mulu," timpal orang di sampingnya.
Kak Aldo? Kak Fikri? Batin Via.
Via menggeleng-gelengkan kepalanya. Sama saja, tetap mereka yang ada di sampingnya. Via pun menampar pipinya sendiri.
Plak!
"Aw!" kata Via setengah berteriak. Sakit. Sambil mengelus pelan pipinya yang tadi dia tampar. Via pun menolehkan lagi kepalanya menatap kedua orang yang berada di sampingnya.
"Lho? Kok jadi kalian sih?" tanya Via bingung setengah mati.
Mereka berdua terdiam saling tatap secara bergantian.
"Apaan sih, Vi. Dari tadi juga emang kita yang di sini," kata Sandy masih dengan kekehannya.
"Lo kenapa sih? Emang tadi lo liat siapa disamping lo?" tanya Dava dengan nada meledek.
"Oh! I know! Lo liat Justin Bieber 'kan?" kata Sandy dengan percaya diri nya. Via pun tertawa dan melanjutkan jalannya yang sempat terhenti.
"Justin Bieber pala lo peyang!" kata Via sambil menggelengkan kepala.
Mungkin gue kangen sama kalian, Kak. Batin Via.
Mereka pun sampai di kelas. Teman-temannya hampir semuanya sudah menempati tempat duduknya masing-masing. Dan ada tiga makhluk pencinta korea yang sedang menatap layar laptop dan berteriak dengan histerisnya melihat sang idol. Via hanya terkekeh melihatnya, lalu duduk di kursinya.
Libur panjang telah di depan mata. Tiga minggu pula. Entah Via harus sedih atau senang. Ya, senang karena dia bisa bebas bangun jam berapa pun yang dia mau. Dan sedihnya uang jajan tidak mengalir. Kasihan sekali dompetnya, sepertinya dia akan menjadi kurus.
Sabtu adalah hari dimana jadwal pulang lebih cepat. Via berjalan menuju halte. Yang sudah pasti Papa nya tidak akan menjemput karena dia harus pergi ke kantor.
Sesampainya di rumah, Via pun melempar tasnya dengan asal. Mengganti baju lalu merebahkan badan di atas ranjangnya yang nyaman. Tak butuh waktu yang lama Via sudah memasuki dunia mimpi.
***
Matanya mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya. Tangannya dengan malas mengucek kedua matanya. Setelah cahaya sesuai, Via pun duduk bersandar menunggu nyawanya terkumpul. Via pun mendengar sebuah dehaman. Lalu mencari sumber suara. Dan Via terkejut.
"Kamu ngapain di kamar aku?!" kata Via menyelidik. Yang di tanya malah tertawa sambil terus memperhatikannya.
"Ih! Jangan ngeliatin aku terus!" kata Via salah tingkah.
"Kamu cantik banget walaupun bangun tidur," kata orang itu dengan tatapan yang mempesona.
Via merasakan pipinya memanas.
"Mau ngapain sih ke rumah?" tanya Via berusaha menyembunyikan semburat merah muda di pipinya.
"Mau ngajak kamu ke rumah Mira," kata Dio.
"Mau ngapain?" tanya Via lagi.
"Mau bukber katanya."
"Oh," kata Via ber-oh ria.
"Mandi sana, tuh iler dimana-mana!" kata Dio yang langsung membuat Via panik memegangi kedua sudut bibirnya.
Dio pun tertawa.
"Aku nggak ngiler tahu!" kata Via mengerucutkan bibirnya sebal.
"Iya sayang, kamu nggak ngiler, kok. Ya udah mandi sana, aku tunggu di bawah, ya," kata Dio sambil mengacak-acak rambut Via lalu berjalan keluar kamar Via.