Karena akhir-akhir ini Via disibukkan oleh kegiatan MOS, dia sampai lupa untuk mengabari Dio. Bahkan mengecek ponsel pun Via tak ingat.
Semoga Dio ngerti. Batin Via.
Karena di ganggu oleh Aldo dkk tadi, Via yang malang jadi harus mengulangi menghitung daun dari awal. Karena Via lupa ada berapa daun yang tadi telah dia masukkan ke dalam karung.
Setelah sekian lama Via menghitung dan memasukkan daun, kini daun yang dia kumpulkan hanya kurang 10 lembar daun. Via melihat dari kejauhan, kakak ketua osis sedang berjalan menghampirinya.
Gimana nih?! Perjanjiannya 'kan tadi kakak itu sampe, hukuman gue harus udah selesai? Mampus nih gue! Mana daun jatohnya udah abis! Batin Via panik.
"Udah selesai belum?" tanya Kakak Ketua Osis dengan ramah.
"B-belum, Kak," jawab Via, takut.
"Tinggal berapa daun lagi?"
"10, Kak."
Kakak ketua osis pun mengambil karung yang Via pegang.
"Udah, nggak apa-apa. Yang penting kamu udah berusaha, lagian daun jatohnya udah abis 'kan?" katanya lagi dengan mata yang menyapu sekeliling.
"Tapi 'kan, Kak--"
"Nggak apa-apa. Toh sama saya juga nggak akan di hitung satu persatu. Ya sudah, sana kembali ke gugus," kata Kakak Ketua Osis dengan senyumnya yang lagi-lagi melihatkan lesung pipit nya yang dalam.
"Terima kasih banyak, Kak."
Duh, kakak ini. Udah ganteng, baik pula. Batin Via dengan jiwa centilnya yang kambuh.
Via pun segera berlari menuju gugus yang sepertinya sudah melaksanakan kegiatan nya sedari tadi. Via mengetuk pintu dengan hati-hati.
Tok tok tok.
"Dari mana aja lo?! Jam segini baru nongol?!" bentak Riska.
"Abis nyelesain hukuman dari ketua osis, Kak," jawab Via.
"Sini, lo! Berdiri di depan papan tulis! Kakinya angkat sebelah! Tangannya jewer kuping sendiri!" bentak Riska lagi.
Tanpa basa-basi Via pun langsung melaksanakan perintahnya. Dan saat Riska di ikuti seluruh siswa gugus 6 sedang berlatih yel-yel, Via baru menyadari ternyata ada Aldo juga di sana.
Duduk di tempat Via, dengan senyumnya yang menyebalkan, Aldo melihat ke arahnya. Tak lama kemudian, ada seorang kakak osis yang mengetuk pintu, membawa seorang peserta MOS laki-laki dari gugus lain. Dan entah apa yang dia bicarakan dengan Riska, siswa laki-laki itu pun dituntun nya ke samping Via dan menyuruh seluruh siswa gugus 6 diam.
"Kalian mau mereka berdua ngapain nih?" tanya Riska pada seluruh siswa gugus 6.
Langsung di jawab dengan antusias. Mereka memberikan ide buruk pada Riska. Ada yang bilang "joget, Kak!" "gombalin, Kak!" "nyanyi, Kak!" dan masih banyak lagi ide buruk yang mereka sampaikan. Riska pun mengambil usulan mereka yang paling menjijikkan.
"Hmmm. Kakak pilih gombal aja, ya, biar baper wkwk. Setuju nggak?" kata Riska antusias.
"Setujuuuuu!!" jawab siswa satu gugus tak kalah antusias.
Sial banget sih gue! Rutuk Via dalam hati.
"Ayo! Tunggu apa lagi?" bentak Riska.
"Ibu kamu tukang brownies, ya?" kata laki-laki dihadapan Via.
"Kok, tau?" jawab Via malu.
"Soalnya senyum kamu tuh manis banget," kata laki-laki itu dengan muka yang sedikit memerah karena malu.
"Cieeeee."
Pipi Via memanas. Bukan karena baper, bukan.
MALU BANGET GILA! Batin Via menahan teriakannya habis-habisan.
***
Masa-masa di sekolah yang menjengkelkan pun telah usai. Kini Via sedang duduk di bus dengan wajah menatap keluar jendela. Rasanya muak oleh semua kelakuan kakak-kakak osis di sekolah. Tak lama Via pun sampai di halte dekat rumah. Dengan kesal Via berjalan sambil menendang apa saja yang ada didekat kakinya. Dan tak sengaja, batu yang dia tendang mengenai seekor anjing yang sedang tertidur. Yang sudah pasti membangunkannya. Lalu... Guk! Guk! Yang sontak membuat Via langsung berlari sekuat tenaga.
Anjing itu pun berlari mengejarnya. Via yang lari dengan kalang kabut pun mulai kehabisan tenaga. Yang membuat anjing itu berhasil menyusulnya! Tanpa berpikir dahulu, Via mulai memanjat pohon yang berada tepat di depannya. Anjing itu terus melompat berusaha menggapai Via yang semakin membuatnya panik!
"Siapa pun yang denger, tolooonggg!!!" teriak Via dari atas pohon.
Tiba-tiba ada satu suara yang sepertinya berusaha mengalihkan perhatian anjing yang sedari tadi terus saja menggonggong ke arah Via.
Dasar cewek ceroboh! Batin seseorang sambil terkekeh.
"Woi, anjing liar! Tangkep nih!" teriak nya sambil melemparkan sebatang ranting yang langsung di kejar oleh anjing itu.
Via pun langsung lompat menuruni pohon. Dan mencari sumber suara yang tadi menolongnya. Dan... Nihil. Tak ada siapa pun di sini selain dirinya. Tanpa pikir panjang Via pun langsung berlari meninggalkan tempat itu.
"Siapa pun yang nolong gue, makasih banyak!" teriak Via sambil berlari.
Hari ini bener-bener deh, ya! Lengkap banget penderitaan gue! Rutuk Via dalam hati.
Sesampainya di rumah masih dengan muka yang ditekuk, Via melihat sebuah motor yang berada di teras rumahnya.
Motor siapa nih? Batin Via.
Mama Via dan Gito aka adik Via yang sedang duduk di ambang pintu sambil tertawa-tawa, membuat Via heran.
Nggak biasanya. Batin Via.
"Ma, ini motor siapa?" tanya Via.
"Motor temen Papa," jawab Mama Via.
"Oh yang biasa nitip itu ya, Ma?" tanya Via. Memang sih ada teman Papanya yang sering menitipkan motornya di rumah Via, tapi dia rasa bukan ini motornya.
"Cemberut aja, Kak? Kenapa?" tanya Gito.
"Kepo lo!" jawab Via jutek.
"Buset dah, wkwk. Sono ganti baju, Kak. Kayak gembel lo bawa-bawa karung!" ledek Gito yang di sambut tawa olehnya dan Mamanya yang berhasil membuat Via tambah bad mood.
"Nyebelin lo, Dek!" jawab Via jengkel dan langsung berjalan kasar menaiki undakan tangga menuju kamarnya.
Saat Via membuka pintu, "Waaaa!!!" Via berteriak saat melihat seorang laki-laki tampan yang sedang duduk melihatnya dengan senyum jahilnya.
Oh jadi motor yang di depan motor dia. Batin Via.
"Ngapain kamu di kamar aku?!" tanya Via yang di sambut tawa Dio, Gito dan Mamanya tentunya. Via pun cemberut.
"'Kan mau kasih surprise buat kamu. Aku tahu kamu pasti kangen 'kan sama aku," kata Dio sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Aish! Tampang jahilnya itu yang bikin jantung gue tambah deg-degan. Batin Via.
"Jangan kepedean deh jadi orang!" jawab Via pura-pura bad mood.
"Ah, kakak pinter banget sih bohongnya," ledek Gito yang di sambut dengan amarah Via.
"Pergi nggak, Dek?! Mau gue jadiin samsak, hah?!!" teriak Via kesal.
***
"Kayaknya berat banget, ya, hari ini buat kamu," kata Dio sambil menatap manik mata Via lekat-lekat.
Angin lembut pun menerpa wajah Via. Mereka kini sedang berada di rooftop sebuah mall. Yang membuat angin-angin nakal seolah membelai lembut pipi Via yang chubby.
"Huh, ya nih. Hari ini bener-bener nguji kesabaran aku banget," jawab Via dengan nafas berat.
"Kenapa emangnya? Cerita aja," kata Dio yang Via jawab dengan serangkaian cerita menjengkelkan di sekolahnya hari ini. Dio pun tertawa.
"Ih, nggak lucu tahu!" bentak Via.
"Kata siapa? Kamu tuh lucu banget deh. Ceritanya sampe monyong-monyong gitu, bikin aku tambah gemes tau," kata Dio sambil mencubit pipi Via dengan gemas.
"Kamu tuh, ya, nyebelin banget deh," kata Via yang di sambut tawa oleh Dio.
Nggak biasanya. Batin Via.
"Ma, ini motor siapa?" tanya Via.
"Motor temen Papa," jawab Mama Via.
"Oh yang biasa nitip itu ya, Ma?" tanya Via. Memang sih ada teman Papanya yang sering menitipkan motornya di rumah Via, tapi dia rasa bukan ini motornya.
"Cemberut aja, Kak? Kenapa?" tanya Gito.
"Kepo lo!" jawab Via jutek.
"Buset dah, wkwk. Sono ganti baju, Kak. Kayak gembel lo bawa-bawa karung!" ledek Gito yang di sambut tawa olehnya dan Mamanya yang berhasil membuat Via tambah bad mood.
"Nyebelin lo, Dek!" jawab Via jengkel dan langsung berjalan kasar menaiki undakan tangga menuju kamarnya.
Saat Via membuka pintu, "Waaaa!!!" Via berteriak saat melihat seorang laki-laki tampan yang sedang duduk melihatnya dengan senyum jahilnya.
Oh jadi motor yang di depan motor dia. Batin Via.
"Ngapain kamu di kamar aku?!" tanya Via yang di sambut tawa Dio, Gito dan Mamanya tentunya. Via pun cemberut.
"'Kan mau kasih surprise buat kamu. Aku tahu kamu pasti kangen 'kan sama aku," kata Dio sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Aish! Tampang jahilnya itu yang bikin jantung gue tambah deg-degan. Batin Via.
"Jangan kepedean deh jadi orang!" jawab Via pura-pura bad mood.
"Ah, kakak pinter banget sih bohongnya," ledek Gito yang di sambut dengan amarah Via.
"Pergi nggak, Dek?! Mau gue jadiin samsak, hah?!!" teriak Via kesal.
***
"Kayaknya berat banget, ya, hari ini buat kamu," kata Dio sambil menatap manik mata Via lekat-lekat.
Angin lembut pun menerpa wajah Via. Mereka kini sedang berada di rooftop sebuah mall. Yang membuat angin-angin nakal seolah membelai lembut pipi Via yang chubby.
"Huh, ya nih. Hari ini bener-bener nguji kesabaran aku banget," jawab Via dengan nafas berat.
"Kenapa emangnya? Cerita aja," kata Dio yang Via jawab dengan serangkaian cerita menjengkelkan di sekolahnya hari ini. Dio pun tertawa.
"Ih, nggak lucu tahu!" bentak Via.
"Kata siapa? Kamu tuh lucu banget deh. Ceritanya sampe monyong-monyong gitu, bikin aku tambah gemes tau," kata Dio sambil mencubit pipi Via dengan gemas.
"Kamu tuh, ya, nyebelin banget deh," kata Via yang di sambut tawa oleh Dio.