"Aku pake baju Kak Dev seharian pingsan gak ya?" tanya Peyvitta dengan ekspresi yang terlihat sedikit kebingungan dan banyak tanda tanya.
Devian mengernyitkan keningnya. "Maksud lo?" tanya Devian. Devian tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Peyvitta kali ini.
"Wanginya itu lho," jawab Peyvitta sambil terlihat seperti orang yang sedang mencium ulang wangi yang menempel pada seragam Devian.
"Masa sih? Gue baru pake, malahan gue baru datang ke Sekolah. Gue belum melakukan aktivitas apa pun, masa u—
"Coba ingat-ingat aku bicara apa tadi," ucap Peyvitta. Peyvitta sengaja langsung memotong pembicaraan Devian.
"Apa?" tanya Devian sambil mengernyit.
Devian masih tidak paham kenapa Peyvitta sekarang menjadi menyuruh dirinya untuk mengingat ulang apa yang sudah Peyvitta ucapkan tadi.
Devian tidak perlu disuruh ulang untuk mengingat kalimat itu, karena dirinya masih ingat dengan jelas apa yang sudah Peyvitta ucapkan.
"Aku tanya, aku seharian pake baju Kak Dev bakalan pingsan gak ya? Terus Kak Dev tanya kenapa, aku jawab wanginya itu lho." Peyvitta seolah mengingatkan ulang apa yang sudah terjadi sebelumnya.
"Terus?" Devian masih tidak paham sama semua yang sudah Peyvitta ucapkan.
"Kenapa Kak Dev malah bahas baju ini baru Kak Dev pake?" tanya Peyvitta. Peyvitta seolah heran dan juga bingung saat mengetahui sebuah pertanyaan yang sudh Devian ucapkan.
"Udah bau keringet?" tanya Devian sambil mengernyit.
"Yang bilang bau siapa? Aku bilang wangi," ujar Peyvitta.
Apa yang Peyvitta maksud ternyata berbeda dengan apa yang Devian artikan, makanya sedari tadi pembahasan mereka berbeda arah.
"Gak usah berbelat-belit!" larang Devian.
Devian malas kalau pembahasan ini menjadi semakin melebar dan dirinya harus semakin panjang lagi memikirkan apa yang sudah Peyvitta maksud dalam kalimatnya tadi.
Peyvitta dengan seketika terdiam. "Lah kok ngamuk?" tanya Peyvitta heran. Peyvitta begitu kaget saat Devian berucap seperti itu. Peyvitta kaget, tapi Peyvitta ingin tertawa atas hal itu.
"Terserah gue," jawab Devian dengan nada yang enteng.
"Wanginya cowok banget. Aku takut mabok nyium wangi Kak Dev dalam jarak yang senempel ini dan sewangi ini," jelas singkat Peyvitta.
Apa yang Peyvitta maksud sejak tadi itu mengarah ke sini, tapi maksud yang sudah Devian tangkap ke arah yang lain, makanya kalimat pembicaraan mereka begitu bertolak belakang dan membuat Devian bingung.
"Biasa aja," ujar Devian enteng. Devian sekarang sudah mengerti ke mana maksud dari pembicaraan Peyvitta tadi.
"Biasa aja kata Kak Dev," lanjut Peyvitta.
Mungkin wangi yang Peyvitta cium bisa terbilang biasa saja bagi Devian, tapi bagi Peyvitta wangi seragamnya jauh dari kata biasa, sebab wangi yang biasa dirinya pilih jauh berbeda dengan wangi yang Devian miliki.
"Mau sekalian pake jaketnya?" tanya Devian. Devian bertanya sambil tersenyum kecil. Devian tengah menggoda Peyvitta.
Peyvitta langsung menggelengkan kepalanya. "Gak, aku bisa mabok duluan."
Peyvitta sangat tidak ingin kalau dirinya harus menggunakan sergam dan juga jaket Devian dalam waktu yang bersamaan, karena itu artinya dirinya akan mencium wangi maskulin yang begitu tinggi.
Devian tersenyum kecil sambil memperhatikan Peyvitta. Devian sudah tahu apa yang akan Peyvitta katakan, makanya saat Peyvitta berucap, dirinya menjadi tertawa akan hal itu.
"Jangan senyum, entar aku diabet."
"Terus mau lo apa?" tanya Devian. Devian menjadi bingung sendiri saat Peyvitta melarang dirinya untuk tersenyum.
"Gak mau apa-apa," jawab Peyvitta dengan penuh kejujuran.
"Gak bakalan dikasih apa-apa," ujar Devian dengan nada yang semakin datar.
"Nah udah sana," usir Peyvitta.
"Ke mana?" tanya Devian bingung.
"Entah, Kak Dev mau ke mana?" Peyvitta sendiri sebenarnya tidak tahu Devian mau pergi ke mana. Peyvitta semula berucap seperti itu, karena dirinya merasa kesal akan jawaban yang sudah Devian ucapkan.
"Lo nyuruh gue pergi ke mana?" tanya Devian balik. Devian masih ingat kalau yang sudah menyuruhnya pergi itu Peyvitta.
Peyvitta dengan seketika langsung menaikkan kedua bahunya acuh. "Gak tahu, asal aja." Peyvitta benar-benar tidak tahu tujuan Devian sekarang mau ke mana.
"Lo lagi datang bulan apa gimana?" tanya Devian.
Devian merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Peyvitta kali ini.
Peyvitta tersenyum kecil mendengar pertanyaan yang baru saja Devian ucapkan. Devian terus memperhatikan Peyvitta yang sekarang tengah tersenyum seperti itu.
Devian kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan. Devian tidak menyangka kalau kelakuan pacarnya seperti ini.
"Udah mau masuk. Aku ke kelas duluan," ucap Peyvitta,
"Ya udah, gue juga mau ke kelas." Devian menjawab dengan nada yang begitu enteng.
"Mau apa?" tanya Peyvitta penasaran.
"Gak tahu," jawab Devian. Devian terlihat begitu tidak peduli akan hal itu.
"Ya udah sana," ujar Peyvitta.
"Ya."
Devian akhirnya melangkahkan kakinya terlebih dahulu. Peyvitta memperhatikan Devian yang sekarang tengah melangkahkan kakinya.
Peyvitta merasa kalau dirinya semakin dekat dengan Devian. Hal ini nantinya akan membuat Peyvitta semakin sulit untuk bisa melepaskan Devian.
Peyvitta menarik napasnya dengan begitu dalam dan kemudian menghembuskannya kasar. Peyvitta kemudian melangkahkan kakinya menjauh dari tempat ini, Peyvitta berniat untuk pergi ke kelasnya.
*****
Waktu terus berlalu dengan sendirinya. Sekarang sudah saatnya istirahat kedua. Peyvitta sekarang tengah melangkahkan kakinya dengan santai di koridor. Peyvitta berniat untuk pergi ke Kantin sekarang. Peyvitta sudah merasakan yang namanya lapar.
"Tunggu!" teriak seseorang.
Peyvitta akhirnya memilih untuk menghentikan langkah kakinya. "Ya?" Peyvitta menjawab sambil melirik ke arah di mana orang itu berada. Peyvitta memutar bola matanya malas saat melihat siapa yang sekarang berada di hadapannya.
"Lo pake baju siapa?" tanya orang itu.
Orang itu adalah Clara, orang yang sama dengan orang yang sudah menyiram dirinya dengan satu up minuman rasa blueberry.
"Baca sendiri," ucap Peyvitta dengan nada yang terdengar begitu enteng. Peyvitta malas menjawab.
Peyvitta masih ingat kalau ada nama yang tertera di seragamnya dan sepertinya alasan yang membuat orang itu bertanya dirinya menggunakan baju milik siapa, karena orang itu heran kenapa Peyvitta sekarang bisa menggunakan seragam yang masih bersih.
Clara menyipitkan matanya dan fokus memperhatikan nama yang tertera di baju yang sekarang sedang Peyvitta gunakan.
"Devian? Lo siapanya Devian?" tanya Clara dengan nada yang terdengar begitu tanda tanya.
"Lo gak tahu gue siapanya Devian?" tanya Peyvitta.
Clara menggeleng-gelengkan kepalanya. "Enggak." Clara dengan entengnya menjawab seperti itu. Clara memang tidak tahu siapa Peyvitta.
Peyvitta mengulurkan tangannya ke arah Clara. "Kenalin, gue pacarnya." Peyvitta berucap dengan nada yang terdengar begitu enteng.
Peyvitta bahkan Peyvitta tersenyum kecil sambil memasang ekspresi yang begitu bangga saat dirinya mengakui kalau dia adalah pacar seorang Devian.
Siapa sih yang tidak bangga menjadi pacar Devian?
Ada begitu banyak perempuan yang menginginkan menjadi pacar Devian, maka bukan hal yang aneh kalau Peyvitta bisa merasa bangga karena dirinya bisa menjadi orang yang Devian pilih untuk menjadi pacarnya.
"Demi apa lo, lo pacarnya Devian?" Clara benar-benar tidak percaya kalau orang yang berada di hadapannya adalah pacar seorang Devian.