Retta berjalan ke arah di mana Peyvitta berada
"Hey, kok lo malah jadi bengong kayak gini? Lo lagi mikirin apa?" tanya Retta.
"Hah? Gak ada," jawab Peyvitta bohong.
"Lo masih memikirkan apa yang sudah gue ucapkan tadi?" tanya Retta.
Retta menjadi mengira kalau alasan yang membuat Peyvitta terbengong sekarang, karena Peyvitta memikirkan semua yang sudah dia ucapkan tadi.
"Mungkin," jawab Peyvitta dengan nada yang terdengar sedikit lemas.
"Gak usah terlalu serius kali. Gue cuma sekedar share tentang pengalaman gue, lagi pula gue juga gak berniat untuk menceramahi lo atau menggurui lo. Gue tadi ngomong kayak gitu, karena lo yang mulai duluan."
Retta memang sama sekali tidak ada maksud untuk ke arah sana. Retta juga tidak berniat untuk membuat Peyvitta terdiam bengong seperti ini, karena memikirkan semua perkataan yang sudah dia ucapkan.
"Lo yang menanyakan berbagai alasan yang cowok gue miliki sampai akhirnya cowok gue memilih untuk menyuruh gue mengikuti apa yang sudah Bokap gue katakan." Retta sedari tadi berbicara kalau Peyvitta yang menanyakan apa alasan yang cowok Retta punya.
Peyvitta menggelengkan kepalanya. "Gak papa Rett, semua yang lo omongkan gak ada salahnya." Peyvitta menjawab dengan nada yang mencoba untuk tegar.
"Terus lo kenapa jadi bengong kayak gini? Ada masalah yang sedang lo hadapi sekarang?" tanya Retta. Retta yakin kalau ada alasan pendukung yang membuat Peyvitta menjadi terdiam sambil bengong.
"Hah? Gak ada kok," jawab Peyvitta. Peyvitta lagi-lagi menjawab dengan jawaban yang tidak jujur.
"Bohong. Gue sangat yakin kalau ada sesuatu hal yang sedang lo pikirkan sekarang," ujar Retta.
Retta sangat tidak percaya kalau Peyvitta sekarang sedang tidak memiliki sebuah masalah, karena Retta melihat dari ekspresi yang Peyvitta pasang, Peyvitta terlihat seperti orang yang sedang banyak pikiran.
"Keliatan banget ya?" tanya Peyvitta.
Retta menganggukkan kepalanya. "Banget. Lo malah jadi bengong kayak gini dan gak gabung sama yang lainnya setelah lo mendengarkan apa yang sudah gue ucapkan tadi."
"Lo ada masalah apa? Cerita sama gue. Siapa tahu gue bisa memberikan solusi atau memberikan lo sedikit pencerahan atas masalah lo," ujar Retta. Retta tidak mau kalau Peyvitta terus-terusan bengong seperti ini.
Retta merasa akan lebih baik dan lebih enak jika Peyvitta memberi tahu dirinya akan apa yang sedang Peyvitta hadapi sekarang, dibandingkan dengan terdiam sambil bengong, karena hal itu hanya akan membuat Retta bingung memikirkan masalah apa yang sedang Peyvitta hadapi.
Peyvitta menggelengkan kepalanya. "Gak perlu Rett. Apa yang sudah lo ucapkan tadi cukup membuat gue tahu lebih dalam akan apa yang sedang gue hadapi," ujar Peyvitta dengan begitu jujur.
Peyvitta memang merasa kalau dirinya tidak perlu menceritakan apa yang sedang dia hadapi pada Retta, karena pembahasan tadi cukup membuat Peyvitta tahu banyak akan masalah yang sedang menghinggapinya.
"Hah?" Retta mengernyit dengan penuh kebingungan.
"Iya, makasih ya." Peyvitta berucap dengan nada yang begitu tulus. Peyvitta merasa beruntung sudah mendengarkan banyak penjelasan yang benar-benar membuka pikirannya sekarang.
Retta masih mengernyit. Retta tidak tahu apa yang membuat pembahasan tadi bisa begitu diterima oleh Peyvitta dan membantu Peyvitta sampai akhirnya Peyvitta mengucapkan kata 'terima kasih' kepadanya.
"Ha, iyalah sama-sama. Gue gak tahu apa yang gue bicarakan, kenapa bisa seolah sudah memberikan penjelasan masalah yang lo miliki."
Retta tidak mau dibuat pusing. Retta hanya merasa bersyukur saat tahu kalau pembahasannya sedikit membantu Peyvitta.
"Rett," ucap Peyvitta.
"Iya?"
"Gue pulang duluan ya, ngantuk."
"Oh ya udah," jawab Retta dengan begitu enteng. Retta tidak bisa menahan Peyvitta untuk terus berada di sini.
Retta tahu kalau sebenarnya alasan kenapa Peyvitta memutuskan untuk pulang sekarang bukan karena Peyvitta sudah mengantuk, tpai karena Peyvitta ingin menenangkan dirinya.
*****
Pulang dari Basecamp Retta, Peyvitta malah kembali teringat akan Devian. Eh— bukan kembali teringat, tapi malah semakin kepikiran. Peyvitta kembali memikirkan semua hal itu dengan begitu serius.
Peyvitta merasa kalau semuanya mendadak menjadi memuncak. Semula Peyvitta seolah lupa akan hal ini, tapi sekarang semua hal itu mendadak kembali meledak di kepalanya.
"Apa mungkin sekarang sudah waktunya ya gue menceritakan semua ini, gue serasa udah gak sanggup lagi memendam masalah ini. Gue ingin mencurahkan semuanya, argh!"
Peyvitta merasa dengan memendam semua hal ini hanya malah membuat dirinya merasa begitu mual dan pusing. Peyvitta ingin mengeluarkan semua beban yang ada dalam pikiran dan juga hatinya.
"Setelah mendengar penjelasan Retta tentang sebuah hubungan dan mengetahu bagaimana Rey bersikap, kenapa gue malah seolah semakin tertekan dengan semua ini?"
Peyvitta menjadi begitu tanda tanya. Peyvitta tanda tanya kenapa Rey saja bisa bersikap begitu dewasa saat menghadapi masalah Retta, tapi kenapa dirinya tidak bisa seperti itu. Peyvitta begitu tanda tanya, apakah dirinya sudah benar-benar egois dengan semua ini?
"Argh!"
Prank
Peyvitta membanting sebuah vas bunga yang tidak jauh di hadapannya. Pemikiran Peyvitta kembali penuh dan Peyvitta merasa kalau dirinya sekarang sudah sangat tidak tenang.
Napasnya sudah mulai tidak teratur. Perasaan gelisahnya sudah bermunculan dan semakin membuat perasaannya tidak karuan. Air mata turun dari pelupuk mata Peyvitta.
"Reynard, Reynard, gue butuh dia!"
Peyvitta akhirnya mengambil handphone yang tertera di saku jaketnya. Peyvitta langsung mencari nama Reynard. Peyvitta menghubungi Reynard dengan tangan yang sudah mulai gemetar.
"Rey." Peyvitta langsung berbicara saat sambungan telepon itu sudah terhubung.
"Iya?"
"Lo di mana sekarang?" tanya Peyvitta.
"Gue lagi di Basecamp," jawab Reynard dengan begitu enteng.
"Lo bisa ke Apartemen gue gak sekarang?" tanya Peyvitta. Peyvitta bertanya dengan nada yang mencoba untuk dia buat setenang mungkin.
"Bisa, lo kenapa?" tanya Reynard. Reynard merasa ada sesuatu yang aneh dengan Peyvitta, terutama saat Peyvitta meminta dirinya untuk datang ke Apartemen sekarang.
"I need you."
Peyvitta langsung mematikan sambungan telepon itu. Peyvitta tidak bisa menahan perasaannya yang semakin lama semakin tidak tenang.
Peyvitta merasa kalau kepalanya terasa begitu berat dan napasnya mulai kembali terasa sesak. Peyvitta kembali ke masa lalu.
Peyvitta bisa menjadi seperti ini saat dirinya benar-benar memikirkan sesuatu dalam batas yang berlebihan. Pikiran Peyvitta sekarang berputar dengan begitu cepat.
Di satu sisi Peyvitta memikirkan apa yang sudah Retta ucapkan tadi. Peyvitta setuju sama semua hal itu, bahkan Peyvitta juga merasa kagum sama pemikiran Rey yang bisa berpikir sedewasa itu.
Peyvitta ingin bisa seperti itu, tapi di satu sisi Peyvitta sangat tidak ingin kalau dirinya harus kehilangan Devian. Hal inilah yang terus-terusan berputar di otak Peyvitta. Peyvitta benar-benar semakin merasakan yang namanya bingung.
Semula Reynard sudah datang ke Apartemennya saat Peyvitta sedang seperti ini, tapi pada saat itu Peyvitta tidak menceritakan hal utama yang membuatnya menjadi seperti ini, karena sebelumnya Peyvitta merasa begitu tenang saat Reynard hadir.