"Kok bisa?" tanya Peyvitta bingung. Peyvitta memang sedikit tidak mengerti kenapa Rey bisa seperti itu.
Retta menarik napasnya dalam-dalam. Retta mengerti kenapa Peyvitta begitu banyak tanda tanya sekarang. Retta tahu kalau Peyvitta bukan orang yang mungkin tahu lebih dalam tentang suatu hubungan.
"Hubungan itu bukan hanya sekedar dalam ikatan, bukan hanya status pacaran yang disebar ke banyak orang dan diakui di publik kalau gue pacar dia—dia pacar gue. Gak ada yang boleh memiliki gue, karena gue milik dia dan dia juga gak boleh dimiliki sama yang lain."
Peyvitta malah semakin mengernyitkan keningnya. "Terus apa?" Peyvitta menjadi penasaran akan hal itu.
"Saat lo udah nerima dia sebagai pacar lo dan dia memilih lo untuk jadi pacarnya, lebih baik pikirkan kehidupan bersama. Kalau lo punya pacar nih ya, ya itu artinya lo harus mau memikirkan kehidupan pacar lo."
"Jangan mementingkan kehidupan lo dan menjadi mengabaikan dia. Kalau lo seperti itu, ya buat apa lo berdua terikat dalam sebuah hubungan yang sama kalau kehidupan yang dijalani hanya berdasarkan ego masing-masing? Udah aja sendiri, bebas."
Apa mungkin gue harus mengabaikan ego gue demi memikirkan masa depan Kak Dev? Kalau seperti itu, berarti gue nantinya akan kehilangan Kak Dev?
*****
Waktu terus berlalu dengan sendirinya dan sejak tadi Peyvitta terus bertanya mengenai hal yang muncul di kepalanya.
Peyvitta begitu terbuka kepada Retta, bahkan di sini—lebih tepatnya di sekitarnya terdapat beberapa orang, tapi Peyvitta masih tetap mau bertanya mengenai banyak hal pada Retta. Retta terus menjawab apa yang sudah Peyvitta katakan.
Peyvitta mendengarkan dengan cukup serius apa yang sudah Retta katakan, bahkan bukan hanya Peyvitta, tapi anak-anak yang lainnya juga mendengarkan pembahasan yang sedang berlangsung.
Awalnya Retta sama sekali tidak berniat untuk memberikan sebuah ceramah atau sebuah arahan dan lainnya, Retta hanya menjawab apa yang sudah Peyvitta tanyakan dengan jawaban yang mana jawaban itu adalah pendapatnya.
"Sejak kapan lo bijak?" tanya Peyvitta.
Peyvitta sengaja bertanya seperti ini agar pembahasannya tidak terlalu jauh lagi dan Peyvitta juga tidak mau kalau Retta nantinya merasa curiga akan alasan utama kenapa dirinya terus-terusan bertanya mengenai hal itu sampai lebih mendalam.
Retta melirik ke arah Retta dan kemudian mengangkat kedua bahunya. "Ya entahlah, tapi gue paling gak suka sama sebuah hubungan yang mana salah satu pelakunya mementingkan kepentingan pribadi."
Retta sendiri sebenarnya tidak sadar kalau dirinya bisa berbicara sebijak itu, hanya saja dirinya tidak suka jika ada salah satu pihak yang mementingkan kepentingan pribadi padahal statusnya mereka sudah menjadi pasangan.
Peyvitta dengan seketika langsung terdiam saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut Retta. Peyvitta merasa tersinggung akan hal itu, karena kalau dipikirkan, dirinya bisa termasuk ke dalam orang yang memikirkan kepentingan pribadi.
"Emang salah ya kalau mementingkan keinginan pribadi, bukannya dalam sebuah hubungan itu tujuannya untuk mencari kebahagiaan?" tanya Peyvitta.
"Kalau menurut gue, mencari kebahagiaannya tidak salah, hanya saja cara yang lo pilih yang salah."
Retta sama sekali tidak mengatakan kalau mencari kebahagiaan dalam sebuah hubungan adalah sesuatu yang salah, karena memang dirinya juga mencari kebahagiaan saat dia menjalin hubungan dengan Rey.
Sepertinya kebanyakan orang juga mencari sebuah kebahagiaan dalam sebuah hubungan, karena untuk apa menjalin sebuah hubungan kalau di dalamnya tidak terdapat sebuah kebahagiaan. Untuk apa?
"Kenapa?" Peyvitta benar-benar terlihat begitu polos. Peyvitta sebenarnya bingung kenapa Retta mengatakan kalau cara yang dia pilih adalah cara yang salah.
"Lo mencari kebahagiaan dengan cara memilih untuk mementingkan keinginan pribadi, lalu bagaimana dengan dia? Saat lo mementingkan keinginan lo, dia bagaimana?" tanya Retta.
Peyvitta terdiam sejenak. Peyvitta memikirkan jawaban dari pertanyaan yang sudah Retta ajukan. Retta melirik ke arah Peyvitta. Retta tahu kalau sekarang Peyvitta pasti tengah memikirkan kalimat tanya yang sudah dia ajukan.
"Kalau dia tidak terkena dampak dari semua ini ya gak masalah sih, tapi mungkin saat ada satu keinginan yang dipentingkan maka akan ada hal lain yang diabaikan. Kalau dia menjadi mendapatkan efek yang negatif bagaimana?" tanya Retta lagi.
Peyvitta dengan seketika langsung terdiam membisu. Peyvitta semakin kepikiran akan Devian. Peyvitta juga tidak mau kalau ada sebuah hal negatif yang nantinya akan Devian dapatkan saat terus seperti ini.
"Gue jujur paling gak suka sama orang yang kayak gitu. Egois boleh, tapi kalau keegoisan lo merugikan orang lain ya gak banget gitu.
"Gue sebelum sama Rey, gue udah beberapa kali sama cowok yang mungkin bisa dibilang memiliki latar belakang yang lebih bagus ya daripada cowok gue—Rey.
"Gue gak akan bilang kalau cowok gue good boy, karena gue tahu sendiri dia kayak gimana, bahkan gue jauh lebih tahu keburukan dia, dibandingkan yang lainnya."
Retta adalah orang yang tahu luar dalam sikap dan juga sifat Rey Putra dibandingkan dengan orang lain, makanya saat Rey Putra sekarang berstatus sebagai pacarnya, Retta tetap tidak akan mengatakan kalau Rey adalah good boy.
"Dia gak egois, dia memikirkan semuanya. Dia lebih memikirkan bagaimana nasib gue dan dia, dibandingkan dengan memikirkan kehidupannya. So, jangan terlalu fokus pada diri sendiri."
Apa yang sudah Retta ucapkan barusan berasal dari pengalaman dan apa yang sudah Retta ucapkan memang benar. Jangan terlalu fokus kepada diri sendiri, tapi pikirkan juga yang lainnya.
"Apalagi kalau di zona kita ya. Kita baru pacaran, belum sampai ke pernikahan. Kalau pada saat pacaran saja kita sudah egois dan memilih untuk mengabaikan kepentingan berdua, lalu bagaimana kalau kita nanti sampai pada status pernikahan?"
Pertanyaan Retta kali ini benar-benar sering membuat Peyvitta terdiam. Apa yang Retta katakan itu semuanya benar. Peyvitta sadar akan hal itu, hanya saja semua hal jujur yang sudah Retta ucapkan membuat dirinya berpikir dengan begitu serius.
"Sangat tidak worth it, jika semua itu ada dalam sebuah hubungan. Itu sih menurut pandangan gue, tapi gak tahu kalau menurut sudut pandang orang lain. Gue hanya memberi tahu lo akan apa yang sudah gue alami dan apa yang gue pikirkan."
Retta tidak beranggapan kalau apa yang sudah dia ucapkan sekarang adalah sesuatu hal yang benar dan sesuatu hal yang sudah sangat seharusnya dilakukan dan di contoh. Tidak.
Retta sama sekali tidak beranggapan ke arah sana. Retta barusan menjelaskan panjang lebar tentang hal ini, karena Retta menyampaikan apa yang ada di pikirannya yang semuanya mempunyai alasan berupa pengalamannya.
Apa dengan semua yang sudah gue lakukan, maka gue sudah bersikap egois dalam hal ini? Berarti apa yang sudah gue lakukan sekarang adalah tindakan yang salah, lalu apa yang harus gue pilih sekarang?