"Jangan bilang kalau lo sudah melukai diri lo?" tanya orang itu. Orang itu merasa curiga akan hal itu, karena sedari tadi Peyvitta hanya terdiam tanpa mengeluarkan kata apa pun.
Peyvitta akhirnya menggelengkan kepalanya. "Gak gue gak akan bilang," ucap Peyvitta.
Peyvitta sedari tadi masih menunduk, padahal dirinya bisa saja melihat wajah lawan bicaranya, tapi dirinya tidak berani melakukan hal itu.
"Dan lo sudah melakukan hal itu?" tanya orang itu.
Mendengar jawaban yang sudah dia ucapkan, membuat dirinya merasa kalau Peyvitta memang sudah melukai dirinya.
Peyvitta menggelengkan kepalanya. Orang itu bisa melihat hal itu, karena sedari tadi orang itu sedang memperhatikan layar handphone-nya.
"Lo gak bohong sama gue kan?" tanya orang itu.
Orang itu benar-benar ragu sama jawaban yang sudah Peyvitta berikan. Dirinya merasa tidak yakin sama apa yang sudah dia ucapkan.
Peyvitta menggelengkan kepalanya. "Enggak gue gak lagi bohong sama lo," ucap Peyvitta.
"Apa bukti yang membuat gue yakin kalau lo gak bohong?" tanya orang itu.
Peyvitta terdiam saat orang itu meminta bukti kepada dirinya kalau dia belum sempat melukai dirinya. Orang itu tidak percaya, makanya dia meminta bukti.
Peyvitta terdiam saat orang itu meminta bukti kepada dirinya kalau dia belum sempat melukai dirinya. Orang itu tidak percaya, makanya dia meminta bukti.
Peyvitta memikirkan bukti apa yang bisa dia kasih untuk membuat orang itu percaya kalau dirinya belum melukai dirinya. Melihat Peyvitta terdiam, semakin membuat banyak pikiran yang ada dalam otaknya kembali bertambah.
Orang itu tidak mau kalau Peyvitta kembali melukai dirinya. Peyvitta akhirnya tahu bukti apa yang bisa dia tunjukkan apgar membuat orang itu yakin kalau dirinya belum melukai dirinya.
Peyvitta mengangkat tangannya. Peyvitta menunjukkan tangannya yang sekarang sedang memegang silet. "Siletnya masih bersih, cukup buat jadi bukti kalau gue belum melukai diri gue."
Apa yang sudah Peyvitta ucapkan cukup masuk akal. Orang itu melihat kalau silet itu memang masih terlihat seperti silet yang belum digunakan.
"Bagus kalau lo belum melukai diri lo," ujar orang itu. Orang itu merasa lega saat tahu kalau Peyvitta belum melukai dirinya.
"Iya belum, gak tahu nanti." Sebuah kalimat polos baru saja keluar dari mulut Peyvitta. Peyvitta mengeluarkan kalimat itu dengan begitu polos.
"Jangan," larang orang itu.
"Gak tahu," ucap Peyvitta. Peyvitta tidak bisa berjanji pada orang itu kalau dirinya tidak akan menggunakan silet itu untuk melukai dirinya.
"Jangan lukai diri lo atau gue kasih tahu dia kalau lo melakukan hal ini," ucap orang itu.
Peyvitta terdiam. Peyvitta tidak mau kalau orang itu sampai tahu bahwa Peyvitta sampai melukai dirinya karena masalah ini.
"Jangan kasih tahu dia Rey, gue mohon. Gue gak mau kalau dia sampai tahu gue kembali melakukan hal ini, dia pasti bakalan kepikiran."
Peyvitta tidak mau kalau Reynard sampai memberi tahu Devian bahwa dirinya melukai dirinya, karena memikirkan hal itu.
"Makanya jangan lakukan hal itu," ucap Reynard enteng.
Reynard tahu kalau Peyvitta pasti tidak akan mau kalau Devian sampai tahu bahwa dirinya sampai melukai dirinya karena memikirkan kepindahan Devian.
"Hmm, tapi gue bener-bener frustrasi sama hal ini!" teriak Peyvitta. "Gue bingung. Gue udah cape memikirkan apa yang mungkin tidak terlalu perlu gue pikirkan!"
"Cerita sama gue, biar lo gak terlalu cape memendam semua ini sendiri."
"Lo gak ada di samping gue, bagaimana gue bisa menceritakan apa yang sedang gue pendam?"
"Gue ke sana," ucap Reynard.
"What?!" tanya Peyvitta kaget.
"Gue ke sana," ulang Reynard dengan nada yang masih sama seperti tadi, yaitu datar.
"Ini udah malem Rey," ucap Peyvitta.
Peyvitta tahu kalau sekarang sudah malam, meski sedari tadi dirinya terus terdiam dengan pikiran yang melayang, tapi dia menyadari kalau semakin lama waktu terus berlalu dan dirinya sadar kalau sekarang sudah malam.
"Gue tahu," ucap Reynard.
Peyvitta yang sedang bengong memikirkan banyak hal saja tahu kalau sekarang waktu sudah malam, apalagi dengan Reynard. Sebelum Peyvitta mengatakan kalau sekarang malam juga Reynard sudah tahu.
"Terus kalau lo tahu kenapa lo mau ke sini?" tanya Peyvitta dengan nada yang begitu polos.
"Sudah diam, jangan nyakiti diri lo. Sekarang gue ke sana," ucap Reynard.
Reynard berbicara dengan nada yang terdengar begitu serius, tapi Reynard malas membahas apa alasan yang membuat dirinya memilih untuk datang ke Apartemen Peyvitta, padahal waktu sudah malam.
"Hmmm, gue gak tahu apa gue bisa nahan diri gue untuk tidak menyakiti diri gue." Peyvitta mengungkapkan apa yang sedang dia pikirkan sekarang.
Peyvitta memang tidak yakin akan hal itu, karena kepala Peyvitta sudah terasa begitu berat menahan semua hal ini. Peyvitta sudah berpikir kalau dengan dirinya memilih untuk menyakiti dirinya, maka dia bisa mengurangi beban pikirannya.
"Kalau sampai gue ke sana tubuh lo ada yang sudah luka, gue bakalan marah."
Deg
Dengan seketika jantung Peyvitta berhenti berdetak sebentar. Kalimat Reynard benar-benar membuat dirinya berpikir dengan begitu keras. Hal itu bukan hal yang Peyvitta inginkan.
"Gue ke sana." Reynard langsung mematikan sambungan teleponnya, Reynard malas membahas hal itu lebih jauh.
Peyvitta sampai saat ini masih diam membisu sambil memikirkan kalimat yang sudah keluar dari mulut Reynard tadi. Saat Peyvitta tengah terdiam mematung, karena memikirkan apa yang sudah Reynard ucapkan, lain hal dengan Reynard.
Reynard sekarang hanya memikirkan keadaan Peyvitta. Reynard langsung mengambil kunci kendaraannya dan kemudian melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya.
Reynard tahu kalau sekarang hari sudah malam, tapi dirinya tidak bisa menunggu hari untuk berganti menjadi pagi. Reynard tidak bisa selama itu menahan dirinya untuk tidak menemui Peyvitta, apalagi Reynard sudah tahu bagaimana keadaan Peyvitta sekarang.
Peyvitta bingung bagaimana cara agar dirinya bisa menahan keinginannya untuk tidak melukai dirinya. Sedari tadi berbagai kalimat terus terdengar di telinga Peyvitta.
Peyvitta merasa kalau ada banyak orang yang berbisik padanya untuk melukai dirinya sekarang. Peyvitta mencoba untuk menetralkan perasaannya, tapi hal itu tidak terjadi. Semakin lama semakin banyak pemikiran yang bermunculan di pikiran Peyvitta.
"Argh!" teriak Peyvitta.
Peyvitta benar-benar merasa begitu berat untuk tidak melukai dirinya di saat dirinya sekarang tengah merasa begitu frustrasi memikirkan hal itu.
Peyvitta memang ingin melukai dirinya sekarang, karena dirinya sudah tidak kuat untuk terus menahan rasa sakit yang sekarang tengah kepalanya rasakan, tapi di satu sisi ada sesuatu yang membuat Peyvitta untuk terus mencoba menahan hal ini.
Peyvitta tidak mau kalau Devian sampai tahu hal ini dan Peyvitta juga tidak mau kalau Reynard benar-benar marah pada dirinya saat nanti dia tahu kalau dirinya sudah melukai dirinya.
Dua orang ini benar-benar memiliki sebuah pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan Peyvitta dan dua orang ini adalah orang yang Peyvitta takutkan kalau sampai mereka marah.