"Oh ... ya emang kayak gitu kan. Aku sudah berpengalaman dalam hal yang seperti ini. Aku udah tahu sifat Kak Dev kayak gimana, makanya aku lebih memilih untuk tidak memberi tahu Kak Dev siapa orang yang sudah melakukan hal ini sama aku."
"Padahal gue belum tentu melakukan apa yang sudah lo ucapkan." Devian berucap dengan nada yang terdengar begitu santai.
Devian semula bisa tersenyum, karena dirinya tidak sampai mengira kalau Peyvitta sudah memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi saat dirinya sudah berhasil mengetahui siapa yang sudah membuat seragam Peyvitta menjadi terpenuhi oleh noda minuman ini.
Peyvitta kembali diam. Apa yang sudah Devian ucapkan ada benar. Di mana apa yang sudah Peyvitta pikirkan itu belum tentu menjadi kenyataan. Devian belum tentu melakukan berbagai hal yang semula sudah dia khawatirkan.
"Ya masih mending kalau Kak Dev gak melakukan apa yang sudah aku ucapkan tadi atau apa yang aku pikirkan." Kalau seperti ini Peyvitta tidak akan pusing.
"Nah kalau aku kasih tahu siapa orang itu terus Kak Dev melakukan hal yang lebih dari itu bagaimana? Bisa pusing aku ngurusnya," ujar Peyvitta dengan penuh kejujuran.
Akan lebih baik kalau Devian tidak melakukan semua hal yang sudah dia pikirkan sebelumnya, kalau sampai Devian melakukan hal yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya, maka Peyvitta akan pusing untuk mengurus hal itu.
"Lah senyum mulu, kenapa sih?" tanya Peyvitta dengan nada yang terdengar begitu heran saat melihat Devian yang baru saja kembali mengukirkan senyumannya.
"Gak boleh?" tanya Devian dengan menggunakan nada yang terdengar begitu datar.
Peyvitta terdiam sejenak. Peyvitta tidak ada maksud untuk melarang Devian untuk tersenyum, hanya saja ada beberapa perasaan yang dia rasakan saat terus-terusan melihat Devian yang tersenyum saat menatap dirinya.
"Ya boleh sih, cuma aku yang repot." Peyvitta berucap dengan penuh kejujuran. Peyvitta memang sama sekali tidak melarang Devian untuk tersenyum, hanya saja Peyvitta merasa repot sendiri akan hal ini.
"Kenapa?" tanya Devian. Devian tidak tahu hal apa yang bisa merepotkan Peyvitta saat dirinya tersenyum.
"Hati aku kasihan. Aku lemes liat Kak Dev senyum terus kayak gitu, meresahkan." Peyvitta mengatakan hal itu sambil tersenyum dengan begitu lebar di ujung kalimatnya.
Devian tersenyum memang tidak ada masalahnya untuk orang lain, tapi hati Peyvitta terasa cukup kasihan. Peyvitta adalah orang yang akan merasa repot saat hatinya sudah merasakan berbagai perasaan yang sulit untuk dia redakan.
Devian mengacak-ngacak rambutnya dengan asal setelah dia mendengar penjelasan yang sudah Peyvitta ucapkan. Devian tidak pernah mengira kalau Peyvitta akan menjawab dengan jawaban yang seperti itu.
Peyvitta memperhatikan Devian yang semula sedang mengacak-ngacak rambutnya dengan cukup jelas. Peyvitta bisa begitu memperhatikan ekspresi yang Devian pasang.
Peyvitta merasa kalau hatinya merasakan sesuatu yang sulit untuk dia jelaskan bagaimana perasaannya saat melihat Devian yang mengacak-ngacak rambutnya.
Ya Tuhan, punya cowok meresahkan banget sih.
"Kak tahu gak?" tanya Peyvitta dengan nada yang terdengar cukup serius, bahkan Peyvitta memperhatikan devian dengan tatapan yang memang seolah dirinya akan menanyakan atau memberitahukan sesuatu yang cukup serius.
"Apa?" tanya Devian. Devian tidak tahu apa yang akan Peyvitta ucapkan atau apa yang semula sudah Peyvitta maksud.
"Gerah." Peyvitta mengucapkan satu kata itu dengan ekspresi yang terlihat begitu ceria. Ekspresi yang Peyvitta tunjukkan sangat bertolak belakang dengan apa yang sudah Peyvitta ucapkan.
Di mana biasanya orang yang merasa gerah akan memasang ekspresi yang lusuh atau kesal dan sebagainya, tapi Peyvitta sekarang terlihat seperti orang yang merasa bahagia bisa merasakan yang namanya gerah.
"Gue enggak," ujar Devian dengan nada yang terdengar begitu polos. Devian berucap seperti itu, karena dirinya memang tidak merasakan yang namanya kegerahan sekarang.
"Orang yang merasa gerahnya aku, bukan Kak Dev." Peyvitta juga tahu kalau Devian kemungkinan sekarang tidak merasakan apa yang sudah dia rasakan sekarang.
Peyvitta gerah sebab memperhatikan Devian yang sedari tadi terus tersenyum, ditambah dengan Devian yang baru saja mengacak-acak rambutnya. Devian tidak akan merasakan yang namanya gerah, sebab dirinya sedari tadi tidak melakukan apa pun.
*****
"Terus sekarang lo mau bagaimana?" tanya Devian.
Devian tidak yakin kalau Peyvitta akan tetap memilih menggunakan seragamnya yang sudah tercampur dengan noda minuman tadi.
"Aku mau ganti baju," jawab Peyvitta dengan nada yang begitu enteng.
Peyvitta semula sedang melangkahkan kakinya dan berniat untuk mengganti pakaiannya sebelum akhirnya dia bertemu dengan Devian.
"Ya udah gue ikut," ujar Devian dengan nada yang begitu enteng.
Peyvitta dengan seketika mengernyitkan keningnya dan membelalakkan matanya sambil memperhatikan Devian dengan cukup serius.
"Lah ngapain?" tanya Peyvitta dengan penuh kebingungan. Peyvitta tidak tahu apa yang akan Devian lakukan saat dirinya memilih untuk ikut bersama dengan dirinya.
"Nemenin lo," jawab Devian dengan begitu datar.
Devian tidak mempunyai alasan yang lain yang bisa dia gunakan untuk menjawab pertanyaan yang sudah Peyvitta ajukan, karena memang alasan utama kenapa Devian memutuskan untuk ikut bersam dengan Peyvitta, karena dirinya ingin menemani Peyvitta.
Peyvitta menggelengkan kepalanya. "Gak perlu!" Peyvitta dengan seketika langsung menolak saat dirinya mengetahu apa alasan yang Devian miliki.
"Aku bisa sendiri," lanjut Peyvitta. Peyvitta bisa mengganti pakaiannya sendiri, tanpa perlu ditemani oleh Devian.
"Gak usah punya pikiran kalau gue akan ikut bersama dengan lo ke Toilet dan menemani lo di dalam." Devian berucap dengan nada yang begitu enteng, bahkan Devian mengukirkan sebuah senyuman di ujung kalimatnya.
Peyvitta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Devian tidak bisa melarang Peyvitta untuk tidak mempunyai pemikiran yang seperti itu, karena pada kenyataannya Peyvitta sudah mempunyai pemikiran akan hal itu.
"Ya udah yuk kalau gitu," ajak Peyvitta.
Peyvitta tidak bisa menolak. Lagi pula alasan yang membuat Peyvitta semula kaget dan tidak memberikan izin kepada Devian untuk ikut bersama dengan dirinya, karena semula dirinya mempunyai pikiran kalau Devian akan ikut menemaninya ganti bagi.
Pikiran Peyvitta semula sedang berterbangan tak tentu arah, makanya Peyvitta bisa sampai berpikir ke arah sana saat Devian memutuskan untuk ikut bersama dengan dirinya.
Peyvitta dan juga Devian melangkahkan kakinya dengan langkah yang cukup santai. Peyvitta sekarang berjalan dengan pandangan yang normal, tidak seperti tadi yang terus menunduk sambil membersihkan noda yang ada di pakaiannya.
Peyvitta sekarang berjalan dengan pandangan yang normal, sebab dirinya sudah bersama dengan Devian.
Tidak akan ada orang yang mem-bully atau menertawakan dirinya yang sudah bercampur dengan noda minuman itu, karena mereka tahu siapa orang yang sekarang sedang berjalan di samping Peyvitta.
Sepanjang perjalanan, banyak yang memperhatikan ke arah mereka. Peyvitta mencoba mengabaikan hal itu, karena setelah diperhatikan beberapa saat, mereka lebih memperhatikan Devian dibandingkan dengan dirinya.
Di satu sisi gue bahagia, karena gak ada yang memperhatikan gue dengan tatapan yang aneh, tapi di satu sisi gue cukup kesal. Kenapa cowok gue dijadikan pusat perhatian sama mereka? Hem, serba salah emang.