Sekarang sudah sampai pada hari Jumat. Peyvitta sekarang sedang melangkahkan kakinya untuk menuju ke kantin.
Peyvitta dengan santai melangkahkan kakinya sampai akhirnya Peyvitta terdiam saat melihat kalau ada banyak siswa-siswi yang dia rasa kelas XII.
Peyvitta mendadak merasa menyesal sudah memilih koridor ini sebagai jalan yang dia gunakan untuk ke kantin. Peyvitta malas bertemu dengan seniornya, karena dirinya harus seolah bersikap sopan kepada mereka, padahal mereka sungguh bersikap acuh pada dirinya.
Bangsat!
Peyvitta mengumpat dalam hatinya saat barusan dia bertemu dengan satu geng yang mana salah satu dari mereka sengaja menabrakkan sebelah bahunya pada dirinya.
Semula orang itu ingin kalau Peyvitta menghentikan langkahnya atau mengalah memberikan jalan untuk mereka lewat, tapi Peyvitta malah asyik berjalan sampai akhirnya orang itu merasakan yang namanya kesal.
Brugh
"Yah tumpah! Lo liat-liat gak sih?!" tanya salah satu siswi yang semula sedang membawa satu cup minuman yang sekarang isi cup itu tinggal setengahnya, karena orang itu sudah bertabrakan dengan Peyvitta.
Peyvitta semula tidak melihat kalau ada orang yang sedang berjalan di depannya, karena semula Peyvitta tengah memperhatikan beberapa dari siswi yang salah satunya sudah sengaja menyenggol dirinya.
"Lo yang jalannya gak bener," jawab Peyvitta. Peyvitta tidak mau disalahkan sekarang, karena sepertinya suasana hati Peyvitta sekarang sedang tidak baik.
"Lah lo yang jalannya gak liat-liat. Jadi, minuman gue tumpah." Siswi itu juga tidak mau disalahkan, karena menurutnya orang yang salah itu adalah Peyvitta.
"Lo anak kelas berapa sih?" tanya Peyvitta dengan nada yang cukup penasaran.
"Gue anak kelas 12, lo mau apa?" tanya orang itu dengan nada yang cukup menantang.
"Udah kelas 12, tapi satu cup minuman yang tumpah aja dipermasalahkan." Peyvitta berucap dengan nada yang sangat meremehkan.
"Lo ngeledekin gue atau apa?!" tanya orang itu dengan nada yang terdengar begitu kesal.
"Kalau iya?" tanya Peyvitta balik.
Suasana hati Peyvitta sepertinya sekarang sedang ingin mencari gara-gara dengan siswi yang lain, makanya Peyvitta sekarang menjawab dengan jawaban yang seperti ini.
"Kurang ajar!" Orang itu hendak menjambak rambut Peyvitta kesal.
"Ada apa ribut-ribut?" tanya seseorang dari arah belakang.
Peyvitta melirik ke arah belakang. Peyvitta mengingat ulang siapa orang itu. Peyvitta ingat kalau orang yang sekarang tengah melangkahkan kaki ke arahnya adalah orang yang sudah dengan sengaja menyenggol dirinya.
"Nih anak ini udah buat minuman gue tumpah," ucap siswi yang semula hendak menjambak rambut Peyvitta.
Peyvitta memperhatikan mereka beberapa saat. Peyvitta merasa kalau mereka saling kenal. Peyvitta terdiam sesaat.
Peyvitta mengira kalau orang pemilik minuman yang sudah tumpah ini semula sedang melangkahkan kakinya dengan terburu-buru sebab ingin mengejar temannya yang sudah berjalan terlebih dahulu.
"Terus kenapa kalian malah ribut?" tanya orang itu.
"Karena dia malah ngecengin gue," jawab siswi itu.
"Apa?" tanya orang itu. Orang itu tidak tahu lebih jelas apa yang sudah mereka berdua lakukan.
Dirinya dan juga satu temannya kembali ke tempat ini, karena semula mereka merasa sudah mendengar ada suara temannya yang sedang ribut. Jadi, mereka berdua memilih untuk melihat dan ternyata benar.
"Dia bilang kalau gue udah kelas 12, tapi satu cup minuman aja gak mampu untuk gue beli." Siswi itu seolah mengadu kepada temannya.
Orang yang barusan bertanya mempunyai status yang lebih tinggi darinya, makanya orang itu mengadu pada siswi yang bernama Clara itu.
Kapan gue ngomong gitu ya?
Peyvitta bertanda tanya dalam dirinya, karena dirinya tidak merasa sudah mengatakan hal itu pada siswi itu. Peyvitta menarik napasnya dalam-dalam. Peyvitta malas mempermasalahkan hal ini, makanya Peyvitta tidak memberikan komentar apa pun.
"Emangnya lo anak kelas berapa?" tanya Clara yang mulai menaikkan nada bicarnya.
"Gue anak kelas 11." Peyvitta menjawab dengan nada yang terdengar begitu santai. Peyvitta sama sekali tidak merasakan yang namanya ketakutan. Peyvitta sangat santai akan semua hal ini.
"Lah baru anak kelas 11 aja udah songong?"
"Terserah gue lah," jawab Peyvitta dengan suara yang terdengar begitu enteng.
"Udah gue malas berbicara banyak, mending lo minta maaf sama Sela." Sepertinya Clara sedang tidak ingin ribut.
"Gak," tolak Peyvitta.
"Lo gak mau minta maaf sama gue?" tanya Sela dengan nada yang begitu heran.
"Gak." Peyvitta masih tetap pada keputusannya. Peyvitta sama sekali tidak mau meminta maaf kepada Sela.
"Terus lo sekarang mau apa!?" tanya Clara yang mulai menaikkan nada bicaranya.
"Kalau gue harus minta maaf sama dia, maka lo harus meminta maaf terlebih dahulu sama gue." Peyvitta memberikan sebuah syarat.
"Ngapain gue harus minta maaf sama lo?" tanya Clara dengan menggunakan nada yang begitu heran.
"Lo ingatannya buruk atau bagaimana?" tanya Peyvitta dengan nada yang begitu enteng.
"Maksud lo?!" Clara merasa tidak terima sama apa yang sudah diucapkan Peyvitta barusan.
"Lo tadi orang yang sudah dengan sengaja menyenggol gue kan?" tanya Peyvitta. Peyvitta masih ingat akan hal itu.
"Terus?"
"Kalau lo menyuruh gue untuk meminta maaf kepada teman lo, karena alasan gue sudah menabrak teman lo dan membuat minuman dia tumpah, maka lo harus meminta maaf terlebih dahulu kepada gue, karena lo sudah menabrak gue tadi."
Peyvitta menjelaskan semua hal itu. Peyvitta tidak mau meminta maaf kepada Sela dengan alasan sebab Clara memintanya untuk minta maaf, sebelum Clara meminta maaf kepada dirinya terlebih dahulu sebab Clara sudah menabraknya lebih dulu.
"Gue gak akan meminta maaf sama lo!" tegas Clara. Clara sangat tidak ingin untuk meminta maaf kepada Peyvitta, karena semula Clara sudah dengan sengaja menabraknya.
Clara tidak mau harus merendahkan dirinya kepada Peyvitta, karena sesuatu hal yang sudah dia perbuat dan menurutnya hal itu cukup biasa saja tidak sampai mengharuskan dirinya untuk meminta maaf.
"Ya terserah. Gue juga tidak akan meminta maaf kepada teman lo," ucap Peyvitta dengan begitu enteng. Peyvitta tidak mau memperumit pembahasan ini.
"Ih kok lo nyebelin banget sih jadi orang, kenapa gak jadi kodok aja?!" tanya Sela dengan nada yang terdengar begitu kesal dan juga menggunakan kalimat yang asal ceplos.
Peyvitta menatap Sela dengan tatapan yang datar. Peyvitta ingin tertawa, tapi dia terlanjur kesal kepada Sela. Di lain sisi Clara sudah semakin kesal kepada Peyvitta.
"Ah, banyak omong lo!"
Byur
Clara menyiramkan minuman rasa blueberry milik Rani ke arah Peyvitta yang membuat muka serta seragam Peyvitta terkena minuman yang baru saja Clara siramkan.
"Sialan!" jerit Peyvitta.
"Makanya jangan macam-macam sama gue huh!" Clara benar-benar sudah emosi kepada Peyvitta.
"Sukurin wle!" Sela meledek Peyvitta, Sela merasa cukup puas akan apa yang sudah Clara lakukan pada Peyvitta.
"Udah guys cabut."
Sela dan juga Rani melangkahkan kakinya mengikuti langkah kaki Clara yang sudah dia langkah terlebih dahulu. Mereka bertiga meninggalkan Peyvitta di sini.