Waktu pembelajaran sudah habis, sekarang hampir semua siswi dan siswa sudah keluar dari kelasnya untuk segera pulang. Peyvitta juga sudah tidak sedang berada di dalam kelasnya.
Peyvitta berjalan ke arah gerbang utama SMA Permata. Sekarang Peyvitta tidak membawa motor ataupun mobil. Jadi, sekarang Peyvitta tidak berjalan menuju ke arah parkiran.
Peyvitta terus melangkahkan kakinya menuju ke gerbang utama. Peyvitta berjalan keluar dengan santai. Peyvitta terus berjalan di trotoar depan SMA Permata.
Peyvitta mencari di mana orang yang katanya akan menjemputnya sekarang. Peyvitta melihat ada seseorang yang tengah duduk dengan santai di atas motornya. Peyvitta kenal siapa orang itu.
Peyvitta melangkahkan kakinya menuju ke arah di mana dirinya melihat orang itu. Orang itu adalah orang yang dia cari.
"Hai. Kak Dev udah lama nunggu?" tanya Peyvitta.
Orang yang tadi Peyvitta lihat adalah Devian. Devian hari ini tidak pergi ke sekolah, karena sudah tidak ada kegiatan yang lainnya.
"Baru beberapa menit," jawab Devian.
"Oh bagus deh kalau Kak Dev gak nunggu lama," ucap Peyvitta dengan nada yang terdengar begitu santai. Devian menganggukkan kepalanya.
"Mau pulang kapan?" tanya Devian.
"Sekarang juga boleh," jawab Peyvitta. Peyvitta tidak ada acara apa-apa. Jadi, mau kapan pun dia pulang yang dirinya tidak akan merasa masalah.
"Ya udah yuk," ajak Devian.
Peyvitta menganggukkan kepalanya dengan santai. Devian memberikan helm-nya pada Peyvitta dan dengan santai Peyvitta menerimanya.
Peyvitta memakai helm itu terlebih dahulu sebelum Peyvitta naik ke motor Devian. Devian juga menggunakan helm-nya.
Devian menghidupkan motornya dan kemudian Peyvitta naik ke atas motornya. "Yuk," ucap Peyvitta. Setelah itu Devian langsung melajukan motornya menjauh dari area SMA Permata.
Seseorang mengukirkan sebuah senyuman palsunya saat melihat Peyvitta yang sekarang tengah pergi bersama dengan Devian.
Saat tadi Peyvitta menghampiri Devian, ada seseorang yang terus memperhatikan mereka berdua sampai akhirnya mereka pergi, tapi dirinya masih di tempat yang sama.
Dirinya masih di tempat awal yang dia pilih untuk memperhatikan Peyvitta yang tengah berbincang dengan Devian sebelum mereka pergi.
Dia merasa beruntung saat tadi dirinya tidak mengajak Peyvitta untuk pulang bersama.
Semula dirinya ingin menanyakan alasan kenapa Peyvitta tidak membawa kendaraan dan akhirnya dia ingin mengajak Peyvitta pulang.
Sebelum hal itu terjadi, dirinya terlebih dahulu melihat Devian yang tengah duduk dengan santainya di atas motor.
Dengan melihat Devian ada di depan SMA Permata, dirinya sudah yakin kalau alasan kenapa Peyvitta tidak membawa kendaraan, karena dirinya bersama dengan Devian.
Orang itu tersenyum miris dan kemudian menutup kaca helm-nya sebelum dirinya memutuskan untuk melajukan motornya menjauh dari area SMA Permata.
Lo sedang ada masalah dengan dia, tapi sikap lo saat di depan dia tidak menunjukkan kalau kalian berdua punya masalah.
*****
"Makan dulu yuk?" ajak sekaligus tanya Devian.
"Boleh," jawab Peyvitta enteng.
Devian terus melajukan motornya. Sekarang tujuannya berbeda. Sekarang Devian tengah melajukan motornya menuju ke sebuah tempat makan.
Devian melajukan motornya menuju ke tempat parkir Caffe ini. Peyvitta turun dari motor Devian setelah Devian menghentikan motornya di sana.
Peyvitta melepaskan helm-nya, Devian juga melakukan hal yang sama. Sekarang Peyvitta dan juga Devian tengah melepaskan helm yang semula mereka pakai.
Peyvitta memberikan helm-nya pada Devian untuk di simpan di atas motornya. Devian akhirnya turun dari motornya. Peyvitta dan juga Devian melangkahkan kakinya menuju ke dalam Caffe ini.
Mereka berjalan menuju ke tempat yang mereka ingin tempati. Peyvitta dan juga Devian memesan beberapa makanan dan minuman yang ingin mereka nikmati sekarang.
Mereka berbincang-bincang terlebih dahulu sebelum makanan mereka sampai. Mereka dengan santai berbincang, bahkan beberapa kali mereka bercanda.
Semakin lama mereka sebenarnya sudah sangat terlihat begitu cocok. Keduanya sudah saling nyaman.
Masing-masing dari mereka bisa saling melengkapi pasangannya. Mereka bisa mengerti apa yang sedang terjadi tanpa banyak menjelaskan.
Kedua dari mereka merasakan hal yang sama sekarang. Mereka tengah memikirkan apa yakin mereka bisa ikhlas saat melepaskan.
Aku gak yakin Kak kalau Kak Dev pergi apa kehidupanku akan terus berjalan seperti saat bersama dengan Kak Dev?
Apa mungkin gue harus meninggalkan lo? Bukan hal yang mudah bagi gue untuk bisa mendapatkan lo.
Mereka berdua sama-sama berarti di kehidupan pasangan mereka. Apalagi Devian. Devian begitu berarti bagi Peyvitta.
Hubungan mereka bisa mencapai di titik ini bukan melewati perjalanan yang begitu mudah, banyak hal yang mereka lewati bersama.
Jangankan menjalani hubungan mereka, sebelum mereka memilih untuk menjalin hal ini saja mereka banyak melewati berbagai rintangan.
Bukan hal yang mudah bagi Peyvitta untuk memilih Devian, karena ada sesuatu yang memberatkan hatinya sebelum dirinya memilih untuk menerima Devian sebagai pacarnya.
Hal itu juga dirasakan oleh Devian. Bukan hal yang mudah untuk bisa mendapatkan hati seorang Peyvitta. Dengan Peyvitta yang banyak disukai oleh cowok, membuat Devian sedikit sulit untuk mengambil hati Peyvitta.
Mungkin mereka yang mendekati Peyvitta tidak terlalu membuat Devian sulit untuk mendapatkan Peyvitta, tapi dia yang dekat dengan Peyvitta menjadi hal tersulit untuk Devian lewati sebelum bisa mendapatkan Peyvitta.
Mereka berdua sama-sama mempunyai rintangan yang harus mereka lewati untuk bisa mencapai di titik di mana mereka resmi bersama.
Setelah mereka resmi bersama, mereka juga tidak bisa dengan santai menjalani hubungan yang terus-terusan mendapatkan berbagai macam cobaan dan juga godaan.
Akan sangat disayangkan jika nantinya hubungan mereka harus berakhir dengan begitu saja.
Drttt drttt drrt
Handphone Devian bergetar. Devian melirik siapa orang yang memanggilnya sekarang.
"Gue angkat telepon dulu," ucap Devian.
Peyvitta menganggukkan kepalanya. "Silakan Kak," jawab Peyvitta.
Devian bangkit dari tempat duduknya dan kemudian melangkahkan kakinya menuju ke suatu tempat. Devian tidak berniat untuk mengangkat telepon itu di depan Peyvitta.
Melihat Devian yang memilih Peyvitta, membuat Peyvitta yakin akan sesuatu. Peyvitta yakin kalau orang yang menghubunginya sekarang pasti ada kaitannya dengan Devian yang harus tinggal di Australia.
Kalau tidak ada hubungannya dengan hal itu, Devian tidak akan mungkin memilih untuk mengangkat telepon itu di tempat yang lain.
Selera makan Peyvitta menjadi berkurang. Peyvitta lebih memilih untuk meminum minuman yang sudah dia pesan sambil menunggu Devian kembali.
Setelah selesai berbicara dengan orang itu, Devian kembali ke tempat di mana Peyvitta berada. Devian kembali duduk di sana.
Peyvitta dapat melihat kalau ekspresi Devian sekarang berbeda dengan ekspresi dirinya sebelum menerima telepon itu.
"Lo udah selesai makannya?" tanya Devian.
Peyvitta menganggukkan kepalanya. "Udah Kak," jawab Peyvitta.
Sebenarnya bukan selesai, tapi berhenti, karena dirinya sudah tidak ingin melanjutkan kegiatan makannya.
"Kalau gitu mau pulang sekarang?" tanya Devian.
"Boleh," jawab Peyvitta. Peyvitta tidak merasa keberatan akan hal itu.