Sekarang adalah hari Senin. Hari ini adalah hari pertama anak-anak kelas XII SMA Permata mengikuti kegiatan Ujian Nasional.
Peyvitta pagi ini sudah terbangun, padahal hari ini dirinya libur. Peyvitta sebenarnya tidak bisa tidur dengan begitu nyenyak.
Peyvitta masih selalu memikirkan Devian. Peyvitta masih bisa melihat kalau Devian tidak bisa begitu saja melupakan hal itu.
Peyvitta mengambil handphone-nya. Peyvitta melihat jam, sekarang waktu masih cukup jauh menuju dimulainya kegiatan ujian itu.
Peyvitta membuka salah satu aplikasi yang ada di handphone-nya. Peyvitta mengetikan sebuah nama sekarang.
Peyvitta berniat untuk menghubungi Devian. Peyvitta merasa tidak tenang pagi ini, Peyvitta seperti ingin mengucapkan suatu hal pada Devian atau mungkin nanti pada akhirnya Peyvitta hanya sebatas ingin mendengar suara Devian sampai akhirnya dirinya baru bisa tenang.
"Vitt?" Devian mengawali pembicaraan dengan Peyvitta kali ini.
"Hallo, Kak Dev sekarang di mana?" tanya Peyvitta.
"Gue lagi di parkiran sekarang," jawab Devian. Devian memang baru saja sampai ke parkiran.
Saat akan berjalan menuju ke arah ruangannya, Devian malah menerima panggilan, hingga akhirnya Devian lebih memilih untuk diam terlebih dahulu.
"Belum ke kelas, eh belum ke ruangan?" tanya Peyvitta.
"Belum, ada apa?" tanya Devian.
"Gak ada apa-apa," jawab Peyvitta. Peyvitta menjawab pertanyaan Devian dengan sebuah jawaban jujur.
Peyvitta memang tidak mempunyai tujuan yang penting saat sekarang dirinya menghubungi Devian.
"Oh, gue pikir ada apa."
"Enggak hehe, oh ya Kak semangat ya."
"Iya," jawab Devian.
"Aku gak mau Kak Dev mikirin hal itu, aku mau Kak Dev fokus sama ujiannya." Peyvitta mengungkapkan apa yang sedang dirinya rasakan.
Peyvitta memang ingin kalau Devian fokus saja pada ujian itu terlebih dahulu dan melupakan masalah itu selama Devian mengikuti ujian.
"Iya," jawab Devian.
Devian sedari tadi hanya mengucapkan kata 'iya' untuk kalimat yang sudah keluar dari mulut Peyvitta.
"Mangats ya Kak pacar ujiannya," ucap Peyvitta. Peyvitta berucap dengan nada yang terdengar begitu bersemangat.
Peyvitta benar-benar ingin Devian bisa fokus pada ujiannya. Peyvitta tidak mau kalau nanti pada akhirnya Devian merasakan sebuah penyesalan.
"Iya," jawab Devian. Lagi-lagi Devian hanya menjawab ucapan Peyvitta dengan satu kata itu.
Peyvitta terdiam sebentar. Peyvitta bingung bagaimana membuat Devian bisa mengikuti apa yang dirinya katakan.
Peyvitta mengalihkan panggilan yang semula hanya panggilan suara menjadi ke panggilan video.
Peyvitta memperhatikan wajah Devian sejenak. "Kak?"
"Apa?" tanya Devian. Devian bertanya dengan nada yang terdengar begitu lembut.
"Ada yang sayang sama Kak Dev," jawab Peyvitta.
"Siapa?" tanya Devian.
Dengan polosnya Devian bertanya akan siapa orang yang sayang pada dirinya, bahkan ekspresi yang Devian pasang terlihat seperti orang yang tanda tanya.
Devian tanda tanya bukan karena Devian antusias, tapi karena Devian bingung kenapa Peyvitta bisa tahu kalau ada orang yang sayang sama dirinya.
"Cewek," jawab Peyvitta.
"Cewek mana?" tanya Devian. Devian bertanya dengan nada yang terdengar begitu datar.
Peyvitta dengan seketika langsung terdiam saat Devian bertanya dengan menggunakan kalimat yang seperti itu.
"Memangnya Kak Dev punya berapa banyak cewek?" tanya Peyvitta. Setelah Peyvitta bertanya seperti itu, Devian tampak terdiam.
Devian tidak sadar sama pertanyaan Peyvitta sebelumnya, makanya jawaban Devian juga seperti itu.
Peyvitta tampak menahan tawanya sejenak. Peyvitta ingin tertawa saat melihat wajah polos Devian saat mendengar pertanyaannya barusan.
"Gak ada lagi, cewek gue cuma satu."
Devian akhirnya menjawab pertanyaan yang sudah Peyvitta ajukan dengan jawaban yang seperti itu.
Pipi Peyvitta langsung blushing. Peyvitta dengan seketika terbang, karena jebakannya sendiri.
Peyvitta padahal semula sudah tahu akan hal ini, tapi saat mendengar Devian menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang seperti itu, dirinya serasa dibuat terbang.
"Ya itu," ucap Peyvitta. Peyvitta kebingungan mengungkapkan apa yang ingin ia bicarakan.
"Apa?" tanya polos Devian.
Peyvitta akhirnya terdiam sendiri. Peyvitta bingung bagaimana menjelaskan atau mengungkapkan semuanya.
"Ya ada yang sayang sama Kak Dev," jawab Peyvitta.
"Siapa?" tanya Devian lagi. Devian sepertinya begitu asyik menggoda Peyvitta.
"Cewek Kak Dev lah," jawab Peyvitta. Peyvitta tampaknya sudah mulai kesal sama pertanyaan yang terus Devian ucapkan.
"Jadi?" tanya Devian.
Peyvitta benar-benar merasa kesal saat Devian bertanya dengan menggunakan kata itu.
Dengan Devian bertanya seperti itu, Devian seolah ingin meminta kesimpulan dari apa yang sudah dia bicarakan sebelumnya.
Peyvitta menarik napasnya dalam-dalam. Peyvitta memperhatikan wajah Devian sejenak. Devian benar-benar ingin dirinya memberikan kesimpulan dari semua yang sudah dia ucapkan tadi.
"Aku sayang sama Kak Dev," ucap Peyvitta. Peyvitta berucap dengan nada yang terdengar dengan begitu lembut.
Nada yang Peyvitta gunakan terdengar begitu lembut, karena Peyvitta barusan mengucapkan kalimat itu tulus dari hatinya. Peyvitta mengucapkan apa yang dia rasakan.
Peyvitta memang menyayangi Devian bukan karena dirinya ingin memberikan semangat kepada Devian, tapi memang hal itulah yang Peyvitta rasakan.
Devian tampak mengukirkan senyumannya sebentar. Kalimat yang baru saja Peyvitta ucapkan terdengar begitu lembut di telinganya.
"Mangats ya. Aku selalu support Kak Dev, karena aku sayang sama pacar aku." Peyvitta berucap dengan nada yang terdengar penuh dengan kelembutan.
Peyvitta mungkin di depan umum terlihat biasa-biasa saja kepada Devian, tapi pada saat dirinya tengah berdua bersama dengan Devian, maka tidak mungkin jika Peyvitta tidak menunjukkan kasih sayangnya.
Devian tersenyum kecil. Devian memperhatikan wajah pacarnya sejenak. "Gue juga sayang sama lo," balas Devian.
Peyvitta menganggukkan kepalanya dan kemudian tersenyum dengan begitu lebar. "Ya udah sekarang Kak Dev ke ruangan Kak gih, mangats ya."
"Iya," jawab Devian.
Setelah itu sambungan terputus. Devian melangkahkan kakinya menjauh dari area parkir.
Sekarang Devian berniat untuk langsung menuju ke tempat di mana ruangan ujiannya berada. Ruangan ujiannya berbeda dengan ruangan kelasnya.
Peyvitta merasa lega setelah dirinya selesai telponan. Peyvitta berharap kalau Devian benar-benar bisa melupakan masalah itu sejenak.
Peyvitta ingin kalau Devian fokus pada ujian ini, karena mungkin hal ini bisa berpengaruh pada kelanjutan sekolahnya nanti.
Peyvitta juga tidak mau kalau nilai ujian Devian menjadi buruk, hanya karena Devian tidak fokus memikirkan ujian ini dan malah fokus memikirkan kepindahannya.
Peyvitta nantinya akan merasa bersalah dan nantinya Peyvitta akan merasa kalau dirinya adalah penyebab kenapa Devian bisa seperti ini.
Peyvitta tidak mau akan hal itu. Peyvitta ingin hal yang terbaik untuk orang yang selalu memberikan hal yang terbaik untuk dirinya.
Devian sekarang sudah berada di dalam ruangan ujiannya. Devian sekarang sudah duduk di depan layar monitor komputer.
Waktu ujian kurang lebih lima menit lai akan dimulai. Semua siswa dan juga siswi sudah bersiap-siap dengan perasaan yang tegang.
Pengawas yang ada di ruangan itu memberikan kode yang harus para siswi dan juga siswa yang ada di ruangan ini masukan.
Setelah mengisi identitas mereka, mereka juga menambahkan kode yang semula sudah pengawas itu berikan.
Satu menit lagi ujian akan dimulai. Mereka tengah menunggu instruksi dari pengawas untuk mengeklik start.
Start
Mereka sudah mengeklik start dan sekarang di layar monitor yang sedang mereka hadapi, langsung terdapat banyak soal.
Devian memperhatikan layar monitornya sejenak. Devian masih merasa sedikit ragu untuk mengisi soal yang ada.
Beberapa detik berlalu, bayangan saat Peyvitta menemani dirinya belajar, sampai tadi Peyvitta memberikan semangat untuknya, membuat Devian ingin bersemangat dalam hal ini.
Devian menarik napasnya dalam-dalam. Devian ingin melupakan hal itu dan pada akhirnya Devian ingin fokus pada soal-soal yang seharusnya dia isi.
Devian akhirnya mulai membaca soal yang pertama muncul. Devian langsung mengisi soal itu dengan pikiran yang cukup yakin akan jawaban yang ia pilih.
Di satu sisi Peyvitta tengah merasa tegang sambil memperhatikan jam yang menempel di dindingnya.
Peyvitta tahu kalau sekarang waktu untuk mengerjakan soal Ujian itu sudah dimulai.
Peyvitta tidak sedang ujian, tapi Peyvitta merasa begitu tegang. Peyvitta takut kalau di tengah-tengah saat Devian tengah mengerjakan soal-soal itu, Devian kembali teringat akan masalah itu.
Semoga semuanya lancar. Gue ingin yang terbaik.