Chereads / Alter Ego / Chapter 23 - 23.

Chapter 23 - 23.

*Pukul 15.00

Bel pulang sekolah berbunyi, tanpa basa-basi Davina langsung pergi ke rumah sakit tempat ibunya dirawat

Saat Davina sedang menunggu taxi, tiba-tiba Cheryl lewat menggunakan mobilnya. Walaupun masih SMA tapi Cheryl sudah di bolehkan membawa mobil oleh kedua orang tuanya

Cheryl adalah anak perempuan yang keras kepala dan sedikit nakal. Dia tak segan-segan membunuh siapa saja yang berani membuat harga dirinya jatuh didepan banyak orang

Davina hendak menyebrang jalan, dan dari kejauhan Cheryl sudah siap menabrak Davina

*1

*2

*3

Lalu Cheryl menginjak pedal gas mobilnya dalam-dalam

Argas yang berada tak jauh dari situ langsung turun dari motornya dan segera menangkap Davina dari belakang

"Lo gak papa??" Tanya Argas khawatir

"I--iya gak apa-apa.." Jawab Davina

Sedangkan tersangka utama langsung kabur dengan cepat membawa mobilnya

"Lo masih shock kayaknya, gue anter lo pulang. Rumah lo dimana?"

"E---enggak usah gak apa-apa, Argas"

"Lo itu cewek, bahkan tadi lo hampir celaka. Gua yakin ada oknum yang mau buat lo celaka, udah buruan gue anter"

Diam-diam ada yang membuat vidio atas percobaan pembunuhan pada Davina

"Gue yakin itu lo, Cheryl." Geram Amanda

***

"Makasih ya Argas.." Kata Davina sambil menundukkan kepalanya

"Panggil aja gas, btw gue ada disini, bukan dibawah"

Lalu perlahan Davina menengok dan melihat mata Argas

"Yaudah gue balik ya, lain kali hati-hati"

Diam-diam Davina tersenyum karena telah diperlakukan seperti itu pada ketua OSIS nya

Dia bergegas menuju ruang rawat ibunya, tapi disana dia hanya melihat neneknya seorang diri sambil menangis

"Nek? Kok nenek nangis?" Tanyanya khawatir

Lalu ia menoleh ke arah kasur ibunya

"Mamah kok gak ada nek? Mamah kemana nek??"

Bukannya menjawab, neneknya tetap menangis

"Nek!! Mamah kemanaa!??"

Adelia mencoba menenangkan dirinya lalu menjawab

"Mamah kamu dibawa ke rumah sakit jiwa sama kakek.."

Davina terdiam sambil mentikkan air matanya secara perlahan

Sakit? Tentu saja.

Lalu Davina mulai menangis kencang. Adelia yang melihat itu langsung memeluk cucu semata wayangnya

"Maafin nenek, nenek udah tahan kakek tapi dia bawa bodyguardnya.." Kata Adelia sembari menangis

Davina tidak menjawab. Menangis. Itulah yang dia lakukan

***

"Davina, makan malam yuk..nenek udah masakin nasi goreng kesukaan kamu"

Anak perempuan itu tidak menjawab, tapi ia langsung menuruti permintaan neneknya. Dia duduk di meja makan

Kemudian Adelia memberikan sepiring nasi goreng untuk Davina dan mulai makan malam

Davina terlihat diam dengan tatapan kosong, makananya hanya diaduk menggunakan sendok yang ia pegang

Lalu tak lama kemudian terdengar suara orang membuka pintu. Itu Devano. Yang baru saja selesai mengurus Agatha dirumah sakit jiwa

Melihat kakeknya pulang, Davina langsung pergi ke kamarnya yang berada di lantai 2

Devano yang melihat itu langsung terdiam. Dia yakin pasti Davina marah

"Ini kan mau kamu Dev"

Devano mengalihkan pandangannya dari Davina kini ke Adelia

"Maksud kamu?"

"Apa kamu gak mikirin perasaan Davina Dev? Sama saja kamu menghancurkan mentalnya secara perlahan.."

Lalu Adelia meninggalkan Devano sendiri di ruang makan

***

Devano menelfon asistennya untuk meminta tolong menghubungi perusahaan yang ingin bekerja sama dengannya

"Halo, maaf saya mengganggu waktu kamu istirahat. Saya minta tolong sama kamu besok untuk menghubungi pihak yang bersangkutan untuk bertemu saya. Saya ingin mengenal dan membicarakan lagi"

"...."

"Jam 10 ya"

"...."

***

"Nek, kek..aku pamit sekolah ya"

"Davina, tapi kamu belum sarapan.." Sahut Adelia dari dapur

"Aku sarapan di sekolah aja" Jawab Davina sambil tersenyum paksa

Adelia tetap lanjut menyiapkan sarapannya untuk Devano

Mereka berdua sudah berada di meja makan

"Aku memang kirim Agatha ke rumah sakit jiwa. Tapi aku minta sama pihak rumah sakit untuk menyembuhkan Agatha dalam waktu 1 bulan, jika Agatha belum sembuh dalam waktu 1 bulan maka aku akan minta ganti rugi dari pihak rumah sakit. Berapa pun biayanya."

Suara Devano memecah keheningan diantara mereka berdua. Lalu Adelia mulai berani menatap Devano

"Alasan aku bawa paksa Agatha karena aku gak mau liat Agatha nyiksa dirinya sendiri..aku juga gak tahan ngeliat Agatha dihina orang-orang, aku tau mungkin caraku salah tapi aku bersumpah aku akan ngelakuin apapun untuk keluarga kita. Apapun, berapa pun itu. Tolong kasih aku sebuah kepercayaan untuk mengurus keluarga ini Del.."

Adelia tidak menjawab. Melainkan hanya tersenyum dan mengangguk

Setelah Devano selesai sarapan dia langsung menyiapkan berkas-berkas yang ingin dia bawa

Adelia melihat Devano yang sedang sibuk merapihkan tumpukan kertas dan juga laptopnya

"Aku mau ke kantor jam 11 ya Del, mau ada pertemuan penting"

"Kalau kamu capek bilang aku ya, biar aku yang gantiin kamu"

Devano tersenyum hangat

"Gak usah, aku masih kuat kok. Ini waktunya aku berjuang lagi buat keluarga kita, nanti pasti ada saatnya Davina yang menggantikan posisi aku"

***

Devano sudah sampai kantor, ia bergegas menuju ke ruang pertemuan

"Selamat pagi pak" Sapa asistennya dengan ramah

"Pagi, dia sudah datang?"

"Sudah pak, sekitar 5 menit yang lalu"

Devano segera merapihkan baju yang ia pakai

"Halo, selamat siang" Sapa Devano ramah

Yang disapa langsung berbalik badan

"Halo pak selamat siang juga"

Devano diam melihat orang yang ia temui

'Abian?' Gumamnya

Lalu dia melambaikan tangan didepan mukanya

"Pak?"

Devano langsung sadar ketika lelaki itu menyapanya

"Ah iya...maaf saya kurang fokus, kalau begitu silahkan duduk"

"Pak, apa bapak baik-baik saja?" Tanya asistennya

"Iya saya gak apa-apa, kalau begitu tolong siapkan berkas yang ada di tas saya"

Selagi menunggu asistennya menyiapkan berkas, Devano mencoba mengajak bicara partner bisnisnya itu. Agar tidak terlihat canggung

"Maaf pak..?"

"Arbian Aditya, panggil saja Adit"

'Persis seperti Abian, apa benar ini Abian?' Gumam Devano

Lalu Devano melihat sedikit coretan di lengan lelaki itu. Yang ia lihat huruf A. Devano mencoba berfikir keras mengingat segala sesuatu tentang Abian. Lamunannya menjadi terganggu karena asistennya memanggil

"Pak, ini berkasnya"

Devano mencoba untuk profesional, dia harus mementingkan pekerjaannya. Ini bukan saatnya dia membahas masalah pribadinya. Fikir Abian

*2 jam kemudian

Setelah selesai pertemuan, Devano bergegas ke parkiran mobil. Dia ingin menjenguk Agatha di rumah sakit

Lalu dia bertemu dengan seseorang

"Pak Devano"

"Pak Adit" Jawabnya sambil tersenyum

"Pak Devano mau kemana? Keliatan buru-buru sekali"

"Ah iya pak Adit, saya mau ke rumah sakit menjenguk anak saya"

"Kalau lagi di luar kerjaan panggil saja Adit pak, oh ya anak bapak sakit apa?"

Devano sempat diam

"Dia..depresi berat karena kehilangan sosok yang sangat ia cintai"