"Yaudah kamu mandi gih buruan, nanti masuk angin terus kita makan yang hangat karena mamah aku udah siapin dibawah"
Davina hanya diam menatap ke bawah
Amanda menarik nafas dalam-dalam
"Aku tau apa yang ada di fikiran kamu Vin...stop untuk gak enakan sama aku. Stop untuk selalu berfikir bahwa kamu cuma nyusahin aku doang. I said it was BIG WRONG. Aku seneng bisa jadi temen kamu bahkan sahabat kamu, aku gak pernah berfikir kalau kamu cuma jadi beban doang untuk aku"
Amanda adalah tipe perempuan yang bisa dibilang pendiam dan bisa dibilang banyak bicara. Dia akan banyak bicara hanya pada orang terdekatnya
"Amanda, Davina..sini makan udah tante buatin chocolate panas sama sup"
"Oke mah"
"Iya tante" Kata Davina sambil malu-malu
***
"Halo nek, aku Amanda aku cuma mau kasih tau kalau malam ini Davina izin nginep di rumah aku ya nek..soalnya tadi dia sama aku kehujanan jadi langsung aku bawa ke rumahku"
"..."
"Iya nek, nanti aku kasih tau Davina kalau gitu makasih ya nek"
Telfon diputus dari kedua belah pihak
"Vin kata nenek kamu jangan tidur malam-malam, tapi justru aku mau ajakin kamu begadang"
"Hmm maaf ya Man, aku lagi mau tidur lebih awal"
"Ohh gitu ya...yaudah gak papa kok"
"Maaf ya man"
"Iya Davina, gak apa-apa yaudah kamu tidur gih"
"Hehe iya, aku duluan ya manda...good night"
***
"Nenek...kakek..aku pulang..." Sapa Davina
"Haii sayangnya nenek...kamu udah sarapan belum?"
"Belum nek ehehe"
"Yaudah kamu makan abis itu mandi yaa nenek udah siapin sarapan"
"Ok nek oh iya kakek kemana?"
"Dia ke kantor jam 6 tadi, katanya ada yang harus dia urus"
"Pagi-pagi banget nek?"
"Iya, dia keliatan sibuk banget 2 hari ini..yaudah kamu makan Davinaa malah ajak nenek ngobrolll"
"Oh iya hehehe"
Selesai makan dan mandi Davina memeriksa keadaan ibunya yang masih tetap diam di kamar lalu ia memutuskan untuk menggambar di ruang tengah sambil mengisi waktu luangnya
Adelia menemani cucu semata wayangnya itu agar dia tidak merasa bosan
"Nek, kapan ya mamah sembuh?" Pertanyaan itu selalu menjadi topik awal pembicaraan Adelia dengan Davina
"Kita udah usaha dan juga berdoa, nenek yakin setelah ini pasti ada pelangi untuk kita" Ucap Adelia sambil tersenyum
***
Walaupun sudah tidak muda lagi, Devano masih tetap membereskan berkas-berkas yang ada diatas mejanya
*Tok tok tok
"Iya masuk"
"Permisi pak, apakah bapak tidak ingin pulang? Ini sudah larut malam"
Lalu Devano memeriksa jam yang menempel di pergelangan tangannya.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan buru-buru Devano cek gadget yang ia letakkan diatas meja dan ternyata ada banyak sekali panggilan dari Adelia
"Lebih baik bapak pulang saja pak, ibu juga sudah menelfon saya barusan menanyakan kabar bapak" Lanjut karyawannya
"Huhh yaudah saya minta tolong kamu beresin ini ya, nanti tolong kamu kirim datanya ke email saya ya biar saya cek di rumah
"Baik pak"
"Terima kasih ya"
"Iya pak sama-sama"
Devano membawa mobil dengan sedikit kencang sedangkan keadaan diluar sedang hujan yang cukup deras, lalu tiba-tiba ada yang mencuri perhatiannya
Dia menangkap siluet tubuh laki-laki yang tidak asing di matanya sedang lari bersama seorang perempuan dibawah hujan yang cukup deras
"Abian?"
*Ttin!!
Mendengar suara klakson mobil dari belakang, Devano langsung menginjak rem mobilnya dalam-dalam
Dia memberhentikan mobilnya sebentar di pinggir jalan, menarik nafas dalam-dalam dan menenangkan diri
"Mataku salah liat kali yaa?" Tanyanya pada diri sendiri
"Tapi...ah sudahlah, gak mungkin Abian masih hidup"
Lalu Devano melanjutkan perjalanannya
***
Devano memasuki rumahnya yang sudah gelap, mungkin semua sudah tidur fikirnya
Lalu ada seseorang yang menyalakan lampu tiba-tiba
"Adel? Kamu belum tidur?"
"Mana mungkin aku bisa tidur nyenyak kalau kamu gak ada dirumah Dev..."
"Maafin aku ya, tadi hp nya aku silent jadinya aku gak tau"
"Hm iya gak papa Dev, lain kali hp nya jangan di silent lagi ya...oh iya kamu udah makan belum?"
"Belum hehe"
"Dev kamu itu udah tua masih aja telat makan"
"Gak usah pake tua nya dong Del...."
"Hehehe, yaudah kamu mau makan apa? Aku masakin"
"Yang gampang aja, nasi goreng favorit aku"
Sambil menunggu Adelia memasak, Devano mengganti baju dan membersihkan dirinya
Selesai membersihkan diri ia langsung kembali ke meja makan
"Kamu walaupun udah tua masih kuat ya masakin aku, aku jadi kagum sama kamu"
"Ini udah kewajiban aku Dev...lagi pula ada Davina dan Agatha, gak mungkin kan aku suruh Davina masak. Aku mau dia fokus belajar"
Selesai Adelia berbicara, selesai juga nasi gorengnya untuk Devano
"Rasanya gak berubah hihihi" Kata Devano sambil memamerkan gigi ratanya
Lalu Devano diam karena dia teringat tentang laki-laki yang ia temui di jalan tadi
"Dev?" Satu kali
*Dua kali
"Devano!!"
"Ah iya-iya, kenapa Del?"
"Kamu yang kenapa Dev.....kenapa bengong?"
"Ohh gak ada apa-apa kok"
"Yakin? Aku tau kamu lagi bohong Dev"
"Hmm iya-iya, aku tadi lagi nyetir terus tiba-tiba aku liat cowok yang mirip banget sama Abian"
"Karena tadi hujan, jadinya buram" Lanjutnya
"Kamu yakin itu Abian Dev?"
"Kalau yang aku liat dari tubuhnya bahkan cara larinya, semua mirip banget sama Abian..tapi tadi kan lagi hujan mungkin aku salah liat kali ya"
"Yaudah gak usah dipikirin Dev"
*Tting
Bunyi berasal dari hp Devano, langsung ia cek hp nya
"Dev, lanjutin makanannya"
"Iya sebentar ya, ini kerjaan"
"Ini udah hampir jam 12 malam Dev..."
"Aku cuma cek aja kok, besok pagi baru aku kerjain"
"Soalnya lagi ada rencana buat kerja sama, sama perusahaan besar" Lanjutnya
"Good luck Dev" Kata Adelia sambil memegang pundak Devano
"Thank you" Balas Devano sambil memegang tangan Adelia sembari tersenyum
***
Adelia sedang memainkan hp nya di kamar, membongkar isi beranda di sebuah aplikasi
Lalu ia tertarik dengan suatu postingan seseorang yang tidak ia kenal
Davina perhatikan dalam-dalam foto lelaki yang berada di samping wanita itu. Matanya, senyumnya, dan tubuhnya.
"Papah?" Gumamnya
"Apa benar ini papah?"
Davina ragu jika itu adalah papahnya. Di satu sisi semua yang ia lihat dari lelaki itu sangat mirip dengan papahnya, tapi di sisi lain nama lelaki itu Aditya Arbian
Tapi firasatnya mengatakan bahwa itu adalah sosok laki-laki yang ia butuhkan selama ini
"Kalau ini papah kenapa dia gak pulang? Kalau ini papah kenapa dia gak kembali sama mamah?"