"Hai sayang"
"Haii Put"
"Kamu keliatan sibuk banget, lagi apasih sayang?"
"Ini lagi rapihin berkas-berkas sama cek ulang data karyawan"
"Ohh, kamu udah makan siang?"
"Belum hehe"
"Ihh makan siang dulu ayo sekarang makan siang aku temenin"
"Nanti aja ya? Nanggung banget bener deh"
"Tapi kamu bener makan yaa?"
"Iya bener, janji"
"Awas aja bohong"
Keinginan Putri beberapa tahun yang lalu di kabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Abian amnesia
*Beberapa tahun yang lalu
Putri sedang tidur menjaga Abian yang masih belum sadar lalu tiba-tiba Abian kejang lagi dengan sangat hebat
Putri yang melihat itu langsung panik memanggil dokter
"Abian harus kita operasi secepatnya karena ada penyumbatan di sarafnya dan saya yakin itu yang menyebabkan dia tidak sadarkan diri selama ini"
"Lakukan apapun untuk selamatkan dia dok, saya mohon"
"Baik, kami akan lakukan semampu kami"
*1 jam
Putri menunggu dengan cemas diluar, berharap bahwa tidak akan terjadi apa-apa
"Ya Tuhan tolong selamatkan orang yang aku cintai, aku ingin bersama dia lagi seperti dulu"
Tak lama Putri selesai berdoa, dokter keluar dari ruang operasi
"Dok, gimana kondisi Abian?"
"Operasinya berjalan dengan lancar, tapi..."
"Tapi apa dok?"
"Tapi kemungkinan besar pasien akan mengalami amnesia permanen"
"Permanen dok?"
"Iya, tapi Anda bisa membawanya lagi ke sini setiap 2 bulan sekali untuk mendapatkan terapi agar ingatan pasien bisa kembali walaupun secara perlahan"
"Lalu kapan dia bisa sadar dok?"
"Sekitar 2 sampai 3 jam kedepan dia akan sadar"
"Iya, terima kasih dok" Katanya melemah
"Hubungi saya jika ada perkembangan pada pasien, kalau begitu saya permisi"
Putri memasuki ruangan yang berisikan lelaki yang ia cintai
"Abian..." Dia menggenggam tangan besar itu dengan erat
"Entah aku harus senang atau sedih. Soal amnesia kamu, aku gak nyangka kamu bener-bener amnesia, aku minta maaf udah doain kamu yang buruk"
"Aku sedih kamu lupa sama kenangan kita dulu, tapi aku juga seneng karena aku bakalan terus sama kamu"
Lalu fikirannya yang ambisius mulai memengaruhi Putri
"Abian, kita bisa mulai dari awal aku janji gak akan selingkuhin kamu lagi aku janji. Kita mulai dari awal lalu kita menikah, aku gak peduli sama amnesia kamu bahkan aku bersyukur kalau amnesia kamu akan permanen"
Karena sifatnya yang terlalu ambisius, terkadang Putri menjadi sering kehilangan sosok jati dirinya sendiri. Bahkan karena sifat ambisiusnya terlalu besar, dia sering mendengar seseorang berbicara bahwa hanya Putri yang pantas mendapatkannya
Putri yang sedang tidur mulai merasakan tangan yang ia genggam bergerak
"Abian?"
Lalu Putri buru-buru memanggil dokter
Dokter menyuruh Abian merespon gerakan tangannya agar mengetahui pasien ada gejala lain atau tidak
"Apa kamu tau nama kamu sendiri?"
Dia menggeleng
"Apa kamu tau perempuan ini siapa?" Dokter menunjuk Putri
Lagi-lagi dia hanya menggeleng
"Kamu bisa ikut dengan saya ke ruangan untuk membicarakan lebih lanjut tentang kondisinya, sus tolong jaga pasien ya"
"Baik dok"
Putri mengikuti dokter untuk ke ruangannya
"Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, pasien mengalami amnesia dan kemungkinan akan permanen"
"Apa ingatannya bisa pulih dok?" Tanyanya berpura-pura cemas
"Selagi kita berusaha dan berdoa saya yakin ingatannya akan pulih"
'Bahkan aku berharap dia akan amnesia selamanya' Putri yang berbicara dalam hatinya
"Kalau begitu saya akan buatkan resep obat untuk membantu menguatkan daya ingat dan juga memulihkan kondisinya"
"Dok, kapan pasien bisa pulang?"
"Jika kondisinya terus membaik maka lusa sudah bisa pulang"
Putri menebus resep obatnya ke apotik lalu langsung kembali lagi ke ruangan Abian
Dia melihat Abian yang sedang diam memandangi sekitarnya. Putri menghampiri Abian sambil tersenyum
"Hai, aku seneng kamu udah siuman" Katanya sambil tersenyum
"Kamu siapa?" Tanya Abian
"Aku Putri"
"Putri?"
"Iya, aku Putri"
"Ada hubungan apa antara kamu dan aku?" Katanya mengintimidasi "Lalu siapa namaku?"
"Hmm a--aku--aku pacar kamu, dan nama kamu A--A--Aditya Arbiyan iya Aditya Arbian"
"Aditya? Pacar?"
"Jangan terlalu maksain ingatan kamu ya Dit aku gak mau kamu kenapa-kenapa, dan aku memang pacar kamu kita pacaran udah 1 tahun"
Abian merasa semakin bingung dengan semuanya, dia berfikir bahwa seperti ada yang aneh di kepalanya
"Adit, kamu kan baru siuman sekarang kamu istirahat ya. Kata dokter kalau kondisi kamu semakin membaik, lusa udah boleh pulang"
Abian yang tidak mengerti apa-apa hanya menuruti omongan perempuan yang ada didepannya
*Prang!
Devano dan Adelia yang mendengar suara pecahan barang langsung menghampiri ke sumber suara
"AAAAAAA!!!" Tangisnya
"Sayang...Agatha udah Agatha" Kata kedua orang tuanya
"Minggir!!! Aku mau mencari Abian!!!" Katanya sambil marah
"Kita kurung dia di kamar, sekarang." Kata Devano tegas
Adelia yang sudah bingung ingin melakukan apa hanya menuruti permintaan suaminya
"LEPAS!!!!" Kata Agatha memberontak
Kedua orang tuanya itu tetap membawa anaknya untuk di kurung dikamar
"Cepet kunci pintunya!!" Kata Devano
Dengan terpaksa Adelia mengunci pintu sambil menangis
"Maafin mamah Agatha...maafin mamah..." Tangisnya semakin kencang
Devano langsung mengambil benda yang berada di saku celananya
"Saya butuh 2 orang untuk menjadi bodyguard di rumah saya, sekarang."
"Bodyguard? Buat apa kamu panggil bodyguard?"
"Aku gak mau Davina menjadi terpengaruh karena ibunya sendiri, tenaga kamu dan aku udah gak sekuat dulu Del. Aku cuma mau yang terbaik buat kita"
"Saya tugaskan kalian untuk menjaga didepan pintu kamar ini, jangan biarkan dia kemana-mana sekalipun keluar dari kamar ini"
"Baik pak"
Bodyguard yang di telfon oleh Devano sudah tiba 5 menit yang lalu, ia berharap adanya bodyguard pribadi untuk Agatha dapat membantu ia dan Adelia
Didalam kamar terdengar suara yang sangat berisik, bahkan Agatha mengetuk pintunya dengan sangat kencang
"Halo selamat siang saya Devano, apakah ada dokter psikiater yang handal dalam menangani alter ego?"
"Kalau begitu saya tunggu besok siang dirumah saya, untuk alamatnya akan saya kirim melalui pesan"
"Apa-apaan kamu Dev? Buat apa kamu telfon psikiater? Gimana ka---
"Ini salah satu usahaku untuk nyembuhin Agatha, aku mohon tolong ikuti aku. Kamu kira cuma kamu yang sedih? Kamu kira aku tega ngelakuin ini? Aku juga gak mau sebenarnya Del"
"Aku capek, aku mau istirahat" Kata Devano
"Nenek..."
"Mamah sakit lagi ya?" Kata Davina hati-hati
Buru-buru Adelia hapus air matanya "Ehh Davina udah bangun tidur yaa, kok gak panggil nenek?"
Davina tidak menjawab, melainkan dia menghapus jejak air mata yang sudah menetes dan memeluk neneknya
'Ya Tuhan, setidaknya Davina lah yang menjadi alasanku untuk menjadi kuat selama ini' Kata Adelia dalam hati