"Aku lapar." Ungkap Liony.
Eva, Lyora dan Elish tidak menyahut. Mereka terus berjalan hingga akhirnya sampai di kantin Fakultas Seni. Keadaan kantin itu saat ini tidak begitu ramai, hanya beberapa meja saja yang sudah ditempati.
"Roti lapis dan air lemon." Ucap Eva sembari duduk.
Lyora dan Liony duduk serempak di kursi yang berhadapan. Hanya Elish yang belum duduk. Eva, Lyora dan Liony memandang Elish dengan tatapan penuh arti.
Elish hanya bisa menghela napas dan menatap mereka datar, "Baiklah." ucapnya kemudian berjalan menuju tempat pemesanan makanan.
"Elish!" Panggil Lyora, "Tolong pesankan jus cranberry untukku." serunya saat Elish berbalik, "Tanpa pemanis." sambungnya.
Elish tidak menyahut dan kembali berjalan menuju tempat pemesanan.
"Tolong beri aku satu roti lapis telur, tiga roti lapis sayur, dua air lemon, satu jus cranberry tanpa pemanis, dan satu botol air mineral." Pinta Elish pada salah satu pria pekerja kantin yang berhadapan dengannya.
"Jus cranberry tanpa pemanis?" Tanya pria pekerja kantin itu.
"Iya."
"Kau yakin?"
"Iya."
"Baiklah. Silahkan ke tempat dudukmu, kami akan mengantarkannya nanti." Ucap pria itu.
"Terima ka-"
"Tunggu! Tolong tambahkan satu roti lapis telur dan segelas latte." Itu Lucas, seorang yang memotong ucapan terima kasih Elish.
"Baiklah. Silahkan menunggu." Ucap pekerja kantin itu sambil tersenyum hangat.
Elish dan Lucas mengucapkan terima kasih kompak kemudian berjalan bersama menuju tempat ketiga teman Elish duduk.
"Hey, manis~" Sapa Lucas sembari merangkul bahu Elish dan tersenyum enteng, "Bagaimana keadaan rumahmu? Apa perlu aku datang dan bersih-bersih lagi?"
Elish tidak menjawab dan hanya menatap datar Lucas. Sahabat kecil Elish itu tertawa renyah melihat reaksi Elish. Benar-benar datar.
"Oh, jaketmu. Aku belum mencucinya. Aku malas." Ucap Elish jujur.
"Malas?" Tanya Lucas memastikan pendengarannya yang ia kira salah.
Elish mengangguk, membuat Lucas kembali tertawa, "Tidak perlu terlalu jujur begitu." ucapnya kemudian mengacak rambut Elish.
"Bagaimana bisa mereka mengaku tidak berpacaran tapi bertingkah menjijikkan begitu di tengah kampus ini." Ketus Liony sambil memandang jijik ke arah Elish dan Lucas yang berjalan bersama tak jauh dari tempat ia, Eva dan Lyora duduk.
"Tapi sepertinya mereka memang tidak berpacaran." Ucap Lyora. Gadis itu memangku dagu dengan tangan kanannya tanpa mengalihkan pandangannya dari Elish dan Lucas.
Eva dan Liony menoleh pada Lyora serempak, "Kenapa kau berpikir begitu?" tanya Liony.
"Kau lupa? Elish, kan suka pada Jovan." Ujar Lyora.
Liony mengangguk, "Ah, iya benar. Dia suka pada Jovan. Siapa pun Jovan itu, dia berhasil membuatku iri karena Elish rela memakai media sosial untuk menemukannya." ucap Liony, "Memangnya sehebat apa Jovan itu bisa meruntuhkan prinsip Elish begitu." sambungnya.
Tiga gadis itu kembali diam dan menatap ke arah Elish dan Lucas yang jaraknya semakin dekat dengan mereka.
"Haahh..." Liony menghela napas, "Aku masih tidak percaya Elish bisa menyukai seseorang."
***
"Permisi.." Suara seorang wanita terdengar. Egha yang sedang berbicara dengan Shena menoleh ke sumber suara, begitu juga dengan Shena. Dokter dan perawat itu mendapati seorang wanita paruh baya dengan seorang gadis kecil yang bergenggaman tangan.
Itu Mary dan Sophie, ibu dan adik Jovan.
"Apa Anda wali saudara Jovan?" Tanya Shena.
"Iya benar." Jawab Mary sembari melangkah bersama Sophie mendekat ke arah Egha dan Shena.
"Apa Jovan baik-baik saja?" Mary menatap anaknya Jovan yang masih belum bangun dari komanya.
Egha tersenyum hangat, "Jovan baik-baik saja. Kami hanya memeriksa apakah tingkat kesadarannya sudah meningkat atau belum." jelasnya.
Sophie menarik jas Egha dari bawah dengan tangan mungilnya, "Lalu bagaimana hasilnya, Dokter?" tanyanya polos.
Egha berjongkok, menatap Sophie dan mengusap kepala adik Jovan itu lembut, "Kau adik Jovan?" tanyanya dan dibalas anggukan oleh Sophie, "Kau rindu padanya?" tanyanya lagi dan Sophie kembali mengangguk.
"Kakakmu Jovan masih belum bangun. Karena itu, kau harus menemaninya hingga ia bangun. Kau bisa melakukannya, kan?" Ucap Egha.
"Aku bisa." Balas Sophie dengan wajah yakin, Egha tersenyum lega melihat gadis kecil yang begitu menyayangi kakaknya itu.
Egha kembali berdiri setelah berbincang kecil dengan Sophie, ia menatap Mary, "Jovan masih belum menunjukkan reaksi apa-apa. Jadi saat ini kesadarannya belum ada peningkatan." ia kembali menjelaskan.
Mary hanya mengangguk dan menghela napas, ia lemas. Tubuh Mary tampak semakin kurus. Sejak kecelakaan yang menimpa Jovan, Mary tidak memiliki selera makan. Wanita itu hanya makan jika suaminya memaksa.
"Kalau begitu, kami permisi dulu. Selamat pagi." Ucap Egha kemudian melangkah keluar bersama Shena setelah Mary balas mengucapkan terima kasih pada dokter dan perawat itu.
Klek!
Pintu tertutup. Kini hanya Mary, Sophie dan Jovan yang ada di kamar itu.
Mary menatap sendu wajah Jovan yang terbaring lemah, ia mengulurkan tangannya getir dan membelai rambut Jovan dengan lembut, "Kami sangat merindukanmu." ungkapnya dengan suara bergetar menahan tangis, "Cepatlah bangun."
***
"Dua roti lapis telur, tiga roti lapis sayur, dua gelas air lemon, segelas latte, sebotol air mineral, dan segelas jus cranberry tanpa pemanis." Sebut pria pekerja kantin yang tadi berbincang dengan Elish dan Lucas sambil meletakkan pesanan satu per satu di tengah meja kantin yang dikelilingi Elish dan empat temannya.
"Apa ada yang kurang?" Tanya pria itu.
"Tidak ada. Semuanya sudah lengkap. Terima kasih." Jawab Elish dengan ramah.
Sang pria pekerja kantin itu tersenyum dan melangkah pergi meninggalkan gerombolan mahasiswa itu.
Elish dan empat temannya segera menyantap roti lapis sesuai pesanan masing-masing. Elish dan Lucas menyantap roti lapis telur, sedang Eva, Liony dan Lyora menyantap roti lapis sayur.
Jus berwarna merah menarik perhatian Lucas, "Ini.. jus cranberry?" tanyanya sambil menunjuk jus yang ia bicarakan.
"Ya." Balas Lyora singkat.
"Tanpa pemanis?" Tanya Lucas lagi.
"Ya." Lyora kembali membalas singkat.
"Kau meminum olahan buah ini tanpa pemanis? Kau yakin??" Lucas sedikit memekik.
Lyora menatap jengkel Lucas yang juga temannya itu, "Ya. Aku sangat yakin." ucapnya dengan nada datar.
"Uhm, itu... rasanya asam, pahit, uhm entahlah aku tak tahu bagaimana mendeskripsikan rasanya. Tanpa pemanis bukankah itu sangat.. uh.. berat? Maksudku, apa kau yakin bisa meminumnya tanpa pemanis?" Lucas bertanya lagi.
"Jika kau tidak diam juga, aku akan menuang semua jus ini ke dalam mulutmu secara paksa." Ancam Lyora.
"Okay, terserah. Aku hanya mengingatkanmu." Ucap Lucas sebelum akhirnya benar-benar diam dan beralih menikmati makanannya.
Elish, Eva dan Liony hanya tertawa melihat interaksi keduanya.
"Tapi.. kenapa kau tiba-tiba minum jus cranberry?" Kini Liony yang bertanya.
"Diet." Lyora kembali membalas singkat.
"Diet?" Liony, Eva, Elish dan Lucas bertanya serempak. Keempat teman Lyora itu menunjukkan wajah bingung.
"Kenapa kalian bersikap berlebihan begitu?" Lyora balik menatap wajah teman-temannya bingung.
"Kau ingin membuat tubuhmu jadi seperti ranting pohon?" Lucas kembali bersuara, seakan melupakan ancaman Lyora padanya tadi.
"Bukankah aku sudah menyuruhmu diam?" Ketus Lyora.
"Kemarin aku mendengar pembicaraan senior kita. Mereka bilang kalau jus cranberry sangat cocok untuk dijadikan minuman saat diet, aku juga cari infonya di internet dan akhirnya aku memutuskan untuk mencobanya. Para senior itu memang bilang kalau jus cranberry harus ditambahkan pemanis, tapi aku tidak ingin mengurangi khasiat buahnya. Jadi aku akan meminumnya tanpa pemanis." Jelasnya panjang lebar dengan penuh semangat. Eva, Liony dan Elish berhasil dibuat menganga oleh Lyora yang tampak mendambakan minuman dietnya yang baru, jus cranberry tanpa pemanis.
"Lucas, tutup mulutmu." Perintah Lyora saat Lucas membuka mulutnya yang tentu hendak bicara.
"Okay." Lucas menyerah dan memilih untuk menyesap lattenya yang sudah mulai dingin.
Dasar perempuan keras kepala. - Rutuk Lucas dalam hati.
***