Chereads / The Way Back Home : I'll Find Your Way Back Home / Chapter 40 - Tamu Tidak Diundang

Chapter 40 - Tamu Tidak Diundang

Pagi ini Peter menyibukkan diri di kamar dengan permainan online di komputernya. Matanya begitu fokus menatap ke layar komputernya, sedang jarinya sibuk dengan papan ketik di atas meja.

Ting!

Ponsel Peter berbunyi, satu pesan masuk. Peter melirik ke layar ponselnya. Matanya kembali fokus pada komputer saat melihat nama Lucky tertera di layar ponselnya.

Ting!

Ponselnya berbunyi lagi namun tak digubris.

Ting! Ting! Ting! ... Ting!

Ponselnya kembali berbunyi terus menerus hingga sepuluh kali, namun Peter masih mengabaikannya.

Drrtt..! Drrtt..! Drrtt..!

Kini sebuah panggilan yang datang. Peter melirik lagi ke ponselnya, nama Lucky kembali terlihat.

PERMAINAN BERAKHIR!

Demikian tulisan yang terpampang di layar komputer saat Peter kembali melihat ke layar komputer setelah panggilan dari Lucky berakhir.

"Tck!" Peter mendecak kesal, "Dasar anak sialan." umpatnya sembari meraih ponselnya kemudian bangkit dari hadapan komputernya dan melangkah keluar kamar.

Ceklek!

Peter menutup pintu kamarnya sambil menatap ponselnya.

"Hai." Sapa seseorang.

Peter mendongak, "Bagaimana caramu masuk?" tanyanya heran pada Lucky yang tersenyum ceria di hadapannya dengan ransel yang menggelantung di punggung anak itu.

"Ibu yang membawanya masuk." Seorang wanita menyahut, "Kebetulan Ibu melihatnya berdiri di depan rumah kita, jadi Ibu bawa masuk sekalian." jelas Mytha, ibu Peter dan Elish. Wanita itu berjalan menuju tangga.

"Bawa masuk sekalian? Memangnya anak ini paket kiriman?" Gumam Peter yang merasa aneh dengan kalimat ibunya.

"Eh, tunggu!" Seru Peter saat ibunya melangkahkan kakinya pada satu anak tangga, "Kenapa Ibu di sini? Bukannya Ibu bilang akan tinggal bersama nenek hingga tahun baru nanti?" tanya anak itu.

"Ibu hanya mengambil dompet ayahmu yang tertinggal." Ungkap Mytha kemudian melanjutkan langkahnya naik tangga menuju kamar tidur ia dan suaminya.

"Dompet? Bukankah ayah dan ibumu sudah pergi sejak dua minggu yang lalu?" Tanya Lucky, dibalas anggukan oleh Peter.

"Jadi Paman itu pergi selama dua minggu tanpa dompetnya?" Tanya Lucky lagi.

"Kau lupa? Aku kan sudah pernah bilang kalau kepala rumah tangga di sini sebenarnya adalah ibuku. Ayahku hanya sebagai topeng kepala rumah tangga." Ujar Peter.

Topeng? - Batin Lucky bingung.

Lucky berpikir, "Ah.. benar juga." gumam Lucky, menyetujui perkataan temannya, Peter.

Lucky teringat akan penjelasan Peter mengenai pekerjaan kedua orang tuanya saat Lucky menginap untuk pertama kalinya di rumah keluarga Peter sekitar empat atau lima tahun lalu. Lucky tidak begitu ingat apa yang membuat mereka membahas hal itu, yang jelas Peter memberitahu kalau ibunya adalah seorang dermatolog dengan gaji sebanyak lima kali lipat dari penghasilan ayahnya yang seorang guru sekolah dasar.

"Pulanglah." Ucap Peter, membuat Lucky membelalak tak percaya.

"Pulang? Aku berdiri di sini belum sampai lima menit dan kau sudah mengusirku?" Rengek Lucky.

"Pulanglah."

"Tidak mau."

"Lebih baik kau melangkahkan kakimu sendiri sebelum aku mengusirmu."

"Tidak mau."

"Pulanglah."

"Tidak mau!"

Kegiatan mengusir dan merengek antara Peter dan Lucky terus berlanjut. Bahkan kini Peter menyeret Lucky yang memeluk kaki kanannya erat sambil duduk di lantai.

"Lepaskan!"

"Tidak!"

Mereka saling berteriak hingga Mytha turun dan menatap mereka datar, "Kalian sedang apa?" tanya wanita itu.

"Bibi~!!" Seru Lucky sembari melepaskan pelukannya di kaki Peter kemudian berlutut di hadapan Mytha dengan kedua tangan yang mengatup, selayaknya orang yang memohon, "Kumohon ijinkan aku menginap di sini." mohonnya.

"Tidak." Balas Mytha dengan cepat, membuat Lucky terkejut dan menganga. Ini adalah pertama kalinya Mytha menolaknya menginap di rumah mereka.

"Pfftt!" Peter menahan tawa mendengar jawaban ibunya.

"Menginaplah di rumah Elish." Ucap Mytha, berhasil menghilangkan senyuman di wajah Peter, "Peter akan tinggal bersama Elish hingga kami pulang dari rumah nenek mereka."

Lucky menampakkan senyuman cerah dan bangkit berdiri, "Baiklah, Bibi! Terima kasih atas kemurahan hatimu. Aku akan menjaga Peter dan Nona Elish dengan segenap hatiku!" serunya penuh kepercayaan diri.

"Ayo." Ajak Mytha, membuat Peter yang masih tidak paham dengan perkataan ibunya menjadi linglung.

"Aku tak paham. Rumah Elish?" Tanya Peter.

"Siapkan barang-barangmu, kita pergi ke tempat Elish. Jangan lupakan seragam sekolahmu. Ayah dan Ibu pulang tahun depan. Tidak akan ada yang mengantarkan barang-barangmu yang tertinggal. Perlengkapan sekolahmu juga jangan lupakan." Ujar Mytha, "Ibu tunggu di mobil. Ayah dan Ibu ingin sekalian menyapa kakakmu sebelum kembali ke tempat nenek." sambungnya.

Peter berkedip, "Baiklah." ucapnya kemudian masuk ke kamar dan menyiapkan barang-barang yang ia butuhkan. Mulai dari keperluan sekolah hingga pakaian untuk sehari-hari ia siapkan dengan teliti.

"Melihat barang yang banyak ini, kau seperti sedang diusir dari rumah." Ungkap Lucky yang terperangah sejenak saat melihat barang-barang yang Peter siapkan untuk tinggal di rumah Elish.

Peter hanya menggidikkan bahu, "Apa boleh buat. Aku tak ingin merepotkan kakakku."

Lucky mengangguk paham, "Kau tidak membawa komputermu?" tanyanya saat matanya melihat komputer Peter yang belum dimatikan oleh sang pemilik.

"Kau gila? Untuk apa aku membawa komputer? Aku bawa laptop." Balas Peter, "Untung saja kau mengingatkan tentang komputer, aku belum mematikannya." sambungnya kemudian bergerak mematikan komputernya.

***

"Halo, Paman." Lucky menyempatkan diri menyapa saat melihat sesosok pria paruh baya yang berdiri di samping sebuah mobil yang terparkir di depan rumah keluarga temannya, Peter. Pria itu Nick, ayah Peter dan Elish.

"Oh, hai. Lama tak berjumpa." Ucap Nick balas menyapa Lucky yang tampak sibuk membantu Peter membawa barang yang banyak. Lucky hanya tersenyum dan mengangguk. Nick kemudian membuka bagian bagasi mobilnya dan membantu memasukkan barang anaknya ke dalam bagasi.

"Sudah lengkap semuanya?" Tanya Mytha setelah semua barang yang Peter dan Lucky bawa dimasukkan ke dalam bagasi.

Peter dan Lucky mengangguk kompak.

"Masuklah." Ucap Mytha kemudian masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang yang ada di depan.

Nick, Peter dan Lucky ikut masuk ke dalam mobil.

***

"Jangan repotkan kakakmu. Jangan biarkan dia membersihkan pakaianmu. Pergilah ke tempat penatu. Pergilah ke rumah makan atau kafe, jika malas pesanlah makanan. Dan juga bantu kakakmu membersihkan rumah, jangan hanya tidur dan bermain." Ujar Mytha panjang lebar.

"Baik, Bu." Balas Peter.

"Dan juga, blablabla..." Mytha terus memberikan pengarahan pada Peter. Peter mendadak berubah menjadi mesin penjawab otomatis dengan terus menjawab, "Baik, Bu."

Sesekali Peter tidak menjawab dan hanya mengangguk, sedang Lucky dan Nick hanya diam dan ikut mendengar titah dari Mytha.

"Besok hari ulang tahun Elish, dua November." Ujar Mytha setelah selesai dengan berbagai titahnya.

"Kalian harus merayakannya besok dan mengirimkan bukti pada Ibu. Hadiah untuk Natal yang kemarin Ibu titipkan diganti menjadi hadiah ulang tahun Elish saja. Hadiah Natal akan Ibu kirimkan bulan Desember nanti." Sambung satu-satunya wanita yang ada di dalam mobil.

"Baik, Bu." Balas Peter.

"Kabari Elish kalau kita akan datang. Beri tahu juga kau dan Lucky akan tinggal di di sana sampai kami kembali." Ucap Mytha.

"Baik, Bu." Peter kembali menjadi mesin penjawab otomatis. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan mengirimkan pesan pada Elish sesuai dengan yang ibunya perintahkan.

"Tapi, Bu. Lucky tinggal sampai kalian kembali? Apa maksudnya?" Tanya Peter.

Mytha menoleh ke belakang dan menatap Lucky, "Apa kau tidak ingin menginap bersama Peter hingga kami kembali?" tanya wanita itu.

"Tentu saja aku mau." Seru Lucky, "Tapi jika menginap setiap hari, aku sepertinya akan diusir oleh Ibu, haha." ujarnya, "Karena itu, akan akan menginap dua hari setiap pekan." jelasnya.

Mytha tersenyum senang, "Baiklah. Mengenai ijin dari ibumu, serahkan saja pada Bibi." ucapnya.

"Baik, Bibi~" Balas Lucky senang. Mytha kembali menghadap ke depan. Lucky menoleh ke samping dan mendapati Peter yang kini menatapnya horor.

"Hehehe.." Lucky hanya cengengesan tanpa mempedulikan tatapan horor yang dilemparkan Peter padanya.

***

Mobil keluarga Elish sampai di depan rumah Elish.

"Pintunya terbuka, aku masuk duluan saja. Sepertinya Elish belum baca pesanku, dia tidak membalasnya." Ucap Peter kemudian keluar dari mobil dan melangkah ke dalam rumah Elish.

Peter menatap jengkel ke dalam rumah Elish. Ia tak suka dengan pemandangan pertama yang menyambut kedatangannya pagi ini di rumah Elish. Jovan berbincang dengan Elish. Sungguh pemandangan yang tak sedap dipandang mata bagi Peter.

Adik Elish itu mendekat tanpa disadari Jovan maupun Elish, dua makhluk itu sibuk berbincang.

Saat ini Elish menatap Jovan datar, "Bodoh." umpat gadis itu, "Sekarang kau malah mendiskusikan perasaanmu 'padaku' denganku?" tanya Elish dengan nada yang ditekan saat mengucapkan kata 'padaku'.

Perasaan? Apa yang mereka bicarakan? - Batin Peter, ia semakin mendekat.

Jovan berkedip, "Lalu aku harus berdiskusi dengan siapa?" pria transparan yang duduk di sisi Elish itu bertanya balik.

Dasar roh menyebalkan. - Rutuk Peter dalam hati. Anak itu semakin mendekat dan berhenti di dekat meja yang dikelilingi oleh sofa di ruang keluarga rumah Elish. Ia berdiri dan menatap jengkel Jovan.

"Denganku. Berdiskusilah denganku, aku akan mencarikan alasan yang tepat, setelahnya aku akan membunuhmu." Ucap Peter.

Elish dan Jovan menoleh pada Peter bersamaan.

"Peter?" Elish sedikit kaget, namun ia menatap Peter biasa saja. Gadis itu teringat akan pesan Peter yang ia baca sekilas tadi.

"Kau?!" Jovan yang paling histeris.

"Ya. Ini aku. Apapun itu perasaanmu tentang kakakku, diskusikan denganku. Tak perlu sungkan." Ujar Peter tanpa berpaling dari wajah Jovan. Sungguh kalimat yang manis, namun caranya bicara dengan nada yang ditekan dan tatapan horor yang tak pernah berubah pada Jovan membuat kalimat itu menjadi ancaman tersendiri bagi Jovan.

"Hai, Sayang~!" Seru Mytha saat kakinya melangkah masuk ke dalam rumah Elish.

Mendengar suara ibunya, Elish sontak bangkit berdiri dan menatap ibunya yang semakin dekat dengannya, "Ibu??" pekiknya senang melihat kehadiran sang ibu.

Di belakang ibunya terlihat ayahnya, Nick.

"Ayah??" Pekiknya lagi tak kalah semangat, ia juga senang melihat kehadiran ayahnya.

Nick tersenyum hangat dan berjalan mendekat menuju Elish.

Mytha dan Nick memeluk Elish hangat secara bergantian. Mata Elish menangkap sosok teman Peter yang Elish ingat pernah menginap di rumahnya, Lucky.

"Oh? Teman Peter juga?" Seru gadis itu yang terkejut akan kehadiran Lucky pagi ini bersama keluarganya.

Lucky balas tersenyum dan menyapa Elish, tentu dibalas dengan hangat oleh Elish. Tercipta suasana hangat di ruang keluarga rumah Elish. Namun kehangatan itu tidak bisa dinikmati oleh satu sosok yang sejak tadi duduk dan mematung di atas sofa. Sosok tranparan yang membeku bahkan saat Peter mengucapkan kalimat terakhir sebelum Mytha masuk dan menghampiri Elish.

A-apa ini?! Reuni keluarga?! - Pekik Jovan dalam hati yang sangat terkejut oleh kedatangan keluarga Elish yang tiba-tiba.

***