Chapter 38 - Tertidur

"Mobil itu sudah melewati daerah ini lebih dari sepuluh kali dan kini malah berhenti di depan rumah Elish. Siapa dia? Penjahat?" Gumam Jovan sambil menatap mobil Lucas yang terparkir di depan rumah Elish. Pria transparan itu berdiri di balik jendela dan mengintip ke luar, seakan takut akan terlihat. Di dalam mobil yang terparkir di depan rumah Elish itu Jovan melihat Lucas yang tampak sedang berbicara sendiri.

"Dia bicara dengan siapa? Sendiri?" Gumam Jovan lagi.

"Tapi wajahnya tak asing." Jovan mengernyitkan dahi, tanpa sadar kakinya melangkah dan tubuhnya berhasil menembus dinding rumah Elish. Pria transparan itu mendekat ke mobil Lucas dan memasuki mobil itu. Ia duduk di kursi penumpang yang ada di samping kursi tempat Lucas duduk, kursi pengemudi.

"Ah.. laki-laki ini ternyata." Ujar Jovan sambil menatap lekat wajah Lucas yang kini sedang melamun.

"Apa yang dia pikirkan? Kenapa dia malah melamun di sini? Di mana Elish? Hei, mana Elish?" Tanya Jovan bertubi-tubi, tentu Lucas tak dapat mendengarnya.

Jovan menyilangkan tangan, "Ugh, tidak seru. Aku rindu Peter." keluhnya kemudian memejamkan mata dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang ia duduki.

"Tunggu." Jovan kembali membuka mata, "Apa aku barusan bilang rindu Peter?" ia membelalakkan mata, "Wah.. aku pasti sudah gila." kedua tangannya menutup mulutnya. Jovan benar-benar tak percaya dengan apa yang baru saja ia katakan. Merindukan Peter? Bukankah itu sangat mengerikan di saat kau merindukan orang yang sangat ingin membunuhmu?

"Tidak. Yang seharusnya kurindukan itu Elish, bukan Peter." Gumam Jovan menyadarkan diri.

Jovan termenung sejenak, "Tapi aku memang sedikit merindukan Peter, sangat menyenangkan membuatnya marah." ia kembali menggumam kemudian tertawa kecil saat mengingat wajah penuh kebencian yang dilemparkan Peter padanya setiap kali adik Elish itu marah.

Jovan kembali melihat ke arah Lucas, kini sahabat Elish itu kembali bicara sendiri.

"Kenapa aku malah mengingat kejadian itu? Ugh." Keluh Lucas yang baru saja tersadar dari lamunannya.

Lucas melirik ke arah jam tangannya, Jovan ikut melihat jam tangan itu.

"Sudah satu jam sejak aku pergi dari sana. Mereka kan hanya memesan minuman, kenapa lama sekali." Keluh Lucas kemudian memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya.

"Satu jam? Dari sana? Mereka? Apa yang kau bicarakan??? Hei jawab aku!!" Seru Jovan sedikit berteriak, namun Lucas tak bergeming.

"Jawab aku!!!" Teriak Jovan tepat di telinga Lucas, dan Lucas masih tak ada respon. Lucas bahkan tampak akan tertidur pulas.

Kesal karena tak direspon, Jovan dengan usilnya menempeleng pelan kepala Lucas, membuat Lucas tersentak.

"Apa itu tadi?" Gumam Lucas sambil menatap sekeliling, tidak ada siapa-siapa.

Jovan mendengus dan mengulas senyuman jahil, "Dasar bodoh." ejeknya. Kali ini ia senang karena tidak didengar oleh Lucas.

Melihat keadaan sekitar yang tampak aman dan kosong, Lucas memilih kembali memejamkan mata dan melanjutkan tidurnya. Jovan yang merasa bosan pun ikut tidur di samping Lucas. Tak butuh berapa lama hingga akhirnya kedua makhluk itu tidur dengan pulas.

***

Sudah satu setengah jam waktu berlalu sejak kepergian Lucas. Elish dan tiga temannya segera meninggalkan Stylish Caffe setelah Eva membayar tagihan pada kasir.

Empat gadis itu berjalan menuju rumah Elish.

"Gila." Ucap Lyora saat posisi mereka kini hanya tinggal beberapa langkah jaraknya dari rumah Elish.

Gadis itu mengumpat gila saat melihat mobil Lucas yang terparkir di depan rumah temannya, Elish.

"Kalau begitu, mobil yang bolak-balik melewati kafe sampai berapa kali itu memang mobil anak gila ini." Ujar Lyora sambil mengingat kejadian saat mobil Lucas terus melewati kafe hingga lebih dari sepuluh kali. Ia juga ingat saat mengatakan kalau mobil yang lewat itu adalah mobil Lucas namun dibantah oleh tiga temannya, dan ternyata ia benar, itu Lucas.

Elish, Eva dan Liony tertawa saat mendengarkan kata 'anak gila' yang baru saja Lyora lontarkan.

Tok. Tok. Tok.

Lyora mengetuk jendela mobil Lucas dan menerawang ke dalam, "Wah.. bisa-bisanya dia tidur." ucapnya.

Klek!

Elish membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam, diikuti oleh Liony dan Eva.

"Kau akan terus di sana?" Tanya Eva yang melihat Lyora masih sibuk menerawang ke dalam mobil Lucas.

Lyora menoleh, "Ah, hehehe." ia menyusul ketiga temannya dan ikut masuk ke dalam.

Elish berjalan menuju kamarnya saat tiga temannya asik dengan ponsel di ruang keluarga. Gadis itu segera melopat dan merebahkan tubuh di atas kasur tidur, ia melenguh saat meregangkan tubuhnya dan menggeliat di atas kasurnya itu.

"Ah, melelahkan." Gumamnya.

"Kenapa Jovan tidak muncul? Apa dia tidur?" Elish bertanya-tanya saat wajah Jovan mendadak muncul di kepalanya.

Elish bangkit dan berjalan menuju dinding yang membatasi kamarnya dengan kamar Peter.

"Jovan." Panggil Elish pelan, takut terdengar oleh teman-temannya. Tidak ada sahutan.

"Sepertinya dia memang sedang tidur." Tebak Elish kemudian kembali berbaring di kasurnya yang empuk.

Benar. Tebakan Elish benar. Jovan sedang tidur, tapi bukan di dalam kamar Peter, melainkan di dalam mobil Lucas. Lebih tepatnya ia tidur di samping Lucas di dalam mobil.

***

Waktu terus berjalan, tak terasa kini sudah pukul sembilan malam. Elish, Eva, Liony dan Lyora tampak segar setelah mandi dan kini hanya mengenakan piyama masing-masing. Keempatnya tampak asik dengan dunia masing-masing di kamar Elish. Elish duduk di kursi dan sibuk dengan buku catatannya yang berisi tentang Jovan, sedang tiga temannya asik dengan ponsel masing-masing.

Lucas dan Jovan? Mereka masih tampak menikmati tidur mereka yang nyenyak di dalam mobil.

"Bukankah sebaiknya kita membangunkannya?" Tanya Elish yang terlihat khawatir.

Eva, Liony dan Lyora menatap Elish bersamaan. Elish yang ditatap entah kenapa malah salah tingkah seakan dia mengucapkan kata-kata yang salah.

"Kau saja yang bangunkan." Ucap Eva. Liony dan Lyora mengangguk mantap seakan isi hati mereka telah terwakilkan oleh ucapan Eva.

Elish hanya menatap datar tiga gadis itu. Ia menutup buku catatannya dan menyimpan benda petak itu di dalam tas. Elish meraih ponselnya lalu bangkit dan melangkah keluar kamar.

Jovan!

Lagi-lagi wajah Jovan melintas di pikiran Elish. Ia merasa aneh, sejak tadi Jovan belum menampakkan dirinya. Di mana makhluk itu? Merasa gusar, akhirnya Elish memutuskan untuk memeriksa keadaan Jovan terlebih dahulu di kamar Peter.

Elish membuka pintu kamar Peter dan menghidupkan lampu. Kosong.

Deg!

Mana Jovan??

Tidak, saat ini ia tidak boleh panik. Kalau ia panik, teman-temannya akan membebaninya dengan berbagai macam pertanyaan. Elish menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan.

Aku bangunkan Lucas saja dulu. - Putusnya dalam hati lalu mematikan lampu dan menutup kamar Peter, ia langsung melangkahkan kakinya menuju ke depan rumahnya dan melakukan niat awalnya, membangunkan Lucas.

Tok. Tok. Tok.

Elish mengetuk jendela mobil Lucas. Tidak ada tanda-tanda sahutan dari dalam.

"Tidak biasanya dia sesulit ini dibangunkan."

Di dalam mobil, Lucas tampak begitu pulas. Sedang Jovan sudah menggeliat, tampak ia sudah bangun dari tidurnya. Pria transparan itu melihat sekeliling yang begitu gelap.

Jovan menatap ke arah luar jendela yang ada di dekat kursi pengemudi, tempat Lucas duduk dan terlelap saat ini. Ia menangkap sosok bayangan yang tak asing di matanya.

"Elish? Itu Elish?" Ia menyipitkan mata, bermaksud menajamkan penglihatannya, "Benar itu Elish!" serunya bahagia saat sadar kalau itu memang Elish. Ia segera melompat lalu menembus bagian depan mobil Lucas dan menghampiri Elish.

"Elish, kau sudah pulang? Yeay!" Jovan kembali berseru dan langsung memeluk Elish girang, "Aku merindukanmu." ungkapnya sambil mengeratkan pelukannya.

Jovan semakin berani.

Dari mana datangnya dia? - Batin Elish bingung akan kehadiran Jovan yang begitu tiba-tiba baginya.

"Y-ya, aku sudah pulang. Tapi tolong lepaskan aku." Ucap Elish sedikit terbata karena merasa sesak dengan pelukan Jovan yang terlalu erat.

"Baiklah." Jovan melepaskan pelukannya.

"Kau sedang apa?" Tanya Jovan.

"Aku ingin membangunkan Lucas." Jawab Elish.

"Ah, aku akan bantu." Ujar Jovan sambil tersenyum penuh arti.

"Hn?" Elish tak mengerti maksud Jovan. Membantu?

"Astaga!" Pekik Elish saat kepala Jovan dengan tiba-tiba menembus ke dalam mobil Lucas, ia sedikit bergidik ngeri melihat tubuh Jovan tanpa kepala.

Jovan yang memasukkan kepalanya ke dalam mobil tampak tersenyum jahil. Tangan kanannya yang juga menembus ke dalam diangkat olehnya dan, plak! Sebuah tamparan yang cukup keras mendarat di pipi kiri Lucas. Membuat sahabat kecil Elish itu tersadar dari tidurnya yang lelap.

"A-apa itu tadi??" Pekik Lucas kaget dan terbata sambil melihat sekeliling, tapi tidak ada apa-apa. Benar-benar aneh.

Jovan kembali ke posisi awalnya berdiri di samping Elish.

Mata Lucas berhenti menatap sekeliling saat melihat bayangan Elish di balik jendela mobilnya. Segera diturunkannya jendela mobilnya, "Elish?" ia berkedip dan melihat ke sekitar, "Sudah malam? Aku tidur hingga malam?" tanyanya tak percaya dengan keadaan yang cukup gelap.

Elish tidak menjawab dan malah berjalan masuk ke rumahnya, diikuti Jovan yang berjalan di sisinya, meninggalkan Lucas yang masih tidak percaya bahwa ia tertidur hingga malam.

"Bodoh." Celetuk Jovan kemudian tertawa meledek saat sudah benar-benar memasuki rumah bersama Elish.

***