"Kau gila?" Tanya Lucas pada Liony dengan ketus, wajahnya tampak kesal.
"Kekasih? Kau memang gila." Rutuk Lucas, membuat empat kawanan gadis dan juga Albert yang masih setia berdiri di samping meja mereka menatapnya heran.
"Gila? Kenapa kau tiba-tiba mengataiku gila? Bukannya yang gila itu kau?" Balas Liony yang tidak terima dikatai gila oleh Lucas.
"Tck!" Lucas mendecak, "Mau apa kau?" ia beralih bertanya pada Albert dengan nada ketus sambil menatap jengkel pria dengan seragam kafenya.
Albert tersenyum simpul, "Menyapa Elish." jawabnya santai.
Lucas memutar bola matanya malas, "Menyapa? Omong kosong." ketusnya, "Kau pasti ingin menculik Elish lagi, kan? Dasar parasit." umpatnya.
Lucas berhasil membuat Elish dan tiga temannya tercengang. Apa-apaan Lucas tiba-tiba mengumpat begitu pada Albert yang bahkan tidak akrab sama sekali dengannya.
"Lucas, apa kau gila?" Kini Elish bersuara. Ia tak tahan dengan kalimat yang baru saja Lucas lontarkan. Parasit? Apa karena kejadian tahun lalu? Jika benar maka itu sungguh kekanakan.
"Ugh! Aku pergi dulu." Ucap Lucas sembari beranjak dari tempat ia duduk dan memasukkan kamera ke dalam ranselnya, kemudian melangkah keluar meninggalkan kafe milik Albert itu.
Kling!
Suara dentuman lonceng kecil menjadi pertanda jelas bahwa Lucas benar-benar sudah keluar dari kafe itu.
"Menyebalkan!" Rutuk Lucas saat memasuki mobilnya.
"Menyapa, huh? Omong kosong macam apa itu?!" Keluhnya sambil mengendarai mobil, hendak kemana juga ia tak tahu pasti.
"Menyebalkan!" Ia kembali menyerukan kata yang sama, 'menyebalkan'. Pria itu bahkan beberapa kali menyerukan kata menyebalkan di dalam kepalanya.
Lucas benar-benar tidak tahu ke arah mana tujuannya, ia hanya mengelilingi daerah rumah Elish yang tak jauh dari Stylish Caffe. Bahkan sudah beberapa kali ia melewati Stylish Caffe.
***
Setelah lima kali berkeliling akhirnya Lucas menghentikan mobilnya. Di depan rumah Elish. Entah kenapa kakinya me-rem dan tangannya mematikan mesin mobilnya tepat di depan rumah gadis itu.
"Menyebalkan." Ia kembali mengucapkan kata 'menyebalkan' di mulutnya.
"Kenapa aku malah berhenti di sini?" Kini ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Lucas menghela napas lelah kemudian menyandarkan kepalanya pada bantalan kepala pada kursi mobilnya. Ia menatap ke depan, namun pikirannya kini melayang ke kejadian yang terjadi pada tahun lalu.
~ Flashback on ~
Sore itu suasana hati Lucas begitu bahagia. Pria jangkung itu duduk di salah satu kursi yang ada di Stylish Caffe. Di hadapannya terdapat kue tart dengan lilin yang ditancapkan mengelilingi bagian atasnya.
Lucas melirik ke jam tangan yang melingkar di perlengangannya. Benda itu menunjukkan pukul lima lewat lima belas menit.
"Elish akan datang, kan?" Gumamnya.
Benar. Ia sedang menunggu kedatangan Elish. Ini hari ulang tahun Lucas. Kue tart yang di hadapannya adalah kue ulang tahunnya. Ia dan Elish sudah membuat janji untuk merayakan ulang tahun Lucas di kafe yang ada di dekat rumah Elish ini. Elish bilang kafe ini adalah kafe kesukaan Elish karena suasananya yang tenang. Elish juga bilang kalau mereka akan mendapatkan potongan harga karena pemilik kafe ini cukup dekat dengan Elish. Meskipun Lucas tidak mengenal pemilik kafe yang Elish sebutkan, Lucas tetap menuruti kemauan gadis itu untuk merayakan ulang tahunnya yang ke 20 di kafe itu.
Menit demi menit berlalu, hingga kini berganti menjadi jam. Lucas kembali melirik jam tangannya untuk yang ke sekian kalinya. Sudah jam sepuluh malam. Namun Elish belum juga menampakkan sosoknya di hadapan Lucas. Suasana hatinya berubah buruk.
"Apa dia baik-baik saja? Setidaknya kalau dia tidak mau datang, beri tahu aku." Gumamnya gusar akan ketidak hadiran Elish.
"Haahh.." Sudah tak terhitung lagi berapa kali Lucas menghela napas.
"Dia bahkan tak mengangkat panggilanku." Gumamnya lagi sambil menatap layar ponselnya yang menunjukkan riwayat panggilan. Pada layar ponselnya itu tampak jumlah panggilan yang ia tujukan pada Elish, 25 panggilan. Dari 25 panggilan itu tak ada satu pun panggilan yang Elish jawab.
Lucas sempat terbesit di benaknya untuk menanyakan keadaan Elish pada orang tua gadis itu, tapi niat itu segera ditepisnya dari pikirannya. Ia tak ingin membuat keluarga sahabat kecilnya khawatir.
Lucas juga sebenarnya sudah beberapa kali bolak-balik ke rumah Elish dan kembali lagi ke kafe, namun Elish juga tidak ada di rumah. Sebenarnya Elish di mana?
"Maaf, Tuan. Kami akan segera tutup." Ucap salah seorang pelayan wanita pada Lucas yang kini telah menjadi pelanggan terakhir yang duduk sendirian di Stylish Caffe hari itu.
Lucas menghela napas lagi, "Aku mengerti." ia berdiri.
"Boleh aku meminta tolong untuk membuang kue itu?" Tanya Lucas lirih sambil menatap sedih pelayan yang ada di sampingnya itu.
Deg!
Dada pelayan itu terasa nyeri melihat tatapan Lucas yang begitu sedih, membuatnya merasa sangat iba.
"Baiklah." Balas pelayan wanita itu.
Lucas mengucapkan terima kasih kemudian segera melangkah lesu menuju kasir dan membayar tagihan akan makanan dan minuman yang dipesanannya selama menunggu Elish.
Ia langsung berjalan keluar kafe dengan lesu dengan kepala tertunduk setelah menyelesaikan urusannya dengan kasir.
"Lucas.." Lirih seseorang dengan suara yang tak asing.
Elish? - Batin Lucas.
Ia segera mendongak dan mendapati Elish yang berjalan terengah ke arahnya. Di belakang gadis itu tampak seorang pria yang tak dikenal Lucas.
Jujur Lucas merasa lega melihat keadaan Elish yang tampak baik-baik saja. Namun rasa kesal tak dapat disangkal olehnya. Bahkan kini ia merasa marah. Elish mengingkari janjinya dan malah datang di saat Lucas akan pulang. Ditambah lagi di sisi Elish malah terdapat seorang pria asing yang tak dikenalnya. Atau lebih tepatnya ia merasa cemburu.
Ia sebenarnya merasa baik-baik saja dengan keterlambatan Elish. Yang membuatnya marah adalah kehadiran pria asing itu. Siapa dia? Kenapa dia bersama Elish? Apa pria itu yang membuat Elish terlambat datang? Berbagai pertanyaan muncul di kepala Lucas secara beruntun. Wajahnya kini benar-benar muram.
"Lu..cas, maafkan aku.." Lirih Elish merasa bersalah karena terlambat datang.
"Kenapa minta maaf? Aku tidak menunggumu." Jawab Lucas berbohong dengan bodohnya.
Apa yang baru saja kukatakan?! Kalau tidak menunggu untuk apa aku di sini?! Lagi pula dia belum bilang minta maaf karena apa. Dasar bodoh!! - Batin Lucas mengutuk diri, sadar akan kebodohannya.
Elish terdiam. Ia tak tahu harus bilang apa. Apa Lucas sedang bercanda?
"Aku minta maaf.. karena tidak menepati janjiku. Aku tahu aku tak berhak, tapi jika kau mau aku akan jelaskan." Ujar Elish sambil menampakkan wajah sedih karena merasa bersalah.
"Aku akan pulang." Balas Lucas kemudian melangkah melewati Elish tanpa tampak akan menjawab permintaan maaf yang dilontarkan oleh Elish.
Lucas segera memasuki mobilnya dan mengendarai mobil itu dengan penuh rasa jengkel.
~ Flashback off ~
"Kenapa aku malah mengingat kejadian itu? Ugh." Keluh Lucas yang kini tersadar dari lamunannya.
Ia melirik ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul enam sore, "Sudah satu jam sejak aku pergi dari sana. Mereka kan hanya memesan minuman, kenapa lama sekali." keluhnya.
Lucas memejamkan matanya, berniat untuk beristirahat hingga Elish pulang ke rumah bersama tiga temannya.
***