Chapter 11 - Sibuk

Eva, Lyora, dan Liony duduk berdampingan. Membiarkan Elish duduk sendirian di hadapan mereka.

Ketiga gadis itu menatap Elish yang kini tertunduk diam.

"Sebenarnya... ada apa denganmu?" Akhirnya Liony yang duduk di antara kedua temannya.

"Daritadi kau sering tiba-tiba tertawa sendiri." Sambung Lyora.

"Seperti orang gila. Tidak, tidak. Seperti kerasukan." Sambung Eva lagi.

"Aku tidak apa-apa." Balas Elish tanpa melihat ketiga temannya. Matanya terlalu sibuk mengawasi Jovan yang terus mencoba menyentuh orang-orang yang ada di Stylish Caffee, caffee yang ada di dekat rumah Elish.

Seperti yang sudah-sudah. Keempat gadis itu menghabiskan jam makan malam di caffee itu.

Meskipun hanya sekedar minum teh hangat, mereka tetap menghabiskan waktu bersama di tempat itu hampir setiap pulang dari kampus.

"Ini aneh. Dari sekian banyak manusia dan benda, kenapa hanya pria ini yang bisa kusentuh?" Tanya Jovan pada dirinya sendiri setelah berhasil menyentuh seorang pelayan pria yang umurnya sekitar 20-an menurut Jovan.

Jovan memutuskan untuk menghentikan aktivitasnya. Ia berjalan menuju Elish.

"Ayo pulang. Aku bosan." Ajak Jovan dengan santainya seakan ia adalah orang yang sudah mengenal Elish sejak lama.

Elish tidak menoleh pada Jovan.

"Aku duluan. Tugasku masih belum selesai juga." Ucap Elish seraya berdiri.

Gadis itu berjalan meninggalkan ketiga temannya pulang dan diikuti Jovan. Pria itu berjalan di samping Elish.

Eva, Liony, dan Lyora hanya diam. Mereka sudah biasa menghadapi Elish yang suka meninggalkan mereka bertiga. Hal itu tidak membuat mereka benci pada Elish sama sekali. Malah jika Elish betah berlama-lama dengan mereka hingga larut malam, mereka akan berpikir bahwa Elish sedang kerasukan.

***

Elish dan Jovan sudah tiba di rumah.

Sesampainya di rumah, Elish langsung mandi dan mengenakan piama.

"Aku harus menyelesaikan tugasku. Karena kau, tugasku yang tinggal sedikit jadi tertunda. Untuk malam ini, jadilah anak baik. Jangan ganggu aku. Atau kau tidur saja langsung. Mengenai masalahmu, kita pikirkan besok. Besok hari Sabtu. Jadwal kuliahku kosong. Jadi kita habiskan waktu untuk mencari caranya besok." Ujar Elish panjang lebar sambil menghidupkan laptopnya.

Gadis itu duduk bersila di atas tempat tidur dengan Jovan yang duduk di sisi kirinya.

"Oke." Jawab Jovan singkat seraya berbaring di sisi Elish tanpa menutup mata. Pria itu menatap langit-langit kamar dan sesekali melirik Elish yang fokus mengerjakan tugasnya.

Tik..tik..tik..tik...

Suara ketikan laptop menggema di kamar Elish. Gadis itu terus mengetik tanpa pernah melirik Jovan sekalipun. Melihat Elish yang sangat fokus, Jovan merasa sangat bosan. Akhirnya Jovan memilih untuk tidur.

***

"Eerrnngghh..." Erang Elish sambil meregangkan ototnya yang tegang. Gadis itu bangkit dari tidurnya dan beranjak ke dapur.

Dibukanya pintu lemari yang melekat di dinding dapur dan mengambil sekotak sereal lalu meletakkannya di dapur. Kemudian ia berjalan menuju kulkas dan mengambil sebotol susu dari dalamnya dan menaruhnya di meja.

"Ah.. mangkuk."

Elish berjalan menuju rak piring dengan mata yang masih belum sepenuhnya terbuka. Gadis itu masih sangat mengantuk.

"Butuh bantuan?" Suara Jovan terdengar. Pria itu kini berdiri di samping meja makan.

"Hm." Jawab Elish singkat sambil menyodorkan mangkuk yang baru ia ambil pada Jovan.

Jovan menerima mangkuk itu dan membuatkan sereal untuk Elish.

Elish duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja makannya. Ia melahap sereal buatan Jovan dengan mata yang rasanya masih berat. Jovan ikut duduk di sisi kanan Elish. Pandangan pria itu tidak pernah lepas dari Elish.

***

"Aku harus mencetak ini. Kau diam saja di rumah. Oke?" Ucap Elish saat hendak mengunci pintu rumah.

Jovan mengangguk mantap mengiyakan ucapan Elish.

"Dia sibuk sekali. Aku jadi bosan." Gerutu Jovan sambil berjalan menyusuri kamar Elish. Ia melihat sekeliling kamar gadis itu.

"Ini pasti teman-temannya kemarin."

"Ini pasti ibunya."

"Ini pasti ayahnya."

"Ini pasti adiknya."

"Ini pasti... siapanya?"

Ia tidak dapat menebak siapa orang yang ada di foto paling ujung di antara beberapa foto yang ia lihat tadi. Jika tadi ia bisa menduga-duga siapa sosok yang lihat itu, untuk yang satu ini ia tidak bisa. Karena wajahnya tidak ada kemiripan dengan Elish.

"Apa mungkin... kekasihnya?"

"Ah. Untuk apa aku memusingkannya." Akhirnya Jovan menyerah. Ia menggidikkan bahu lalu berbaring di atas kasur tempat ia dan Elish tidur dua malam ini.

***

Hari sudah siang. Elish sudah selesai dengan tugas kuliahnya.

"Hei! Jovan! Bangun! Jovaaann!" Elish mengguncang tubuh Jovan yang sedang tertidur pulas.

"Hmm.."

Jovan akhirnya bangun. Ia bangkit dan merubah posisinya menjadi duduk.

"Ayo kita mulai. Cari cara untuk kembali ke tubuhmu." Ucap Elish semangat.

"Hmmm..."

Jovan merasa sangat malas untuk memikirkannya saat ini. Namun terpaksa melakukannya.

Daripada dia berubah pikiran. Hehe. - Demikian pikir Jovan.

***