Chereads / UNWANTED WIFE : BUKAN ISTRI PILIHAN / Chapter 9 - Bab 9 - Bertemu Shaka Dalam Mimpi 2

Chapter 9 - Bab 9 - Bertemu Shaka Dalam Mimpi 2

Sementara itu di lain tempat, Mahesa yang baru saja tiba di rumah langsung di interogasi dengan kedua orang tuanya.

"Mahesa, dari mana saja kamu?". Ujar sang papa.

"Loh, kok papa sama mama belum tidur?".

"Papa sama mama nungguin kamu, sini duduk dulu. Ada yang mau mama sama papa bicarakan".

Mahesa menghela nafas lalu bergegas untuk duduk. "Kalau misalnya aku pulangnya besok papa sama mama tetap nungguin aku kaya gini? Mau bicara tentang apa lagi sih ma?".

"Ya pasti mama sama papa akan terus terjaga nungguin kamu pulang. Biar papa yang bilang semuanya" seru sang mama.

Sang papa menghela nafas. "Mahesa, pokoknya papa tidak mau tau. Kamu harus menikahi Emma".

"Pa, udah berapa kali aku bilang. Aku gak mau nikahi Emma, aku gak cinta sama dia".

"Mahesa, kamu bisa belajar mencintai Emma mulai dari sekarang. Pokoknya besok sore kamu harus jemput Emma di toko bunga, setelah itu kamu bawa dia ke butik untuk fitting baju pengantin" timpal sang mama.

"Tapi ma?".

"Mahesa, semua pilihan ada di kamu. Kalau kamu tidak mau menikahi Emma, papa akan mencoret nama kamu dari daftar waris dan silahkan kamu keluar dari rumah ini" sergah sang papa sambil menunjuk ke arah Mahesa.

"Apa pah? Astaga ini benar-benar gak adil untuk ku" Mahesa memijat keningnya, seketika urat syarafnya sedikit menegang.

"Lakukan semua ini demi Shaka, kasihan dia Mahesa. Apa kamu gak kasihan sama kakak kamu di sana?" mata sang mama mulai berbinar.

Mahesa menghela nafas. "Iya ma, iya aku akan turuti semua permintaan kalian. Tapi aku mohon jangan ada kan pernikahan minggu depan. Karena jadwal ku masih terlalu sibuk, aku minta waktu 1 bulan lagi ya ma, pa".

"Bagus, memang seharusnya seperti itu. Seorang anak memang harus nurut sama perkataan orang tuanya. Baiklah, papa akan beri kesempatan 1 bulan lagi. Awas ya kamu jangan coba-coba kabur" tegas sang papa.

"Udah kan gak ada yang perlu di bicarakan lagi?" seru Mahesa menghela nafas.

"Tidak ada. Pergilah untuk beristirahat karena besok kamu harus bekerja".

"Iya ma, kalau gitu aku ke kamar duluan ya ma, pa".

"Iya, good night baby". Ujar sang mama.

Sementara Mahesa langsung bergegas pergi dari hadapan orang tuanya. Kedua orang tuanya saling pandang dan tersenyum satu sama lain.

"Akting papa sangat bagus, papa lihatkan tadi gimana ekspresi Mahesa waktu papa bilang mau di coret dari hak waris? Dia langsung bingung".

Suaminya tersenyum. "Iya ma, papa tidak menyangka kalau memberikan sedikit gertakan seperti ini bisa membuat anak keras kepala itu luluh".

"Iya pa bener, yaudah yuk kita tidur pa".

Sementara itu di lain tempat, Mahesa yang merasa frustasi langsung menutup pintu kamarnya dengan kasar. Ia langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, pikirannya benar-benar kacau. Mahesa tidak punya pilihan dalam hidupnya selain menikahi Emma.

"Kamu memang pembawa sial, Emma. Gumam Mahesa sambil memijat keningnya.

Mahesa pun akhirnya tertidur setelah lelah menggerutu, sampai pada akhirnya ia bermimpi bertemu dengan Shaka.

"Loh, dimana ini?". Gumam Mahesa bingung.

Tak lama kemudian seseorang datang menghampirinya.

"Mahesa".

Mahesa segera membalikkan tubuhnya.

"Shaka, kok lo ada disini".

"Iya, ini memang rumah gue sekarang. Disini gue sudah merasa nyaman, tapi masih ada satu hal yang belum bisa bikin gue tenang".

"Apa?".

"Gue masih kepikiran Emma, gue takut Emma sedih dan gue juga takut kalau Emma jatuh ke pelukan lelaki yang salah. Makanya gue minta satu hal sama lo Mahesa, tolong jaga Emma dan tolong lo nikahi dia. Karena bagaimana pun juga lo ade gue satu-satunya, cuma lo orang yang bisa gue percaya Mahesa. Pliss jangan tolong permintaan gue".

Mahesa menghela nafas. "Iya Ka, lo tenang aja. Gue pasti akan nikahi Emma".

"Terima kasih, Mahesa". Shaka langsung memeluk Mahesa.

Ketika Mahesa mulai tersadar tiba-tiba Shaka sudah hilang dari pelukannya.

"Shaka, Shaka lo dimana Shaka". Teriak Mahesa.

"Shakaaaaa". Teriak Mahesa dan langsung tersadar dari tidurnya. Nafasnya sampai terengah-engah, ia pun segera meraih air minum yang berada di meja kamarnya. Kemudian menenggak habis air tersebut dan mencoba untuk mengatur nafasnya.

"Astaga, Shaka sampai datang ke mimpi gue" gumam Mahesa lirih, Mahesa mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Ia mencoba untuk tidur kembali.