Mahesa baru saja tiba di rumahnya, tak lama kemudian sang mama datang menghampirinya dengan membawa sebuah kotak perhiasan yang akan di tunjukkan padanya.
"Mahesa, kamu sudah pulang. Sini duduk dulu, mama mau kasih lihat ini sama kamu".
"Apaan sih ma?".
Sang mama langsung membuka kotak perhiasan yang isinya berisikan satu set berlian mewah yang telah di pesan sang mama di toko perhiasan langganannya.
"Mama beli berlian lagi?".
Sang mama tersenyum. "Iya, gimana? Bagus gak?"
"Iya bagus, ma".
"Berlian ini akan mama berikan pada Ema"
"Apa? Buat Ema?"
"Iya, buat Ema".
"Emang harus berlian apa, ma? Kan bisa perhiasan emas biasa. Di beliin perhiasan emas juga udah seneng kok dia".
"Mahesa, kamu jangan begitu dong. Ema itu anak yang baik, emangnya kamu gak malu kalau sampai tamu undangan liat kalau kamu memberikan perhiasan emas biasa?".
"Ah terserah mama deh". Gumam Mahesa dan langsung meninggalkan sang mama.
"Huh.. Anak itu selalu saja keras kepala" gerutu sang mama.
Sementara itu Mahesa yang baru saja tiba di kamarnya langsung menggerutu kesal, karena orang tua nya selalu saja mementingkan urusan Emma dan Emma.
"Gue heran apa sih memangnya bagusnya si Emma? Dikit-dikit Emma, apa-apa Emma selalu semuanya Emma. Gerutu Mahesa kesal.
Mahesa segera memutuskan untuk menemui teman-temannya di club malam. Kali ini ia benar-benar tertekan dengan keadaan dirinya yang semakin genting, waktu pernikahan sudah di depan mata. Mungkin bisa jadi setelah pernikahan seluruh hidupnya akan mulai berubah dan Mahesa tidak menyukai itu.
"Woy, lu kenapa? Baru jam segini udah mabok aja". Gumam Troy.
"Duduk-duduk semuanya, lu tau gak sih gue ini lagi kesel banget. Karena bulan depan gue harus nikahin pacarnya Shaka".
What? Hah? Apa?. Gumam Teman Mahesa berbarengan.
"Jadi lu mau nikah Mahe? Kalau lu nikah berarti nanti kita bakalan kesepian dong". Ujar Audrey.
"Kalian tenang aja, kalian bertiga tetep di hati gue".
"Bisa dong nanti pas ngadain acara bridal shower lu undang kita-kita, kita bertiga bakal kasih service gratis buat lu sebelum pernikahan. Gimana mau gak Mahe?". Gumam Venia.
"Serius? Ya mau banget gue dong".
"Lu mau service Mahesa bertiga-tigaan? gue boleh ikut kan?". Sahut Davian.
"Emangnya lu siapa minta di service juga? Kalau mau ya harus bayar dong".
"Lah terus kenapa Mahesa lu kasih gratis? Keenakan dong". Seru Troy
"Tolong ya jaga mulut anda Bapak Troy, Mahesa itu bos besar kita".
Davian terkikik sementara Troy masih aja terus berdebat dengan Venia.
"Udah-udah kenapa kalian malah bertengkar sih, Drey ambilin gue minuman lagi dong". Ujar Mahesa.
"Okey sayang". Sahut Audrey.
Mereka segera berpesta untuk menemani Mahesa yang sedang galau menjelang hari pernikahannya. Pokoknya untuk malam ini ia tidak mau memikirkan urusannya yang membuatnya sakit kepala, bahkan untuk makan pun selera makannya sudah hilang.
Jika ia bisa memilih, ia lebih baik tidak mendapatkan warisan sang ayah dari pada harus menikahi Emma. Tapi di sisi lain ia tidak sanggup dengan hal itu, karena ia juga tidak sudi jika sang ayah memberikan seluruh aset miliknya kepada perempuan seperti Emma.
"Ini Mahe minumannya" ujar Audrey yang langsung menuangkan wine ke dalam gelas Mahesa.
"Thank you, Drey" gumam Mahesa yang langsung menyesap winenya.