Hari ini adalah hari terakhir ujian. Dan hari ini jugalah hari terakhir anak Lab Bahasa bisa sekelas. Sebenarnya mereka sama sekali tidak rela saling berpisah seperti ini.
Banyak sekali kenangan yang mereka buat—pertengkaran yang terjadi setiap hari.
Tapi mau bagaimana lagi, memang harus seperti ini, ya walaupun ini berat masih beruntung mereka satu sekolahan.
Diakhir ujian, Bu Elma yang menjadi pengawas Lab Bahasa memberikan beberapa pengumuman yang memang akan melaksanakan lomba classmate 2 Minggu kedepan.
"Jadi anak-anak, sebelum kalian semua berpisah dengan teman sekelas kalian, Kepala Sekolah menginginkan bahwa kalian semua harus mengikuti lomba wajib untuk menguji kekompakan kalian semua. Lomba kali ini ada banyak, kalian bisa memilihnya, ada lomba menyanyi, melukis, membuat karangan bertemakan bebas, sepak bola dan volly."
"Lomba wajibnya adalah Drama, seluruh kelas harus ikut berpatisipasi dalam pembuatan Drama, soal temanya bebas, jadi kalian harus saling bekerja sama untuk membuat Drama kali ini. Sekian informasi dari saya, kurang lebihnya mohon maaf, bila ada pertanyaan boleh angkat tangan."Jelas Bu Elma panjang lebar membuat Rivan segera mengangkat tangannya dengan cepat.
"Iya Rivan?"Tanya Bu Elma. "Lomba menyanyi itu berapa orang Bu?"Tanya Rivan setelah menurunkan tangannya kembali.
"Paling banyak 2 orang."Jawab Bu Elma membuat Rivan dan Reyhan kompak adu tos. "Artis Lab Bahasa sudah standby ternyata."Celetuk Juna sembari menggeleng kecil.
Ilyan mengangkat tangannya, "Bu Volly nya itu berapa?"Tanya Ilyan dengan kening berkerut. "Oh Ibu lupa, Volly nya Volly ganda, jadi persiapkan diri kalian."Balas Bu Elma dengan senyum lembutnya.
"Ada pertanyaan kembali?"Tanya Bu Elma. Semua murid menggeleng sebagai jawaban. Bu Elma segera tersenyum dan pamit undur diri mengingat bel baru saja berbunyi.
"Kita diskusi dimana?"Tanya Geon yang sudah menenteng tas nya. "Nanti aja di grup."Jawab Indra yang langsung melenggang pergi diikuti yang lain.
"Baru kali ini gue ikut lomba Drama."
•|•|•|
Fiana menundukkan dirinya diatas ranjang dan membuka ponselnya. Baru saja ia selesai mandi, ponselnya sudah berdering tak karuan membuatnya penasaran apa yang dilakukan temannya di grup.
Grup Chat :Squad Black Friendship
Jihan telah menambahkan anda
Hendri :Kumpul dimana anjirrr?
Juna :Rumah Jihan noh luas, udah kayak istana
Ziano :Nah iya, rumah Jihan tuh adem enak lagi suasananya
Treno :Rumah Jihan itu bagaikan Surga
Jihan :Alsn aj kalian cih
Ken :Beneran dirumah Jihan kan? gue langsung otw
Jihan :Vangke pny tmn
Fiana :Rumah Jihan dimana ya?
Ilyan :Lah iya anjirrr Fiana kagak tau rumah Jihan
Ziano :@Ilyan heh! lu kan tau rumah Fiana, jemput sana
Ilyan :Iya anjirrr ini otw
Fiana :@Ilyan gue tunggu didepan rumah
Treno :YESSS RUMAH JIHAN AYEM KOMINGGGGG!
Juna :NGENGGGGGG🐘💨
Geon :^Gblk
Fiana segera turun dari ranjangnya dan berlari menuju keluar rumah dengan cepat. Rumahnya kali ini sepi karena Ayah dan Ibunya masih bekerja, ya kedua orangtuanya adalah pekerja keras.
Walaupun gaji mereka tak banyak, tapi setidaknya masih cukup untuk makan dan keperluan yang lain.
Fiana berdiri didepan rumahnya sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Ilyan yang ternyata belum juga datang. Ia sedikit menyunggingkan senyum tipis mengingat pengalamannya selama seminggu ini dengan teman barunya.
Tak pernah sekalipun Fiana merasakan perasaan aneh seperti ini. Kali ini rasanya berbeda. Temannya menunjukkan rasa sayang mereka dengan cara masing-masing.
Mungkin bila bagi seorang gadis mereka akan memberikan hadiah atau ucapan indah kepada sahabat yang mereka sayangi.
Tapi berbeda dengan laki-laki. Mereka menunjukkan rasa sayang mereka dengan cara bertengkar dan saling tertawa gila bersama.
Jujur, perasaan takut waktu pertama kali bertemu dulu semakin lama semakin menghilang, Fiana merasa amat bahagia bisa berteman dengan mereka.
TIN!
Fiana menegak dan segera berhadapan dengan Ilyan yang tengah duduk diatas motornya sambil tersenyum lebar. Gadis itu sedikit mendengus mendengar Ilyan yang seenak jidat membuyarkan lamunan indahnya.
"Gue lupa kalau rumah Jihan itu deket sama lo."Kata Ilyan secara tiba-tiba saat Fiana sudah terduduk di jok belakang motornya. "Masa sih?"Tanya Fiana menyakinkan.
Ilyan mengangguk sebagai jawaban. "Iya, gue gak bohong."Balasnya yang langsung menyalakan mesin motor menuju rumah Jihan.
"Emang rumah Jihan dimana sih? gue kok baru tau?"Tanya Fiana penasaran.
"Tuh, udah sampai."Jawab Ilyan dengan santai sambil menepikan motornya dihalaman luas rumah Jihan.
Fiana ternganga melihat. Lah? sejak kapan rumah Jihan sedekat ini dengan rumahnya? hanya berjarak 5 rumah lagi!?
Mungkin inilah akibat Fiana yang memang jarang keluar rumah. Yang dia tau rumah mewah didekat rumahnya adalah milik orang kaya.
Ilyan segera turun dari motornya dan berjalan dengan santai menuju rumah Jihan. Fiana segera mengekor dan merutuki dirinya yang memang antisosial dengan para tetangga.
"ASSALAMUALAIKUM JIHAN!!"
"Waalaikumsalam gak usah teriak-teriak Nyet!"Balas Jihan dengan datar sambil menggeser tubuhnya memberikan ruang kepada Ilyan dan Fiana untuk segera memasuki rumahnya.
"Lah, kalian udah sampai aja,"Kata Fiana yang langsung mendudukkan dirinya disamping Juna yang tengah bermain game diponselnya. "Mau WiFi an dulu lah."Jawab Juna dengan enteng yang langsung mendapat lemparan bantalan sofa.
"ANJISSS!!"
"ASSALAMUALAIKUM!!"
"Waalaikumsalam."
"Lah anjirrr satu pasukan berangkat bareng."Celetuk Ilyan saat melihat sisa temannya yang datang berbondong-bondong menuju rumah Jihan begini.
"Jamaah Yan, dapat banyak pahala."Balas Rivan sambil menundukkan dirinya diatas karpet disamping Treno yang sudah berteriak heboh sendiri.
"Hubungannya apaan coba?"Tanya Fiana dengan kening berkerut. "Enggak ada."Jawab Rivan dengan enteng sembari mengendikkan bahu cuek.
Fiana hanya memutar kedua bola matanya dengan malas. Jihan segera memerintah teman-temannya untuk duduk melingkar agar mereka lebih mudah untuk berdiskusi.
"Jadi? kita mulai dari mana?"Tanya Jihan yang memulai pembicaraan. "Dari yang menyanyi dulu, jadi siapa yang menyanyi?"Tanya Fiana yang sudah memegang buku catatan kosong milik Jihan.
Reyhan dan Rivan kompak mengangkat tangan dengan cepat. Fiana mengangguk dan segera menulis nama Reyhan dan Rivan dibarisan menyanyi.
"Pasangan homo maju duluan ternyata."Kekeh Hendri yang langsung mendapat tabokan sayang dari Reyhan.
"Cot!"
"Lalu siapa yang main Volly ganda?"Tanya Fiana sekali lagi. Geon dan Ilyan kompak mengangkat tangan membuat Juna malah ternganga lebar.
"Wah anjirrr, takdir nih namanya."Celetuknya tak bermutu yang langsung mendapat cekikan maut dari Geon yang memang berada disampingnya.
"Ok lanjut, lalu siapa yang melukis?"Tanya Fiana sambil menatap satu-persatu temannya. Ziano segera mengangkat tangan dan membuat Fiana mengangguk pelan.
"Yah kasian jomblo."Ejek Treno yang langsung membuat Ziano maju menghajarnya. "Ok lanjut saja, yang buat karangan itu gue ya?"Tanya Fiana meminta persetujuan kepada yang lain.
"Ya gak papa."Jawab Jihan sebagai perwakilan. "Jadi sisanya ada 11 ikut sepak bola kan?"Tanya Fiana memastikan.
Indra mengangguk. "Gue nanti yang jadi kipernya."
"Lalu Dramanya gimana?"Tanya Deno dengan kening berkerut. "Kita cuman ada satu cewek mau buat Drama apaan emang?"Lanjutnya dengan kening berkerut.
"Eumm gue ada usul sih, tapi beberapa dari kalian harus mau berkorban ya?"Tanya Fiana dengan cemas. "Coba usulannya kek apa?"Tanya balik Arfan dengan tenang.
"Kisahnya nanti Cinderella, tapi alurnya mau gue modifikasi, mau gue tambahin genre humornya, lalu diantara kalian juga harus ada yang mau jadi... eummm ceweknya, gimana?"Tanya Fiana sembari meringis kecil.
Semua orang mulai terdiam dan berpikir. Sebenarnya ceritanya sih bagus, hanya saja jika beberapa diantara mereka yang terpilih sebagai cewek ya bisa berbahaya, image mereka bisa jatuh total.
"Gini-gini, bukannya gue nolak ya, kalau kita di make up jadi cewek kan image kita bisa ancur Fin."Protes Alvin sambil menghela pelan.
"Kok takut kalau image nya hancur? biasanya buat ulah gak karuan image sampai jelek didepan siswa-siswi gak masalah tuh, masa ini cuman buat perlombaan malah malu?"Balas Fiana telak membuat mereka semua tertembak tepat.
"Omongannya halus, tapi tajem anjay!"Batin mereka semua yang merasa tertohoq akan ucapan pedas Fiana.
"Iya udah itu aja, sekarang gimana caranya bagi pemerannya?"Tanya Jihan yang menerima usulan Fiana membuat teman-temannya melotot protes.
"APA HAH!?"Ketus Jihan dengan galak membuat yang lain memekik kaget.
"Kita undi saja, gue tau dari kalian gak bakalan ada yang mau jadi cewek, makanya kita undi aja."Kata Fiana yang mulai menyiapkan undian.
Fiana memisahkan pemeran cowok dan cewek untuk sementara. Ia segera mengambil satu kertas dipemain cewek. Setelah itu, ia mencampurkan undian cewek dan cowok menjadi satu.
"Baiklah, dipemeran kali ini ada...
•Cinderella
•Pangeran
•Raja
•Adipati
•Lady Tremaine
•Anastasia
•Drizella
•Ibu Peri
•Kereta Labu
•Properti
•Kostum
Ok hanya itu saja, yang lainnya akan bergabung di Properti dan Kostum."Jelas Fiana sambil mengocok kertas yang berada didalam genggamannya.
Lalu ia dengan sengaja melempar kertas itu tengah lingkaran membuat ke-16 teman cowoknya langsung berkerumun bagaikan ayam yang baru saja dikasih makanan.
Fiana membuka kertasnya dan memekik tertahan. Ia segera menatap ekspresi satu-persatu teman-temannya. Ada yang senang ada juga yang sedih dan entahlah.
"Jadi? siapa yang menjadi Pangerannya?"Tanya Fiana yang sudah siap dengan catatannya.
Jihan mengangkat tangan sudah was-was sendiri, ya dia beruntung menjadi seorang Pangeran, tak perlu berdandan menjadi seorang cewek yang akan semakin merusak image nya. Tapi dia merasakan hawa tak enak, dia sangat penasaran siapa yang menjadi Cinderella nya? Jihan berdoa agar Fiana lah yang akan menjadi Cinderella nya.
"Siapa yang jadi Cinderella nya?"Tanya Jihan dengan cepat membuat semua orang saling menatap satu sama lain.
Jihan sudah sangat berharap bahwa Fiana akan mengangkat tangan dan tersenyum lembut kearahnya. Tapi keinginannya memudar tergantikan dengan aura gelap yang menguar disekitar tubuhnya.
Ya, yang menjadi Cinderella nya adalah—
—Hendri yang tengah mengangkat tangannya:)
Juna dan Treno kompak tertawa dengan keras sambil berguling-guling tak tentu arah. Fiana hanya bisa menulis nama Hendri sebagai Cinderella dengan tangan yang gemetaran.
"Ok, Cinderella sudah kita ketahui, dan gue disini jadi Ibu Peri."Kata Fiana yang membuat Jihan melemaskan bahu kecewa.
"Siapa yang menjadi Lady Tremaine? Anastasia? dan Drizella?"Tanya Fiana sambil mengedarkan pandangannya.
Deno, Reyhan dan Rivan kompak mengangkat tangan dengan wajah yang menekuk. Ya mereka harus mengorbankan image mereka demi Drama terkutuk ini.
"Gue Lady Tremaine."Jawab Deno dengan ogah-ogahan.
"Gue Anastasia."Balas Reyhan sambil mendengus kesal.
"Gue Drizella."Lanjut Rivan sambil membuang muka.
Fiana mengangguk dan segera menulis nama mereka. "Siapa yang jadi Kereta Labunya?"Tanya Fiana sembari menahan tawa.
Treno mengangkat tangannya dengan wajah yang kebingungan. Dia bingung tugasnya sebagai Kereta Labu itu sebenarnya ngapain?
"Ok, Raja? Adipati?"Tanya Fiana yang mulai santai kembali. Ken mengangkat tangannya terlebih dahulu. "Gue Raja."
Indra akhirnya mengangkat tangan. "Gue Adipati."Balasnya dengan malas-malasan.
"Ok, ini artinya yang lain menjadi Kostum dan Properti, coba katakan apa tugas kalian?"Tanya Fiana yang muali berkutat kembali dengan buku catatannya.
Beberapa menit catatan sudah terkumpul ditangan Fiana. Dia mulai membacakannya dengan pelan-pelan.
Ganda Volly
•Geon
•Ilyan
Duet Menyanyi
•Reyhan
•Rivan
Melukis
•Ziano
Karangan Bebas
•Fiana
Sepak Bola
1. Jihan (Captain)
2. Indra (Kiper)
3. Leon
4. William
5. Juna
6. Hendri
7. Treno
8. Arfan
9. Alvin
10. Deno
11. Ken
Drama Cinderella
•Cinderella =Hendri
•Pangeran =Jihan
•Raja =Ken
•Adipati =Indra
•Lady Tremaine =Deno
•Anastasia =Reyhan
•Drizella =Rivan
•Ibu Peri =Fiana
•Kereta Labu =Treno
•Properti :
1. Geon
2. Ziano
3. Leon
4. William
•Kostum :
1. Arfan
2. Alvin
3. Juna
4. Ilyan
"Gak masalah deh jadi Lady Tremaine, yang penting gue bisa tindas Hendri sepuasnya!!"Gelak Deno dengan ngeri membuat Hendri menatapnya dengan horor.
"Lah iya juga, SIAP-SIAP LO HEN KENA SERANGAN DUO BEKEMBAR!!"Kata Reyhan dengan semangat sembari menunjuk Hendri dengan sengit, disampingnya Rivan juga ikut berdiri dan mengikuti gaya Reyhan.
"MAMPUS AJA KALEAN BERTIGA!!"
"Jihan mana anjirrr!?"Tanya Juna yang tak menemukan keberadaan kekasih bayangannya:v
"Tuh mojok tuh, lagi pundung."Jawab Fiana dengan cuek sembari menunjuk pojok ruang tamu Jihan.
"Anjirrr."Dengus William sembari menggeleng pelan melihat Jihan yang begitu putus asa.
"Ok, untuk alurnya mau gue buat dulu, besok mungkin udah jadi, dan dipastikan gue bakal begadang hari ini. JADI GAESSS AYO SEMANGAT UNTUK MEMENANGKAN LOMBA INI!"Teriak Fiana dengan semangat sembari mengangkat kepalan tangannya keatas diikuti temannya yang lain minus Jihan yang lagi pundung dipojokkan.