Fiana mengulum bibir memandang prihatin kearah Treno yang tengah disiksa oleh William dengan sadis. Baru saja ia datang dan berbelok memasuki kelas, langkahnya harus terhenti diambang pintu yang langsung menampakkan pemandangan horor yang amat memprihatinkan.
"Treno ngapain?"Tanya Fiana setelah mencegah Ilyan yang baru saja ingin keluar kelas. "Oh itu, tadi tuh Treno pengen main-main sama bukunya William, eh ternyata bukunya William malah terlempar dan masuk tempat sampah, endingnya ya gitu deh."Jawab Ilyan sembari mengendikkan bahu cuek.
"Lo mau kemana? bentar lagi juga bel,"Tanya Fiana yang kembali menghentikan langkah Ilya. "Panggilan alam."Jawab Ilyan dengan singkat sembari berlari cepat menuju toilet.
Fiana ternganga kecil dan langsung mengerjab memasuki kelas, ia tak menghiraukan keributan yang tengah terjadi didepan kelas ditambah omelan Deno bak ibu-ibu yang tupperware nya dirusakin anaknya.
Fiana menghela nafas, jadi seperti ini ya rasanya memiliki seorang teman laki-laki. Sebelumnya Fiana tidak pernah sangat dekat dengan yang namanya anak laki-laki, ya paling dekat sih sama Ilyan aja dulu, yang lain gak pernah.
"Kenapa Fin?"Tanya Reyhan dengan kening berkerut memandang Fiana yang terlihat menghela nafas panjang. "Cuman mengamati keadaan, cukup memprihatinka."Jawab Fiana disertai kibasan tangannya.
"Tidak terlalu buruk sebenarnya."Batin Fiana dengan mata yang mengarah keluar jendela kelas, walau jaraknya cukup jauh dengan kursinya, ia tetap menatap penuh kagum lapangan sekolah yang luas.
"Gue heran deh, dulu kok bisa punya sahabat kek Treno ini gimana ceritanya ya?"Monolog Reyhan sambil menjepit dagunya diantara ibu jari dan jari telunjuknya. "Itulah yang dinamakan takdir."Celetuk Ken tanpa dosa dengan senyum manis khasnya.
"E COPOT!"Latah Reyhan yang hampir saja terjengkang kedepan melihat Ken yang tiba-tiba sudah berjongkok disamping kirinya. Sedangkan Fiana terlonjak kaget melihat kemunculan Ken secara tiba-tiba dengan senyum khasnya yang tak pernah luntur.
"Jangan ngagetin ih Ken!"Gerutu Fiana dengan bibir mencebik pelan. "Heh Sai nya Naruto, lu mau bikin gue punya riwayat penyakit jantung ya!?"Ketus Reyhan dengan kesal.
"Mungkin,"Jawab Ken dengan enteng membuat Reyhan mengumpat kasar dan langsung berlari mengejarnya yang sudah kabur duluan.
"Apakah selama seminggu ini gue bakal liat mereka berantem begini ya? heran aja hidup tanpa berantem kek nya gak afdol."Cibir Fiana membuat Ziano yang berada dibelakangnya tertawa dengan keras karena dapat mendengar gerutunya.
"Namanya juga cowok Fin, No Berantem No Lep."Timpal Ziano dengan menaik-turunkan alisnya. "Life No Life, bukan Lep!"Ralat Rivan dengan gaya sombongnya merasa benar dan juga lebih pintar dari Ziano.
"BACOT AMAT LO CACING KREMI!"
"APA LO BILANG!? MAJU SINI GELUD!"
Fiana melengos kasar melihat pertengkaran terjadi kembali dibelakangnya. Tau gini tadi Fiana membawa headphone untuk menutupi telinganya dari teriakan histeris dan teriakan kemenangan yang menggelegar.
Fiana mengedarkan pandangannya menatap sekeliling kelasnya, dari semua siswa, yang terlihat paling kalem ya cuman Jihan aja, walau kadang Jihan suka tendang anak orang sembarangan, tapi dia gak sampai buat keributan. Memang sepertinya Jihan yang paling bisa diandalkan.
"JIHAN KU SAYANG!!"
GUBRAKKK
Ok, Fiana menarik kata-katanya, Jihan bukanlah seseorang yang bisa ia andalkan karena sekarang, Juna benar-benar dihajar habis-habisan oleh Jihan:)
Inilah pemandangan yang akan sering Fiana tonton, perkelahian dan umpatan yang sering terlontar akan menjadi bumbu penambah sensasi baku hantam yang akan terlihat semakin menarik. Tapi tidak bagi Fiana, pemandangan ini adalah kehidupan buruk baginya.
"GUE BENERAN TERJEBAK DENGAN KOMPLOTAN MANUSIA GILA!!"
•|•|•|
Alvin menatap berbinar kearah Calla—salah satu gebetannya yang tersayang karena sifat gadis itu yang menerima Alvin apa adanya. Tak peduli Alvin tengah bersama siapa, Calla pasti akan selalu ada di sisi Alvin.
"CALLA!"
Sang gadis berbalik dan menatap penuh kelembutan kearah Alvin. Gadis bernama Calla itu merapikan tas selempangnya dan berjalan mendekat kearah Alvin.
"Ada apa? Jangan lari-larian begitu, nanti kamu bisa jatuh."Pinta gadis itu dengan nada lembut penuh kekhawatiran seperti biasanya.
"Gue... mau ngomong sesuatu sama elo..."Potong Alvin yang kali ini membuat salah satu alis Calla terangkat penuh keheranan. "Apa? Jangan dipotong ih!"
"Gue suka sama elo... eumm bukan! maksudnya, gue cinta sama elo La, lo mau gak jadi pacar gue?"
Calla membeku ditempat dengan mulut ternganga kecil, sedangkan Alvin berharap-harap cemas menunggu jawaban Calla dengan senyum gugupnya.
"A-ah, aku pikir... kita itu cuman teman, tak lebih, maaf, tapi aku tak bisa menjadi pacarmu, aku sudah nyaman menjadi temanmu seperti ini."
Bagai tersambar petir disiang bolong. Alvin menutup mulutnya rapat-rapat dengan wajah penuh kepasrahan. Ia memaksakan senyumnya dan menatap lembut kearah Calla.
"Yaudah gak papa, setelah ini tetap jadi teman gue ya? gue pergi dulu! mau ke kelas! dah...!"Pamit Alvin yang segera berbalik menuju kelasnya.
Calla menatap penuh prihatin kearah Alvin. Tanpa diketahui apapun, ia tersenyum miris dan kembali melangkah menuju kelasnya.
•|•|•|
Treno mengumpat dengan kasar mendengar omelan panjang x lebar x tinggi x seluas cinta kita ke bias dari Deno yang tak ada habisnya. Deno ini sudah bagaikan Ibunya anak nakal sekolah karena hobinya yang suka mengomel-ngomel ria.
"Mulut lo kok gak capek sih Den?"Tanya Treno dengan nada suara malasnya. "Enggak ada kata capek dikamus Deno! jangan banyak bacod lo! dengerin gue dulu!"Sentak Deno yang membuat Treno refleks mengkerut kecil dan mengangguk lemah sebagai jawaban.
Treno menyesali perbuatannya tadi sampai seperti ini. Padahal tadi niatnya Treno cuman rampas tupperware Deno yang emang lagi diliatin sama Ken entah buat apa, lalu karena genggaman tangan Treno yang tidak terlalu kuat, membuat botol minuman tupperware Deno jatuh.
Iya.
Hanya itu saja sebenarnya yang membuat Treno harus menghabiskan waktu sebelum masuk ujian sia-sia karena omelan maut Deno yang tak ada habisnya.
"Udahlah No, gue capek denger lo ngomel mulu."Celetuk Hendri yang mencoba membantu sahabat-satu-spesiesnya. "Lo gak mikir apa ya berapa harga tu tupperware!? mahal goblo!!"
"Kan dirumah lu masih banyak geble."Protes Juna yang juga ikut membantu Treno. "Itu dijual, kalau yang ini emang milik gue!"Elak Deno yang membuat Hendri, Juna dan Treno kompak menghela nafas.
"Mulut lo licin amat elah,"Gerutu Treno dengan kesal. "Ngalah-ngalahin cewek."Lanjutnya dengan lirih.
"APA LO BILANG!!"
"Udah woi! Pak Joko mau masuk euuyyy!!"Lapor Arfan yang tengah berlari untuk segera duduk di bangkunya. Yang lain mulai membubarkan diri masing-masing dan duduk dengan tenang—untuk sesaat.
•|•|•|
Treno menghela nafas dengan panjang, pemuda itu heran dengan Alvin yang tiba-tiba galau gundah gulana tak tentu arah ini kenapa, padahal tadi pagi waktu Alvin meletakkan tasnya diatas bangku miliknya dia masih bercecokan dengan William, tapi setelah masuk tadi dia diam mulu, ditanya jawabnya malah Sabyan 'Ham Hem Ham Hem'.
"Woi ngapa lo? kesambet setan ya? siapa? kesambet Ziano?"Tanya Treno tanpa dosa yang langsung mendapat delikan maut dari Ziano saat dirinya merasa terpanggil untuk dijadikan kambing hitam.
"Gue galau nih,"Cerita Alvin dengan lesu membuat semua siswa yang tersisa didalam kelas menatapnya dengan aneh.
"Lah? bisa galau juga tu satu anak sayton?"Tanya Rivan sambil mendekat ke meja Alvin. "Mungkin Alvin galau gara-gara tiap hari dicuekin cintanya."Timpal Reyhan dengan senyuman anehnya.
"Ha? siapa cintanya Alvin? emang punya? jangan hoax lu!"Tanya Ilyan secara beruntun. "Goblok kok dipelihara, ya William lah, siapa lagi coba?"Jawab Reyhan tanpa dosa yang langsung mendapat lemparan sepatu dari Ilyan.
"Lo kira Alvin homo apa!?"Tanya Treno dengan sarkas. "Emang lo gak homo? nempel mulu sama Hendri itu apaan coba?"Tanya Reyhan dengan kening berkerut.
"Oh itu, gue kasian liat Hendri yang diduakan oleh Juna."Jawab Treno dengan enteng yang segera membuatnya mendapat tabokan sayang dari Ziano. "Sumpah deh, kelas ini kek nya isinya para homo semua, gak ada yang normal gitu?"Tanya Ziano sembari memijat hidungnya dengan pasrah.
"Sok drama lu anak kecoak!"Umpat Rivan sambil menghujat Ziano tanpa henti. "Udah njirrr, fokus sama Alvin jangan malah debat gak mutu."Lerai Ilyan dengan kesal.
"Yaudah, Vin lo galau gara-gara apaan?"Tanya Treno dengan sabar. "Tresno ku ora di trimo karo de'e."Jawab Alvin dengan lesu yang membuat Rivan, Ilyan, Ziano dan Reyhan kompak mengumpat kasar.
Treno menganga mendengarnya. Dia menatap lekat-lekat kearah Alvin membuat sang empu merinding sendiri melihat tatapan intens itu. "Plis deh No, gue masih normal, kalau suka sama gue buang jauh-jauh cinta lo, gue masih suka cewek."
"Bukan itu geble!"Umpat Treno sambil menghentakkan kakinya dengan keras. "Tresno, itu dulu sebenarnya nama gue yang akhirnya dimodifikasi."Lanjut Treno yang membuat yang lain ternganga semakin lebar.
"ANJIRRR NAMA LO MASA ARTINYA CINTA SIH!?"Tanya Ilyan dengan kedua mata yang membulat sempurna. "KAN UDAH GUE BILANG KALAU NAMA GUE AKHIRNYA DIMODIFIKASI GOBLO!!"
"UDAH WOI!"
"Jadi gimana? cerita-cerita!"Tanya Reyhan dengan penasaran dan segera mendekat kearah Treno. Semua orang juga mulai merapatkan diri mendekat kearah tersangka.
"Jadi ceritanya tuh gini. Dulu emak waktu hamil gue tuh kobam oppah-oppah koreah kan, baper gitu liat Drakor nya. Nah lama-lama Mak gue makin cinta aja sama yang namanya siapa tuh? Lee? Rock Lee? eh salah ngapa jadi Naruto sih,"
"Lee Minho itu loh sama Park Bogem? eh bentar? bukan anjirr salah siapa itu? Park gem gem? Gempa Boboiboy? jauh amat Astagfirullah. Oh iya! Park Bogum nah itu, waktu gue lahir ternyata Mak gue dalam keadaan jatuh cintah kepada oppah hayalannya itu, makanya dulu gue sempet dikasih nama Tresno, ungkapan rasa cinta Mak gue ke oppahnya—katanya,"
"Lalu My Daddy protes dong, masa nama anak cowok dinamai Tresno, akhirnya Mak gue sama My Daddy saling mengibarkan bendera merah dan saling berperang hanya gara-gara masalah nama gue,"
"Nenek gue ternyata mengetahui peperangan ini dan ngamuk besar udah kek gunung meletus, DUORRRRR!"
"EH COPOT!"
"DUOR BALON DORRR!"
"Dengan ending, My Daddy dan Mak gue saling genjatan senjata dan maaf-maafan udah kek Hari Raya Idul Fitri. Nenek gue lalu bilang gini, ekhm 'Kamu mau anak kamu dengan nama Tresno? lalu suami kamu gak setuju? sini Mama modifikasi, panggil aja TRENO YANG ARTINYA KASIH SAYANG! TAMAT!!"
PLOK PLOK PLOK
Semua siswa bertepuk tangan kagum mendengar cerita Treno barusan. Ternyata setelah Treno memulai ceritanya semua siswa sudah berkumpul dan duduk diatas lantai mendengar dongeng dadakan Treno.
Treno menarik rambutnya kebelakang—tebar pesona yang langsung mendapat umpatan kasar dari beberapa temannya.
"Kisah yang sungguh luar biasa."Celetuk Jihan sembari menggeleng pelan. "Cerita kek gini mah langka."Timpal Deno dengan kagum.
"Yah biasa, nama aja Treno yang artinya Kasih Sayang pastinya juga banyak yang Sayang Awokwokwokwok."Pamer Treno sembari membusungkan dadanya dengan sombong membuat William langsung menghajarnya tanpa ampun.
"BENTAR WOE BENTAR, PAWANGNYA WILLIAM MANA NEH!?"Teriak Hendri dengan heboh. "NIH-NIH! LAGI GALAU GUNDAH GULANA KELILING DUNIA!"Jawab Juna sambil menggoyangkan tubuh Alvin tak kalah heboh.
"PAWANG APANYA ANJIRR!! GUE MASIH NORMAL WOI!!"
"YA KAN CUMAN ELU YANG SUKA NEMPELIN WILLIAM!!"
"NEMPEL APANYA PE'A!! TIAP HARI BERANTEM GITU NEMPEL DARI MANANYA!?!?"
"INGAT! BENCI DAN CINTA ITU BEDA TIPIS!"
"SABODOMAMET!!!"
"Temen gue maho semua heran."Celetuk Ken sembari tersenyum dan menggeleng kecil. "Lo lebih ngeri dari mereka jijayyy! Senyum mulu kek kerasukan lo!!"Umpat Arfan sambil menendang punggung Ken dari belakang.
"BENTAR! KOK GUE MERASAKAN HAWA-HAWANYA HOROR MENYERUAK DENGAN BAU BANGKAI YANG MENYENGAT!?!?"Teriak Ilyan yang mampu membuat semua siswa berhenti rusuh dan bergantian menatapnya dengan heran.
BRAKKK
"SELAMAT SIANG ANAK-ANAK! WAH ENAK YA BERANTEMNYA SAMPAI GAK INGAT WAKTU!"Teriak Bu Henny—Guru cewek ter-killer satu sekolahan yang terkenal akan senyum psikopatnya—kata para siswa.
Semua murid saling mengerjab polos dan meneleng menatap senyum Bu Henny yang sudah sangat lebar. Beberapa detik kemudian, mereka semua langsung berhamburan dan berlari menuju bangku masing-masing dengan tergopoh-gopoh.
"Kalau bukan karena hari ini ujian, sudah dipastikan kalian semua akan Ibu beri hadiah yang menarik."Katanya dengan senyum mematikan yang begitu mengerikan membuat semua murid menelan saliva kasar.
"Tunggu dulu dong Bu Henny yang cantik dengan senyum manisnya, jangan marah gitu dong, kalau Ibu marah kami semua akan kehabisan waktu untuk mengerjakan ujian, jadi ditunda dulu ya Bu acara marahnya."Kata Ken yang akhirnya maju berucap duluan.
Memang benar, Ken adalah satu-satunya jurus yang anak Lab Bahasa punya untuk modus dan ngeles kearah guru-guru yang ingin mengomeli mereka.
Karena Ken memiliki jurus andalannya.
Modus Non Jutsu:)